9. Hanya Satu Bulan

2K 435 26
                                    

9. Hanya Satu Bulan

Alex mengetuk pintu kamar Katya beberapa kali, dan bibirnya pun berseru memanggil perempuan itu. "Katya. Kamu sudah tidur?" tanyanya, setelah beberapa saat lamanya tidak ada sahutan dari dalam. Dia tahu, Katya mungkin tertidur, tapi, dia tetap saja mempertanyakannya. "Kalau kamu belum tidur, temui Om sebentar. Kita bicara," sambungnya. "Sekarang." Dia menekankan kalimatnya.

Katya melewatkan makan malamnya, dan itu cukup membuat Alex merasa begitu jengkel. Bibi Welas yang dia pintai untuk memanggil Katya dan meminta perempuan itu makan malam, berakhir dengan kegagalan. Katanya, Katya bersikeras menolak makan dan akan tidur lebih cepat.

Ini sudah pukul delapan malam dan Katya tidak menampakkan dirinya sama sekali sejak kepulangan Alex tadi sore.

Alex sudah akan berbalik dan menyerah dengan usahanya untuk mengajak Katya bicara, ketika akhirnya, daun pintu di depannya terayun membuka dan menampilkan sosok perempuan lugu di baliknya. Dari tampilan Katya yang rapi, Alex bisa menebak jika perempuan itu tidak tdiur sebelumnya, namun sengaja mengabaikan panggilannya. Hal itu membuat Alex bertambah kesal saja.

"Ayo turun, kamu harus makan malam dulu," pinta Alex sembari mengedikkan dagu ke arah tangga.

Katya memberi gelengan cepat. "Katya sudah kenyang," balasnya singkat.

"Kamu belum makan dan kamu bilang sudah kenyang?"

"Katya sudah minum jus tadi."

Alex memindai wajah Katya, menatapnya intens. "Kamu bertambah kurus semenjak di sini."

Ada senyuman tertahan di bibir Katya. Nafsu makannya memang cukup berkurang beberapa hari ini, namun ia cukup yakin jika berat badannya tidak berkurang banyak, atau bahkan tidak berkurang sedikit pun. Alex hanya melebih-lebihkan saja. "Ini yang ingin kamu bicarakan?" tanya Katya. "Kalau gitu, aku—"

"Tunggu." Alex memotong cepat. Tahu jika Katya akan menutup pintu kamar dan kembali bersembunyi di baliknya. "Ikut Om, kita bicara sebentar."

Katya menghela napas pelan. "Katya enggak ingin makan," ucapnya merajuk.

"Enggak makan. Kita hanya bicara," tandas Alex. Lalu, dengan gerak cepat, ia menggenggam tangan Katya, mengajak perempuan itu untuk mengikutinya ke ruang baca milik Katya, yang tepat berada di samping kamar perempuan itu. Satu ruangan yang menyatu dengan ruang santai.

Digenggam sedemikian rupa oleh Alex, membuat Katya menahan napas untuk beberapa saat. Hangat genggaman tangan lelaki itu dengan cepat menjalar ke lengan hingga ke wajahnya. Membuat dia merasa sedikit terbakar.

Oh, ya ampun, Katya. Hanya digenggam seperti ini oleh Alex kamu sudah merona.

Padahal perempuan itu tahu persis bahwa genggaman tangan Alex dimaksudkan agar Katya tidak lari dari lelaki itu.

"Duduk," pinta Alex setibanya ia di ruang baca. Meminta Katya untuk duduk di salah satu sofa. Baru kemudian, dia mengambil duduk di sofa lain, berhadapan dengan Katya.

Untuk beberapa saat terlewat hanya ada hening di antara keduanya, dan tatapan mata yang saling bersirobok. Hingga kemudian, diakhiri oleh Alex dengan desah napas pelan.

Melihat bagaimana Alex mencipta gestur tubuh, membuat Katya sedikit menaikkan sebelah alisnya. Sepertinya, Alex memang hendak membicarakan hal yang cukup serius. Dan tampaknya, lelaki itu membutuhkan cukup banyak persiapan hanya untuk mengucap sepatah kata. "Alex," panggil Katya, setengah gemas karena Alex yang memilih diam. Dan ekpresi Alex yang sedikit terhenyak karena panggilannya barusan membuat ia begitu ingin mendecap keras-keras.

Lelaki itu tidak kunjung terbiasa dengan panggilannya yang tanpa embel-embel. Sangat berbeda dengan Katya yang justru amat menyukainya, karena ia jadi merasa jika ia dan Alex adalah sepantaran. Toh, pada dasarnya, Alex cukup awet muda kok. Usianya saja yang kelewat berjarak dengannya.

Honey DarlingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang