Think of love but not ready to love (sensor)

0 0 0
                                    

❤ 9999999999 likes 💬 9999999999 comments ✉

𝓢𝓸𝓹𝓱𝓲𝓮_𝓛𝓲𝓿𝓲𝓪95 Think of love but not ready to love

📌. Warning, there is a semi-formal language with a bit harsh censored word to prevent reports! Only a story, don't take it very serious!

Di kafe sama saja. Aku berusaha banget buat bertahan ngelewatin segalanya, termasuk keuwuan dan aku bahkan tidak sempat memikirkan sesuatu. Aku hanya berpikir kerja saja. Tapi kalau masalah cinta aku mikir lagi, aku belum terlalu siap untuk mencintai seseorang. Semua akibat Harun. Harun memang agak iseng. Pantas aja setiap hari kena omelan sama Robert, Gian, Lura, sama Kak Ansara gara-gara isengin aku terus.

"Teh Liv." Panggil Harun. "Nape, Run?" Tanyaku agak kesal. "Gapapa, manggil ae." Sahut Harun tertawa. "Bisa-bisanya lu, Harun." Batinku sedikit kesal sambil berjalan kembali ke dapur untuk mengambil troli dan segera ke meja pelanggan untuk mengantarkan makanan.

"Lu jangan isengin Livia bisa gak, Harun? Lu gak tau mood dia lagi hancur?!" Omel Kak Ansara. "Tau! Bukannya naikin moodnya Kak Livia malah dibikin makin jatuh!" Teriak Robert. Harun tetap saja bodoamat. Gue sampe kesal dalam hati. Harun iseng lagi mengirimkan foto, dan ponselku berbunyi lagi.

"Teh, liat ini." Bunyi pesan di LINE. "Ape sih ini anak.." Batinku lagi sedikit kesal. Aku membuka chat LINE dari Harun dan melihat foto itu. Sumpah, ini gue gimana ga mau makin kesel ******. Gue langsung balas chatnya Harun dengan kesal, "KURANG AJAR LU! JOMBLO SHAMING! LU SPAM CALL PESAN GUE MUTE BLOCK LU!"

Setelahnya, gue blok chat Harun dan gue langsung screenshot semua chatnya Harun dan gue send ke Lura. "Lur.. Harun nakal ih.." Kataku sambil menangis. "Kenapa, Kak?" Tanya Lura. Aku pun mengirimkan semua screenshot dan foto yang dikirim oleh Harun.

"Astaga. Pasti ni kerjaannya Harun. Tenang, nanti Lura urusin ya." Kata Allura. "Oke, Lura." Kataku. Aku habis mengantarkan makanan dan pergi ke loker. Aku menangis lagi.  "Gimana gue mau senang dikit kalo gue dikasi foto ginian sama Harun, ****** banget tuh anak." Kataku sambil menangis sesengukan.

Robert dan Devaro pun lewat di loker itu dan melihatku menangis sesengukan. "Livia kenapa?" Tanya Robert. "Ga tau, mau tanya ke dia gak?" Tanya Devaro. "Ayo. Tanya dia deh. Kasian dia nangis mulu daritadi." Kata Robert. "Liv, duduk dulu." Kata Devaro. Aku pun segera duduk. Kak Ansara pun segera mendatangi aku, Devaro, dan Robert. Gian dan Lura mengikuti dari belakang. "Liv, kamu gapapa?" Tanya Devaro. "Iya gapapa, hanya saja.." Kata-kataku terputus dan aku pun menunduk menangis lagi. "Liv.. pasti si Harun?" Tanya Robert.

"Iya.. nakal tuh orang heh." Kataku sambil menangis. "Dev, coba cek LINE. Lura ada kirim sesuatu." Kata Robert. "Oh ini?" Tanya Devaro sambil menunjukkan chat dan foto itu ke aku. "Iya." Kataku masih menangis. "Kurang ajar Harun." Kata Robert dengan wajah kesal. "Gian, Ansa, ke sini dlu." Kata Devaro sambil memegang ponselnya. "Kenapa, Dev?" Tanya Kak Ansara. "Gak paham lagi sama Harun. Udah dikasitau gak usah gangguin Livia malah bodoamat. Akibatnya gini, Livia ga berhenti nangis sampe Lura yang bantu dia antar dulu ke meja pelanggan makanan mereka." Kata Devaro. "Kurang ajar emang tuh orang. Lagian dikasitau ga mau denger." Kata Kak Ansara.

Tidak lama kemudian, Harun pun kembali dan melihatku menangis, ditambah Kak Ansara, Gian, Lura, Devaro, dan Robert yang sedang berusaha menenangkanku. "Teh, balas napa sih LINE gue?" Kata Harun. "HEH! TAU DIRI LU HARUN!" Teriak Kak Ansara melotot ke arah Harun. "Kok.. lu ngegas, Teh?" Tanya Harun kaget. Robert dan Devaro melotot ke arah Harun, dan Harun kaget. "Napa sih lu pada liatin gue? Emang gue ngapain?" Tanya Harun.

"HARUN! LU MAU GUE TABOK LU?! MOODNYA LIVIA LAGI JELEK LU MALAH BIKIN DIA TAMBAH NANGIS! STOP ISENG DEH LU!" Teriak Robert marah setelah melihat semua pesan yang dikirimkan oleh Lura ke Robert. "Mau gangguin Teh Livia biar dia makin sensitif kwkwkwk." Kata Harun tertawa.

Changed 2nd SeriesWhere stories live. Discover now