"Pagi Steve. Pagi, Oppa." Lisa memasuki mobil Gongyoo dengan wajah yang terlihat seceria mungkin.
'Setidaknya beli mobil dulu, jika kunci sudah ada di tangan... Baru kita pikirkan masalah itu selanjutnya!' Batin Lisa menenangkan.
"Steve, turunlah sebentar. We need some privacy." Gongyoo menatap Steve dari balik kaca spion tengah.
"Kemarilah." Lanjut Gongyoo menarik lembut tangan Lisa, membawa Lisa mendekat kearahnya dan langsung memeluk tubuhnya.
Lisa tidak membantah namun tidak juga bersuara. Perasaannya seketika kembali tidak enak.
"Kau baik-baik saja?" Diraihnya dagu Lisa untuk bisa menatap kearahnya, "Semalam tidur jam berapa? Kenapa wajahmu muram sekali pagi ini?"
Lisa masih terdiam.
"Belum mau cerita? Tidak apa. Tapi berjanjilah untuk selalu menyelesaikan masalahmu. Aku tidak ingin kau jatuh sakit."
"Apa pedulimu..." Gumam Lisa lirih, berpikir itu hanya terucap di dalam hatinya.
"Hem?! Kenapa? Apa aku tidak boleh khawatir padamu? Meski kau tersenyum, dirimu ini bagai sebuah buku yang terbuka untukku. Mudah sekali terbaca." Gongyoo lalu membelai lembut pipi Lisa dengan ibu jarinya.
Mendapat perlakuan seperti itu, Lisa kini dengan lemahnya malah menangis. Dirinya seketika merasa rapuh saat membayangkan harus kehilangan sosok di hadapannya ini. Lisa begitu tergantung padanya, entah sejak kapan! Dirinya tidak ingin berakhir, tapi ini adalah kemungkinan terbesar yang akan terjadi pada hubungan mereka.
"Hentikan Oppa. Aku sudah tahu perbuatanmu." Bisik Lisa tidak tahan untuk menunggu lebih lama lagi. 'Selamat tinggal mobil baruku!' Bisik batin Lisa.
"Benarkah? Jadi dia berhasil menemuimu semalam?"
"A-apa?!" Kesedihan yang menikam hatinya kini terasa terombang-ambing. 'Apa yang dia maksud? Mungkinkah dia tahu bahwa semalam Jiyong—' Pikiran itu segera terhenti kala mendengar kata-kata lanjutan dari pria dengan keharuman khas bernuansa aqua dan citrus itu.
"Kuharap kau masih mau memberiku kesempatan untuk bisa menjelaskannya. Aku tahu perbuatanku tetaplah sebuah kesalahan, tapi kumohon, dengarkan aku." Gongyoo menarik tubuh rapuh Lisa kembali masuk ke dalam pelukannya. Memeluk tubuh Lisa yang kembali bergetar karena tangis. "Mian, sayang. Mian karena mencintaimu dengan cara yang salah." Bisik Gongyoo.
"Bagaimana bisa? Aku tidak percaya ini... Katakan kalau kau tidak membohongiku, Oppa?!" Ucap Lisa pelan karena suaranya teredam di dalam dekapan dada bidang Gongyoo.
"Aku bohong. Aku memang sudah membohongimu."
"Bajingan!" Umpat Lisa masih di dalam dekapan Gongyoo.
"Yes. I am!"
"Aku membencimu!" Balas Lisa.
"Its doesn't stop me to loving you."
"Pembohong!"
"I'm a liar because I can't hold my love any longer. Trust me, It's hurts!"
Entah Lisa yang memang sudah dimabuk cinta sehingga menjadi bodoh, atau memang pria yang masih memeluknya ini adalah seorang yang ulung dalam memutar balikan keadaan dan mengaduk-aduk perasaan? Lisa tidak memiliki kekuatan untuk mendebatnya semakin jauh. Lisa diam, Lisa seakan kehilangan kekuatannya. Lisa ternyata masih butuh waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Money
General FictionL.M Mungkin orang akan mengira inisial itu untuk Lalisa Manoban. Namun, tanpa banyak orang tahu; L.M adalah inisial untuk tujuan hidup seorang Lisa, L.M adalah Love Money! UANG! Satu kata kramat itu yang selalu Lisa anut. Hanya 4 huruf itu yang ada...