Satu

10K 332 33
                                    

Hidup di Jakarta memang agak berat kalau bisa dibilang, belum lagi masalah ekonomi yang nggak ada habisnya. Mulai dari kebutuhan sehari-hari sampai kebutuhan lainnya yang harus terpenuhi setiap harinya. Sama seperti kehidupan seorang pria muda bernama Arda Febrian, panggil saja Arda. Kehidupan pria itu sehari-hari memang cukup sulit, tapi dibalik kesulitan tersebut Arda selalu bisa tetap tersenyum demi terlihat baik-baik saja, ditambah setelah dirinya kehilangan seorang ayah, Arda dan Ibunya harus bekerja membangun toko bunga milik keluarga kecilnya itu berdua saja. Bukan toko bunga yang besar, hanya toko bunga sederhana yang menjadi inti mata pencaharian Arda dan ibunya selama ini. Bahkan mimpi Arda untuk wisuda juga ada pada omset kecil dari dirinya berdagang bunga serta menghias bunga tersebut. Tidak banyak yang Arda dan ibunya dapat, tapi setidaknya mereka bisa cukup untuk makan setiap hari dan biaya ongkos Arda ke Kampus. Meski harus terkadang puasa jajan atau menahan apa yang diinginkan, Arda tentu jelas bisa menahan semua itu karena dirinya harus menabung demi membayar uang keperluan kuliahnya.

Rumah mereka juga menyatu dengan toko bunga tersebut, di depan adalah toko, dan di bagian belakang yang terpisah oleh tembok adalah rumah mereka yang biasa mereka tempati untuk tidur dan berbagi rasa bahagia berdua. Arda tidak pernah menyesal untuk hidup, Arda tidak merasa hidupnya begitu sulit meski kenyataannya ia pernah mengalami depresi dengan jalan hidupnya yang tak kunjung dapat membahagiakan orangtuanya. Bahkan sampai ayahnya tiada pun Arda masih belum sempat menjadi apa yang ayahnya mau, Sarjana, keinginan Arda sebenarnya bukanlah berkuliah dan menyulitkan orangtuanya, tapi itulah kemauan sang ayah yang selalu menyemangati dirinya untuk bisa memiliki gelar pendidikan yang lebih baik daripada kedua orangtuanya.

Di suatu malam ketika toko mulai sepi, ibunya tertidur di atas meja bunga hias, sepertinya beliau lelah karena orderan tiga buket bunga untuk pernikahan tadi siang. Arda mulai membersihkan batang dan serpihan bunga yang jatuh di lantai, menyapu semuanya hingga bersih sebelum akhirnya mereka akan menutup toko tersebut dan kembali buka besok pagi lagi. Namun sebelum semuanya bersih, lonceng pintu toko berbunyi tanda ada pelanggan masuk.

Ternyata seorang dengan parasnya yang tegas dan tatapan tajam, Arda belum melihat siapa pelanggan tersebut yang datang. Arda langsung berdiri di meja kasir dan menundukkan kepalanya tanda menyapa sang pelanggan pria tersebut yang datang. "Selamat datang, apa pesanan anda Tuan?" Arda hanya melihat bagian tubuh orang tersebut dan menegaskan kalau pelanggan nya adalah pria. Arda tidak melihat wajahnya karena jujur mungkin menurut nya itu tidak terlalu sopan dan akan membuatnya gugup.

Pelanggan tersebut masih terdiam, Arda malah jadi merasa aneh kenapa pelanggan itu hanya diam mematung di hadapannya tanpa menyebutkan pesanan bunga apa yang akan dia inginkan. Pada akhirnya Arda mulai mendongakkan kepalanya seraya memandang wajah pria tersebut. "Maaf... Tuan." Arda mengulangnya, berusaha sopan untuk bertanya lagi pada pelanggan tersebut.

Tidak, Arda malah menatap tatapan yang cukup lama dari pelanggan pria tersebut sampai akhirnya dia mulai menggapai setangkai bunga mawar merah yang ada di meja dekat dengan mesin uang. "Harganya li..." Belum sempat Arda memberitahu harga dari setangkai bunga tersebut tapi pria itu malah memberikan selembar uang Rp.100.000 ke atas meja.

Arda tidak menjual dengan harga segitu, hanya Rp. 15.000 saja, dan Arda berniat memberikan kembalian namun pelanggan pria tersebut menghilang dari hadapan Arda. Ternyata pria itu pergi dengan motor gedenya ketika Arda berhasil melihat dari dinding kaca di toko bunga nya. Arda tidak sempat mengejar kepergian pelanggan tersebut, dirinya hanya bisa berdiam sambil memegang uang kembalian untuk pelanggan pria tadi. Apakah ini rejeki ya Tuhan berikan padanya? Arda masih belum tau, dirinya pikir mungkin nanti pria itu bakalan balik lagi ke tokonya, Arda akan menyimpan uang kembalian tersebut sampai pria itu balik lagi ke toko nya. Oh iya, sedikit Arda bisa mengenal wajah pria tersebut dengan tatapan tajam dan kumis serta jenggot tipis, tubuhnya tinggi gagah dan Arda harus mengingat itu.

The Rebellion - BoyxboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang