"Sayang, kamu marah?" Hyejin mendekati suaminya yang dari tadi membelakangi dirinya.
"Nggak," balas Hyunbin singkat.
Hyejin menghela napas dan duduk di sebelah Hyunbin, dia menggenggam dengan lembut tangan suaminya itu dan berkata. "Maafin anak-anak aku, ya? Aku janji, mereka nggak akan lakuin hal itu lagi dan makasih juga karena masih mau nerima mereka."
Hyunbin memijat pangkal hidungnya lelah, tadi siang adalah hal yang paling melelahkan untuknya. Disatu sisi dia tidak terima anaknya Haruto di perlakukan buruk oleh anak tirinya. Tapi disisi lain, dia tidak bisa mengusir mereka begitu saja. Apalagi Hyejin memohon-mohon padanya tadi siang membuat dia merasa tidak tega.
Dan pada akhirnya Hyunbin memutuskan untuk memisahkan rumah mereka. Sekarang Park bersaudara termasuk Jeongwoo dan Junghwan yang tidak tau apa-apa tinggal di belakang rumah utama, dimana tempat itu biasa ditinggali oleh para maid. Terpisah dari anak-anak Hyunbin sekarang, tetapi Hyejin tetap tinggal di rumah utama bersamanya.
"Dengar Hyejin, aku ngelakuin hal ini karena janji aku sama kamu. Dan karena kamu juga yang mohon sama aku."
"Tapi jika suatu saat mereka ngelakuin hal yang sama lagi. Aku nggak akan segan buat ngusir mereka dan masukin mereka ke kantor polisi." Raut wajah Hyunbin terlihat sangat serius menatap Hyejin. Dia tidak akan main-main jika berurusan dengan anak-anaknya.
"Nggak akan ada lagi belas kasihan buat mereka. Kamu ngerti?"
"Iya, aku ngerti."
Hyejin dan Hyunbin saling diam canggung, sampai akhirnya Hyejin terbatuk kecil untuk memecahkan keheningan di antara mereka.
"Sayang, kamu keliatan cape banget." Hyejin memijiti pundak Hyunbin. "Mau aku buatin teh biar badan kamu lebih enakan?" Lanjutnya menawarkan.
"Hm, boleh juga." deham Hyunbin.
"Kamu tunggu disini sebentar, ya."
Hyejin berjalan keluar kamar mereka menuju dapur. Dia menyiapkan teh hangat untuk Hyunbin, seperti teh pada umum nya Hyejin memasukan gula, air panas yang di campur sedikit air dingin dan teh. Tapi di akhir pembuatan, Hyejin mengeluarkan sesuatu dari kantong celana nya. Hyejin memastikan sekitar nya terlebih dahulu sebelum memasukan serbuk yang sekarang ada di tangan nya. Dirasa aman, dia mulai memasukan pada teh milik Hyunbin dan mengaduk nya.
Setelah semua selesai, Hyejin segera membuang bungkusan itu dan kembali pergi ke kamar. Hyunbin terlihat sedang menyandarkan punggung nya pada penyanggah kasur dengan laptop di pangkuan nya.
"Sayang, ini di minum dulu."
"Makasih," ujar Hyunbin mengambil teh dari tangan Hyejin. Dia meminumnya tanpa menaruh curiga sama sekali, padahal sekarang Hyejin sedang tersenyum miring menatap Hyunbin.
"Eum, enak." Hyunbin menatap Hyejin sebari tersenyum.
"Iya kah? Aku nambahin sesuatu ke dalam teh nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nirmala
Short Story"Dunia dengan kecerahan 0% itu lebih baik. Karena lebih baik tidak melihat semuanya daripada melihat semuanya.."