Twenty Nine

179 10 4
                                    

Cinta tak mempunyai kaki tapi cinta bisa berjalan dari hati ke hati. Seperti cintamu kini yang telah berjalan pergi meninggalkanku. Cinta tak mempunyai mata, tapi kini hatiku benar-benar melihat kedustaan cinta semu darimu. Cinta tak memiliki telinga tapi sakit hati ini, ketika mendengar kebohongan keluar dari mulut manismu. Cinta tak memiliki tangan, tapi cintamu telah menggenggam jantung ini, hingga kurasakan jantung hatiku remuk dan hancur berkeping-keping saat aku mengetahui semuanya.

Bagian tersulit dari mencintai seseorang adalah tahu kapan harus melepasnya pergi, dan tahu kapan untuk mengatakan selamat tinggal. Dan cinta yang besar ini sudah terlalu sakit untuk dipertahankan lagi.

I loved you every minute, every second
Loved you everywhere and any moment
Always and forever was just for a moment
'cause I was not the one, I don't know how
I loved you 'til the last of snow disappeared
Missed you on the rainy days of the year
Never knew of pain like this but I've got to know
Thought I loved you so
Why did you go?

Ysabelle - I Liked You So Much We Lost It

Ysabelle - I Liked You So Much We Lost It

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oktober

Sore ini langit terlihat gelap dan suram. Ada selarik jingga di sepanjang tepi langit, percikan rona cemerlang yang akan segera dipadamkan oleh langit malam.

Aiden berbaring di atas rumputan hijau. Hampir satu jam, ia tertidur sebelum kemudian terbangun akibat dari pergerakan di dekatnya. Satu matanya mengintip. Teman yang menemaninya itu kini ikut tertidur di sampingnya.

"Bagaimana keadaan lo sekarang?" tanya Mathias.

"Sudah jauh lebih baik. Sekarang gue baik-baik saja."

"Itu berita baik daripada sebelumnya."

"Ya, gue akan melupakan fakta gue yang hampir mati karena infeksi paru-paru."

"Dan koma selama dua minggu."

"Koma lima hari."

Mathias berdecak kesal, "Kritisnya sampai dua minggu lebih!"

"Gue masih sehat." Mathias tidak menjawab. Pemuda itu mendengkus kuat membuat sebuah senyum tipis terbit di wajah Aiden, meskipun hanya beberapa detik. "Kerjaan lo disini gimana? Nyaman?"

Senyum lebar langsung tersungging di wajah Mathias, "Ternyata ada yang bisa gue lakukan. Kata mereka gue banyak membantu."

Seperti yang diinginkan pemuda itu, Mathias memang mengikuti dan menemani Aiden saat melakukan penelitian. Mathias jugalah yang mengkhawatirkannya dan selalu menanyakan perkembangan dirinya setiap hari, selain dokter pribadinya. Kini Mathias bekerja di bagian mesin. Pemuda itu tidak sengaja menemukan bakatnya setelah mereka sampai 1 minggu di tempat ini. Mathias berhasil membenarkan alat medis yang bermasalah dengan sempurna.

AidenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang