Tujuh Belas

2.2K 125 34
                                    

Selagi Doni bersihkan diri di kamar mandi, Arda punya rencana untuk lihat-lihat sekitar daerah rumah, memang nggak seperti kampung sih, ini lebih tepat layaknya perumahan elit namun design nya tidak berlebihan. Arda berjalan mengelilingi daerah perumahan itu, bertemu dengan beberapa orang yang melintas disana dan memberi senyum ke pada mereka tetangga baru. Sepertinya ramah, dan bahkan ada anak-anak yang berkerumun sedang main gundu atau petak umpet di lapangan dekat rumahnya. Disana juga ada Sekolah Dasar(SD) dan masjid tempat beribadah bagi umat muslim tentunya, jadi Arda nggak perlu jauh-jauh kalau dirinya mau solat nanti.

Menghela nafas lega kali ini, Arda melihat ada minimarket juga, dirinya memeriksa kantung celana dan beruntung ada beberapa lembar uang karena ia ingin membeli Es Krim di minimarket itu. "Selamat datang, selamat berbelanja." Arda disambut baik oleh karyawan disana, memberikan senyuman dan Arda langsung menuju cooler atau lemari es pendingin untuk melihat-lihat jenis Es Krim mana yang akan ia beli.

"Nah dapat," Arda menemukan sosok es krim hijau yang berjudul 'Hula-hula' es krim rasa kacang hijau yang murah dan enak sekali. Dia mengambilnya satu bungkus dan bergerak menuju kasir untuk membayar.

Tapi baru saja ingin memberikan uang yang Arda punya, seorang pria menyodorkan uang lebih dulu dan Cola botol untuk sekalian dibayar. "Sekalian es krim dan Cola nya ya Mbak. Ini uangnya." Pria tersebut bermaksud membayar es krim Arda juga maksudnya. "Makasih." Ternyata itu adalah Amar,

Arda bisa melihat wajah familier itu, pria yang pernah ngajarin dia main gitar itu tiba-tiba ada di daerah sini dan bertemu di minimarket. "Kak Amar?" Wajahnya tersenyum, entah bisa gimana mereka bertemu sekarang. "Kak Amar disini juga? Ngapain?" Nggak tau deh, Arda tiba-tiba nanya begitu, ya mau nanya apa lagi yakan.

Amar malah ketawa mendengar anak itu bertanya, jelas banget area sekitar kampus, rumah Hanum, rumah Bastian, rumah Arda toko bunga yang dulu, bahkan rumah Gandi pun dekat sini. Tapi memang dekat cuman beberapa blok ke arah depan dari rumah Arda sekarang itu adalah rumah Amar. "Kamu nanya aneh banget, kamu baru pindah kan? Sekarang enak ya tinggal bareng sama Doni."

"Kok aneh?" Arda berjalan membuntuti Amar sambil keluar dari minimarket. "Iya aku baru pindah, hehehe~ ada insiden sedikit. Makanya aku pindah tempat tinggal." Arda bermaksud menjelaskan.

Amar duduk di kursi besi yang ada di depan minimarket, berteduh di atas payung besar yang terpaku di meja nya. "Aku udah tau semuanya, Hanum yang cerita. Bahkan  Gandi yang lagi liburan di luar kota pun tau berita itu." Ujar Amar yang membuat Arda tidak harus menjelaskan panjang lebar lagi, "Rumah yang kamu tinggali bersama Doni itu letaknya nggak jauh dari tempat tinggal aku juga. Jadi jangan bertanya lagi kenapa kita bisa ketemu di sini." Kali ini Amar menyeruput Cola kalengan yang ia beli tadi.

Dengan mengangguk pelan Arda mulai mengupas bungkus es krim, menjilatinya perlahan, "Oh jadi gitu, Hanum mulutnya kemana-mana ya ternyata. Heboh banget dia. Oh jadi Kak Gandi lagi liburan ke luar kota, pantas kalian jarang kumpul lagi liburan ini."

Suaranya mulai serak karena minuman itu, Amar senang bisa melihat Arda baik-baik saja sekarang, "Jadi, gimana hubungan kamu dengan sahabatku itu?" Agak penasaran memang si Amar ini.

Diawali dengan senyuman, Arda menjawabnya dengan penuh hati, "Aku rasa dibalik perawakan Kak Doni yang seram dan menakutkan, tersimpan jiwa yang bertanggung jawab dan sangat menjaga. Bahkan berkat dia juga aku bisa tinggal dilingkungan ini, dan juga bisa menangkap pelaku penguntitan sebelumnya yang ternyata itu adalah sahabatku sendiri."

Lega mendengarnya, Amar memang tidak suka dengan kedekatan antara Doni dan Arda. Ya karena hal itu membuatnya kesal, jujur dalam hati Amar masih menyimpan perasaan suka dan sayang dengan Arda, tapi mengingat Arda sepertinya bahagia bersama sahabatnya itu, hal tersebut membuat Amar tak sampai hati merusak kebahagiaan mereka berdua. "Syukurlah, ternyata selama ini Doni sibuk menjaga calon masa depannya ya." Amar tertawa renyah yang membuat Arda malu mendengar hal itu, "Kita jarang kumpul karena memang tugas akhir di kampus, bahkan waktu itu kita sulit menghubungi Doni karena lagi jadi budak cinta kamu. Tapi sekarang aku, Bastian, Gandi, dan Yoga paham betul kalau Doni tidak main-main soal perasaannya ke kamu." Arda menjelaskan semuanya, entah kenapa meski tidak bisa memiliki Arda sebagai kekasihnya, sekarang malah Amar sedikit lebih lega untuk tau ternyata memang benar cinta tidak harus memiliki.

The Rebellion - BoyxboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang