Prolog

10.1K 1.2K 83
                                    

Seseorang pernah mengatakan, jangan pernah mengambil langkah untuk mencintai sosok yang mustahil kamu miliki.

Jika kamu baru memulainya, maka akhiri sekarang juga. Karena kamu enggak akan bisa membayangkan gimana rasa sakitnya ketika cinta itu tak akan pernah bisa kamu gapai.

***

Katya Diantha harus berlapang dada dengan satu kenyataan, bahwa, ya, cinta yang ia persembahkan untuk Alexander Dananjaya memang tidak akan pernah bisa terlihat, selayaknya cinta seorang perempuan pada lelakinya.

Sampai kapanpun, Alex akan menatap dirinya sebagai sosok rapuh yang harus Alex lindungi, sebagai keluarganya.

Tidak pernah ada Katya di dalam hati Alex, selain pengakuan bahwa Katya adalah keponakan manis yang menjadi tanggung jawabnya untuk dijaga, selamanya.

Dengan dada yang terasa seperti dihantam batu besar, Katya berusaha amat keras sekadar meloloskan hela napas. Meski pada akhirnya tersendat. Bukan hanya sesak yang dadanya rasakan kali ini, namun juga denyut nyeri dan kesakitan. Seolah meremas hatinya, dan meremukkannya.

Bagaimana ia harus melewati satu hari ini dengan senyuman? Bukankah itu mustahil untuk ia lakukan.

Lalu, haruskah ia memasang wajah berkabung ketika Om terkasihnya melangsungkan pernikahan tepat di hari ini. Dia mungkin akan di cap sebagai sosok enggak tahu diri, yang tidak bisa berbahagia ketika laki-laki yang menjaganya selama ini akhirnya menemukan pasangan yang membuatnya bahagia.

Katya menatap dirinya sendiri di cermin, lalu mencengkeram dada kirinya yang terus saja mendenyutkan kesakitan.

Jika cinta itu menyenangkan, mengapa dadanya seperti tertusuk belati saat melihat Alex tersenyum untuk perempuan lain?

Sakit namun tidak terlihat, tidak berdarah.

Cinta baginya adalah hal terberat yang ia miliki. Dan cinta baginya adalah kesedihan paling nyata.

"Tenang, Katya. Jangan menangis sekarang." Katya berusaha merapalkan mantra untuk menenangkan diri sendiri. "Ada ribuan detik yang akan kamu lewati setelah ini. Kamu bisa sepuasnya menangis dan meratapi."

Benar, setelah hari paling menyakitkan ini, Katya akan mempunyai ribuan hari untuk tenggelam dalam kesedihan.

Pagi ini, entah seberat apa pun kenyataan itu, dia harus berusaha untuk tetap berdiri tegak dan memasang wajah bahagianya yang penuh kepalsuan.

Katya menepuk dua pipinya pelan, mencoba membuat raut kelam yang sedari tadi menghias untuk menghilang tidak berbekas. Dia menarik sudut bibirnya kaku. Menampilkan senyum paling manis di bumi.

Sayangnya, yang ia lihat kemudian di tampilan kaca di depannya itu justru seperti badut. Tidak salah juga, karena pada dasarnya ia memang sedang memainkan perannya untuk tampil sebahagia mungkin, tidak peduli entah seremuk apa hatinya.

Setelah menarik dan mengembuskan napas begitu panjang, Katya mengambil tas tangannya yang tergeletak di tepi wastafel dan keluar toilet.

Jika boleh memilih, Katya pasti lebih suka bersembunyi di bilik toilet, daripada berada di hall hotel yang dihias begitu mewah. Bernuansa warna putih dengan bunga-bunga memenuhi setiap sudut. Dekorasi pernikahan yang luar biasa indah.

Tidak salah Selena dan Alex memilih wedding organizer-nya.

Pintu hall tempat resepsi berlangsung sudah di depan mata, namun, langkah Katya terhenti seketika saat satu kalimat menyapa indera pendengarnya.

"Mempelai perempuannya kabur."

Katya segera menoleh ke asal suara dan menemukan tim penata rias pengantin di sana. Tanpa berpikir banyak ia segera menghampiri dua perempuan itu dan menyapa ramah, menanyakan apa yang sedang terjadi. Melihat ekspresi serius dan juga khawatir dari dua perempuan itu, Katya tahu yang ia dengar sebelumnya mungkin sebuah kebenaran.

Honey DarlingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang