Semuanya terlihat sedang berkumpul di ruang keluarga atas perintah Hyunbin. Mereka semua tampak menunggu apa yang akan di katakan nya merasa begitu penasaran.
"Ayah kenapa ngumpulin kita disini?" tanya Mashiho membuka pembicaraan.
Bukannya menjawab, Hyunbin malah menatap Hyejin dengan senyum manis terulas. Ia mengulurkan tangannya ke arah Hyejin dan langsung di sambut baik. Mereka berdua berdiri berdampingan di hadapan anak-anak mereka.
Para Park dan Watanabe bersaudara hanya menatap penasaran ayah dan ibu mereka.
"Kami akan menikah," ujar Hyunbin tanpa basa-basi.
"Apa?!" pekik mereka semua yang mendengar.
"Serius? Om bakal nikah sama Mama?" tanya Junkyu tidak percaya. Bahkan mulutnya sedikit terbuka karena terkejut.
"Om serius. Dan sudah memikirkan ini semua dengan matang. Om rasa Hyejin akan jadi Istri yang baik dan ibu yang baik juga untuk anak-anak, Om. Mengetahui perhatiannya selama ini sama kalian." tutur Hyunbin yang selama ini memperhatikan perlakuan Hyejin pada semua anak-anaknya.
"Dan mungkin ini saatnya juga kalian memiliki Mama baru. Kalian setuju kan?" Hyunbin menatap Yoshi, Asahi, Mashiho dan Haruto meminta persetujuan.
"Kita setuju," jawab Yoshi mewakili ketiga adiknya.
"Anak-anak." Kali ini Hyejin yang menatap Hyunsuk dan yang lainnya.
"Tentu, kita setuju juga." jawab Hyunsuk dengan lantang.
Hyunbin dan Hyejin nampak senang mendengar anak-anak mereka menyetujui pernikahan mereka. "Terimakasih, Om akan berusaha menjadi Ayah yang baik buat kalian." lontar Hyunbin tersenyum ke arah Park bersaudara.
"Dan Bibi juga akan berusaha menjadi Mama yang baik untuk kalian," ujar Hyejin lembut.
Suasana nampak sendu, mata mereka terlihat berkaca kaca mengetahui akan memiliki keluarga yang utuh. "Sini," panggil Hyunbin membuka kedua tangannya untuk menerima pelukan dari mereka.
Mereka semua berdiri dari kursi dan berjalan menghampiri Hyunbin dan Hyejin untuk memeluk. Pelukan itu terlihat sangat hangat dan mereka semua merasa nyaman. Untuk beberapa saat tidak ada obrolan di antara mereka semua. Tampaknya mereka terhanyut dalam pelukan hangat itu sampai akhirnya seseorang membuka suara.
"Misi, kapan ini di lepas, ya? Aku sesak," celetuk Mashiho di antara tumpukan orang yang berpelukan.
Mereka semua segera melepaskan pelukan dan tertawa kecil melihat raut wajah Mashiho.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nirmala
Short Story"Dunia dengan kecerahan 0% itu lebih baik. Karena lebih baik tidak melihat semuanya daripada melihat semuanya.."