"I want to run away. I'm afraid."
Aku berkata seperti itu terus-menerus. Aku tidak membayangkan bahwa aku bakalan ketemu sama orang itu lagi dengan sama. Aku memiliki teman yang berada di satu kantor denganku. Kebetulan aja dia tau itu orangnya sama seperti yang aku pernah temui.
"Waduh, itu orangnya sama ya?""Hah, maksudnya bagaimana, Livia?"
Aku malah berteriak pelan sedikit keras karena temanku agak tidak paham banget apa yang aku omongin. Pernah paham tapi malah gak paham.
"COBA KAMU LIAT ITU ORANGNYA!!!"
"Eh iya ya, sama orangnya. Pelan-pelan heh ngomongnya."
"Eh, maaf hahaha."
Tidak lama, orang itu berbalik dan semua orang tampaknya terdiam dan kaget melihat orang itu dan berjalan mengelilingi kantor.
"Heh! Siapa tadi berteriak?"
"Aduh, kabur deh. Ayo, kita kabur sembunyi dulu."
"Udah kelar kerjaannya, Livia?"
"Udah, ayo ayo!!"
"Udah pelan-pelan aja, Livia."
Aku dan temanku memutuskan untuk kabur sementara ke kamar kecil, sampai orang itu kembali ke tempat duduknya lagi. Tapi tidak berhasil juga. Orang yang tadi melihat aku dan salah satu temanku berlari ke kamar kecil itu juga sempat heran melihat aku. Malah dia ikutan kabur.
"Hey! Wait for me!!"
Di kantor. . .
"Astaga. . . emang saya menakutkan banget kah?"
"Kurang tau, Pak. Saya cuma tau Livia ini adiknya Bapak."
"Kok dia takut, itu yang saya heran."
"Nggak tau pak, tanya aja deh sama Livia."
"Kenapa kamu ga tanya? Kamu kan temannya."
"Dia jarang ngomong sama saya."
"Nanti saya ngomong sama dia, saya ga mau dia takut. Apalagi saya tau, dia emang lagi agak takut akhir-akhir ini kalau ketemu orang. Dia pernah ada kerjaan, pas saya udah datang, dianya malah menghilang. Saya tau, dia anaknya emang takut."
"Iya, Pak. Coba tolong diajak ngobrol sama adiknya ya."
"Kalau gitu, coba kamu panggil Livia."
"Oke, Pak."
"Saya sambil kirim pesan ke Livia."
"Baik, Pak."
Tidak lama, ponselku berbunyi. Aku segera memeriksanya. Aku pun membuka pesan itu dan kaget itu ternyata kakak aku sendiri. Aku pun segera membalas pesan miliknya.
"Livia."
"Hah?"
"Balik sini. Ga usah takut, kakak doang kok kamu takut."
"Livia masih takut sama kakak."
"Udah, ga usah takut. Balik dulu."
"Ya udah. Mau ketemu dimana?"
"Kakak tunggu di depan kantor. Kakak mau ngomong sama kamu. Sekalian makan siang. Kamu sama kakak harus makan."
"Hah?"
"Buruan balik. Udah, ga usah takut. Sekalian makan siang bareng di kantin. Kakak mau ngomong sama kamu."
"Huh. . . Ya udah."
"Ayo, balik dulu."
"Oke."
"Eh, aku dicari sama kakak aku. Kamu gapapa nanti balik sendiri?"
"Katanya apa?"
"Ga usah takut."
"Tuh kan. . ."
"Udah ah, kamu gapapa balik sendiri? Aku dicariin sama kakak aku."
"Gapapa. Ya udah, kamu sama kakak kamu aja."
"Oke. See you later."
Aku berjalan keluar kamar mandi dan segera ke depan kantor. Kakak aku menunggu aku disitu. Aku masih ketakutan. Kakak aku datang dan meraih tanganku yang dingin, karena aku takut sekali sama kakak aku. Entah kenapa, aku merasa takut.
"Livia. Kenapa kamu kabur?"
"Livia takut sama kakak tadi. . ."
"Lho, kan kakak doang. . . masa kamu takut?"
"Kakak bukan orang yang menakutkan. Udah, Livia harus belajar dari sekarang harus berani ya."
"Iya. . ."
"Ya udah, ayo makan siang. Abis itu pulang, lanjut di rumah lagi kerjaannya, Kakak udah beres²in barang kamu. Daripada kamu di kantor gak stabil lagi. Kakak juga mau lanjut di rumah kerjaannya Kakak."
"Ya udah, ayo."
Ya, begitulah. Ketahuan banget sifat aku penakut gitu, tapi malah disuruh berani. Lah, bagaimana caranya aku berani ya?
The End.

YOU ARE READING
Changed 2nd Series
ActionChanged = pergantian Tidak asing dengan judul cerita ini. Konsep yang mengangkat tema yang berada di thread penulis sendiri dan akan tercampur dengan beberapa cerita yang sudah dibuat oleh penulis sebelumnya. Changed merupakan satu serial cerita ya...