"Ayo turun."
Semua benak yang tengah sibuk berkecamuk di hati dan pikirannya, seketika dienyahkan oleh dinginnya suara perintah dari Gongyoo.
"Ini dimana? Kenapa kau membawaku kemari?" Lisa menatap penuh curiga kearah pria yang belakangan ini sering memenuhi isi kepalanya.
Berjarak tidak cukup jauh dari tempatnya duduk, Lisa menyadari bahwa kini Gongyoo tengah menatapnya tajam dengan menyandarkan salah satu sikunya pada sisi pintu mobil. Posturnya yang menjulang dengan kaki jenjangnya tidak bisa tertutupi meski saat ini dirinya tengah duduk dengan kaki menyilang penuh dengan kewibawaan.
"Turunlah. Akan kujelaskan di dalam." Dengan tatapan tajam yang lurus tertuju pada Lisa, Gongyoo kemudian menuruni mobilnya dan melangkah pergi meninggalkan Lisa yang masih terpana.
Meski sudah berjarak cukup jauh, namun entah kenapa jantung Lisa masih berdebar dengan begitu kencang saat melihat sosoknya yang ternyata begitu dingin dan sepertinya tidak tersentuh. Meneguk air liurnya sendiri, Lisa akhirnya memutuskan untuk segera menyusul pria yang sudah berjalan dengan begitu percaya diri di depannya.
"Tunggu aku!" Teriak Lisa yang sedikit kewalahan kala ingin mengejar langkah kaki jenjangnya.
Gongyoo tidak menoleh namun langkahnya berhenti. Pria itu terdiam menunggu sesuai permintaan Lisa dan menoleh kearahnya dengan senyuman yang terlihat cukup bersahabat. "Mari, jalan bersamaku." Ujarnya dengan langsung meraih jemari mungil Lisa dan menggenggamnya erat sembari melanjutkan langkahnya memasuki sebuah gedung perkantoran yang terlihat begitu mewah.
Lisa benar-benar kewalahan ketika berusaha menyamai langkah kaki kecilnya dengan langkah kaki Gongyoo yang besar. Lisa bahkan tidak sempat menikmati pemandangan indah dari design interior gedung ini. Jangankan untuk menoleh, mengedip sedikit saja ia bisa beresiko jatuh dan terseret oleh pria itu.
"Tinggalkan kami," Perintah Gongyoo ketika akhirnya mereka berhasil memasuki sebuah ruangan yang cukup luas dengan di lengkapi beberapa staf wanita yang terlihat begitu profesional.
"Mau sampai kapan berdiri? Duduklah." Tunjuk Gongyoo pada sebuah kursi tamu yang ada di ruangan itu.
"Ada apa sebenarnya kau membawamu ke sini?" Lisa tidak bisa menahan lebih lama lagi rasa ingin tahunya. Buatnya Gongyoo ini bagaikan sebuah kotak misteri yang sangat sulit untuk bisa Lisa pahami. Kehadirannya beberapa hari belakangan di hidupnya, benar-benar mengusiknya.
"Lihatlah." Pria itu memberikan sebuah amplop cokelat ke arah Lisa. Melihat Lisa yang dengan segera membuka amplop tersebut, Gongyoo kembali bersuara, "Aku mendapatkannya kemarin lusa. Bagaimana menurutmu?"
"Apa ini?! Bagaimana bisa kau mendapatkan foto-foto seperti ini?! Siapa yang mengambilnya? Apa yang mereka minta? Berapa? Katakan berapa uang yang mereka mau?!" Lisa gemetar. Napasnya memburu dan wajahnya pun tak kalah pias.
"Tenanglah. Kau mau minum?"
"Bagaimana bisa aku tenang?! Karirku akan hancur jika foto-foto ini tersebar. Ini bukan foto skandal biasa! Kau lihat ini, di sini begitu terlihat jelas bagaimana intimnya kita! Ya Tuhan... " Suara Lisa bahkan sudah tercekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Money
General FictionL.M Mungkin orang akan mengira inisial itu untuk Lalisa Manoban. Namun, tanpa banyak orang tahu; L.M adalah inisial untuk tujuan hidup seorang Lisa, L.M adalah Love Money! UANG! Satu kata kramat itu yang selalu Lisa anut. Hanya 4 huruf itu yang ada...