13. Pagi yang Hangat
Hangat. Adalah satu perasaan yang menyapa Katya pagi ini. Membuat perempan itu rasanya begitu enggan untuk terjaga. Kelopak matanya terasa begitu berat untuk membuka. Terlebih saat ia begitu sadar, di mana letak kedua lengannya. Memeluk erat tubuh seseorang.
Dia ingin berlama-lama di dalam posisi ini, namun, ia juga penasaran ingin memperhatikan wajah terlelap Alex di pagi hari.
Sungguh, Katya merasa pagi ini, perutnya dipenuhi dengan kupu-kupu berterbangan. Tidak hanya itu, ia juga merasa jika dadanya meledakkan kembang api dengan begitu semarak.
Senyum Katya terulas tipis seiring dengan kelopak matanya yang membuka perlahan. Sedetik ketika ia berhasil memperjelas tatapan, iris matanya segera disambut dada bidang Alex. Segera saja, hidung Katya mengerut pelan dan menempelkan ujung hidungnya ke lapisan piama Alex.
Katya pikir, ia tidak akan tidur dengan nyaman dan lelap ketika kedua lengannya memeluk erat tubuh seseorang. Apalagi tubuh itu adalah milik Alex. Dia cukup yakin jika degup jantungnya tidak akan bisa diajak berkompromi, berdebar dan melompar-lompat sepanjang malam. Namun ternyata salah, karena ia justru tidur dengan sangat nyaman di dekapan Alex. Sangat beruntung lelaki itu tidak terusik dengan pelukannya.
Dengan gerak pelan, Katya menengadah untuk menatap wajah Alex yang masih bertahan dalam lelapnya. Lelaki itu, entah baru mandi, pulang bekerja, atau sedang tidur seperti ini, tetap saja terasa amat tampan. Wajahnya tampak tidak menua sejak bertahun-tahun lalu.
Perempuan itu bertanya-tanya di dalam hati, apakah Alex adalah manusia atau justru dewa?
Senyum Katya semakin mengembang ketika tanya itu mengudara di benaknya. Hingga kemudian, dia mendapati kelopak mata Alex berkedut pelan. Dengan cepat, Katya kembali ke posisinya, menghadapkan wajahnya ke arah dada Alex dan memejamkan mata. Berpura-pura tertidur.
Di dalam hati dia membisiki mantra untuk tidak terusik, karena itu akan menghancurkan kepura-puraannya.
Alex terjaga. Dia mengerjap beberapa kali dan hendak menggeliat, sebelum ia menyadari jika tubuhnya tengah didekap seseorang. Dia sedikit berjengit terkejut. Lelaki itu kemudian melirik ke bawah untuk menemukan ubun-ubun kepala Katya yang tenggelam di dadanya.
Sejak kapan guling di tengah-tengah ranjang tersingkir, membuat tidak ada pembatas sedikit pun di antara ia dan Katya.
Dan sejak kapan ia dan Katya berpelukan seperti ini? Kenapa ia tidak mengingatnya sama sekali.
Namanya juga lagi tidur, memang apa yang bisa diingat, selain mimpi?
Alex menghela napas begitu pelan. Dia mengkangat tangannya untuk menyentuh bahu Katya dan mendorong tubuh perempuan itu, demi mencipta jarak di antara mereka. Namun respon yang Katya berikan adalah lenguhan pelan dan dekapan yang bertambah erat di tubuhnya.
Jika tadi Alex tidak bermaksud untuk membangunkan Katya, namun kini, tidak ada cara lain demi melepaskan diri dari dekapan Katya selain membangunkan perempuan itu.
"Katya," panggil Alex. Jemarinya bergerak mengusap puncak kepala perempuan itu. "Bangun. Ini sudah pagi," sambungnya, masih dengan suara lirih. Beberapa saat berikutnya, ia mendengar bunyi jam weker di atas nakas yang dia setting semalam.
Dengan satu tangannya yang bebas, Alex menyentuh wajah Katya dan sedikit mendongakkannya. Perempuan itu tampaknya masih ingin berlama-lama dalam lelapnya.
"Katya bangun, ini sudah pagi," ucap Alex sembari menepuk-nepuk pipi Katya. Yang hanya direspon dengan kelopak mata berkedut pelan milik perempuan itu. Merasa jika usahanya untuk membangunkan Katya tidak kunjung berhasil, Alex melancarkan serangannya yang terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Honey Darling
Romance"Setiap gadis mendambakan kisah cinta yang begitu indah. Aku pun sama. Meski pada akhirnya hanya sepi yang selama ini harus kuterima." Katya Diantha pulang ke Indonesia hanya untuk mendapatkan satu kejutan bahwa lelaki yang ia cintai akan segera me...