CATATAN HATI SEORANG HOKU

151 10 7
                                    

*Cerita ini terinspirasi dari interview konflik ItsuHoku yang diceritakan Makoto —Live Tour REBOOT

Liat Itsuki di cerita Makoto ini mengingatkanku pada sosok suami jahat di serial azab. Yasudah jadi kita buat azab version dari cerita itu.

Ini BL tapi jokes doang kok. Seriusan dah. Dan sebenernya konflik ItsuHoku gak sealay yang ada di cerita ini namanya juga The Rampage salah gaul.

"Aku sudah siap mas. Ayo berangkat." Yoshino Hokuto, pemuda manis berdarah Jepang-Solo itu tersenyum manis di hadapan sang suami.

"Kita cuma mau ke pasar malam napa lu lama banget sih?"

Hokuto meremas jemarinya. Ia sudah kebal dengan sikap dingin dan sinis dari suaminya itu.

"Tidak apa. Aku merasa senang bisa pergi bersama Icchan," ujarnya dengan senyum yang masih terpatri.

Berbeda dengan sang istri, Fujiwara Itsuki—si suami hanya mendecih dan beranjak keluar rumah. Hokuto dengan sabar membuntuti suami tercintanya tersebut.

***

"Icchan, aku lapar. Belum ketemu yang kamu mau?"

Itsuki terus berjalan cepat menyusuri deretan kedai, mengabaikan Hokuto yang tertinggal lima kaki di belakangnya.

"Icchan ini sudah warteg keempat yang kita datangi. Kamu belum nemu yang coc—"

"Berisik! Kalau kamu masih ribut sana pergi!" bentak Itsuki.

Hokuto bungkam. Ia tidak lagi mengeluarkan sepatah kata pun.

Setelah setengah jam berkeliling, Itsuki berhenti di sebuah warung gudeg di ujung jalan. Ia segera masuk dan memesan lauk kepada Bude.

"Sayang, aku lupa ambil duit tadi. Pakai duit kamu dulu ya disini enggak bisa pakai kartu," rayunya. Panggilan itu jarang sekali mengalun dari bibir seorang Fujiwara Itsuki kecuali kalau ada maunya.

Hokuto hanya bisa mengangguk. "Um. Nanti aku yang bayar."

Perilaku keras Itsuki tak hanya itu saja. Hokuto seringkali mendapat respon yang tak mengenakkan dari sang suami.

***

"Kau yakin disini tokonya, Icchan?"

Hari itu mereka mengajak Makoto, adik sepupu Hokuto yang datang dari Jakarta. Itsuki mengusulkan pergi ke Bojong Gede Fried Ciken untuk makan siang.

"Sialan, karena kau restoran kesukaanku tutup!" maki Itsuki.

Makoto yang sedang berbincang dengan sang kakak terkejut. Pasalnya sejak terakhir ia bertemu dengan kakak iparnya itu—saat hajatan pernikahan mereka, Itsuki tampak seperti pria yang lembut bukan pemarah seperti sekarang.

"Kamu bisa makan itu lain kali. Kita makan di warung padang aja ya? Kasihan Makochan sudah lapar," ujar Hoku lembut. Ia mencoba memaklumi kelakuan suaminya yang bahkan tidak peduli mengamuk di tempat umum.

"Tidak. Aku tidak mau! Kalian pergi berdua saja sana! Dasar istri tak berguna." Dengan cukup kasar Itsuki mendorong tubuh kurus Hokuto hingga limbung. Ia berjalan pergi meninggalkan Makoto yang langsung memapah sang kakak.

"Kak, kakak gapapa? Kak Itsu kenapa jahat sama kakak?"

"Kakak gapapa kok. Mungkin Kak Itsu hanya sedang kelelahan. Belakangan ini banyak masalah di kantor. Jangan khawatir ya."

***

Hingga malam tiba Itsuki belum kunjung pulang. Hokuto yang sudah sejak sore menunggu di sofa mulai terkantuk.

Drrrt...

Getar dari ponsel membuat ia kembali tersadar. Sebuah pesan masuk dikirim oleh Itsuki.

Maaf untuk yang telah terjadi.

Baru saja Hokuto selesai membaca pesan tersebut, pintu apartemennya terbuka. Itsuki masuk sambil menyeret kedua kakinya dengan badan tertunduk. Aroma amer menguar kuat darinya membuat Hoku muak.

"Hokuchan aku minta maaf hehe," racau sang suami. "Nanti aku traktir pentol deh."

Hokuto langsung memapah sang suami ke kamar dan membaringkannya di kasur. Untung saja Itsuki langsung terlelap dibawah pengaruh alkohol.

"Aku bodoh ya mas. Masih bucin sama kamu walaupun kamu begini."

END.

dahlah. ini terinspirasi dari cerita realnya itsuhoku cuma nama tempat yang diubah ama beberapa scene ditambah. dahlah capek

HAUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang