Round Trip from Seoul to Jogjakarta

0 0 0
                                    

Yogyakarta, 11 Januari 2022
Senja Tawa Café Yogyakarta
16:00 WIB

Aku baru sampai jam empat sore di Bandara Adi Soetjipto, Yogyakarta. Sebenarnya aku masih dalam masa karantina sekitar 5 hari lagi dan akan selesai tanggal 17 Januari 2022. Aku berangkat waktu itu tanggal 7 subuh.

Tapi sejujurnya aku sempat bingung karena aku kan sudah lama tidak ke Yogyakarta, dan aku hanya ingat ini tempat syuting acaranya abang sama adek aku, dan aku nonton di Youtube sampai gak berhenti tertawa banget.

Aku pun baru melewati beberapa konter yang aku harus ambil seperti konter pengecekan paspor dan skrining kesehatan. Tentu saja aku memakai masker tetap karena aku tidak mau ter-infeksi virus saat tiba di Yogyakarta.

"Waduh, hujan deras lagi..."

Aku pun mengeluarkan jas hujanku dan payung, serta menutup tasku dengan sarung yang sudah aku siapkan. Aku mengayunkan tongkat sihirku ke arah tas, koper, dan sarungku. Segera, aku pun segera mengucapkan mantra itu.

"Colloportus!"

Tas dan koperku tertutup dengan rapat, dengan sarung. Kebetulan aku baru saja selesai mengambil barang-barangku dan segera berjalan menuju pintu keluar bandara setelah melewati satpam sekuriti untuk pengecekan bagasi.

16:30 WIB

Aku pun segera mengecek pesan di ponselku, dan itu pak manager yang mengirimku pesan. Pak Kevan, manager Senja Tawa Café di Yogyakarta. Manager baru, kok aku merasa dia baru, eh, dia emang baru wkwkwkwkwk.

"Selamat sore, apakah benar dengan Livia?"

"Selamat sore, Pak Kevan. Benar dengan saya sendiri, Livia."

"Nanti, kamu akan dijemput oleh Jo. Pramusaji kafe. Kamu akan saya angkat juga sebagai pramusaji kafe menemani Jo."

"Baik, Pak."

"Ini nomornya Jo."

"Jo. . .? Yohanes?"

"Benar."

"Baik, Pak. Saya akan hubungi segera."

Aku pun segera menyimpan nomornya Jo di ponselku, dan menghubunginya di Whatsapp.

"Jo, ini Livia."

"EH, Liv, ehehehe. Tumben datang."

"Aku dipindahtugaskan ke sini."

"Jadi apa?"

"Pramusaji. Pak Kevan minta aku nemenin kamu."

"Ooh, kamu ga ke kafenya?"

"Mana mungkin, aku gak di-izinin Papa sama Mama buat naik ojek online, ini bahaya soalnya, takut kenapa-napa akunya."

"Barangmu banyak?"

"Mayanlah."

"Kamu udah di pintu keluar?"

"Aku kan baru, aku ga tau.."

"Oke sabar, aku jemput kamu deh. Pak Kevan minta aku jemput kamu soalnya. Tunggu disitu, jangan kemana-mana. Kalau ada apa-apa, kamu hubungi aku. Aku ajarin bahasa Jawa sekalian nanti."

"Ashiaaaaappp!!!"

Jo, Yohanes. Pramusaji terganteng di Senja Tawa Café Yogyakarta. Suka banget dia sama hal-hal terkait dengan seni. Aku bahkan waktu itu sempat membaca pesan dari Pak Kevan kalau Jo ini suka sama seni, tinggal di Jawa.

Aku pun sudah berdiri di daerah penjemputan, dan memakai jas hujanku, karena di luar hujan deras. Aku menunggu Jo dengan sabar, karena aku tau ini pasti kejebak macet tapi aku tau dia ambil jalan yang tidak macet pasti.

Changed 2nd SeriesWhere stories live. Discover now