Tujuh

3.1K 179 18
                                    

Entahlah, daritadi malam sampai pagi ini hari H dilaksanakan tour pun Amar masih menunggu chat balasan dari Arda. Tapi ia pikir anak itu mungkin saja sibuk mengemasi barang-barangnya sampai lupa buka ponsel. Bisa jadi, tapi jujur Amar juga ngetik chat itu butuh keberanian dan ingin ada jawaban, namun nyatanya penantian dirinya tidak datang cepat, pesan dari chat LINE nya masih dalam status 'Read' atau hanya di baca saja oleh Arda. Baiklah, masih berpikir positif, lebih baik nanti Amar berencana untuk bicara secara langsung saja dengan anak itu ketimbang harus menunggu dengan rasa penasaran. Sebenarnya bukan pengen tau jawaban yang signifikan, tapi setidaknya Arda membalas agar hatinya sedikit lebih baik, begitu maksud Amar.

Tapi setibanya di Kampus dan melihat sudah banyak mahasiswa yang bersiap memasukkan barang ke dalam bagasi bus, terlihat sahabatnya yang bernama Doni baru saja tiba di sana bersama dengan Arda, tentu saja Amar tau betul kedekatan antara Doni dengan Arda, namun hal yang masih diketahui oleh Amar adalah kedua orang itu belum memiliki status apapun, iya kan? Jadi berteman saja dengan Arda pun sebenarnya tidak ada masalah bagi Amar, seharusnya.

Dengan percaya diri Amar mulai mendekati Arda yang baru saja turun dari motor milik Doni, dan langsung disambut pandangan kecut dari sahabatnya itu, berbeda dengan Arda yang malah tersenyum girang melihat Amar yang menghampirinya. "Arda... Hai.." Amar berusaha sebaik mungkin agar tidak menghiraukan Doni yang malah berdiri di sebelah Arda.

Jujur saat itu Doni mulai geram, maksudnya apa? Apa sahabatnya itu tidak tau bahwa Arda itu penting baginya? Amar sungguh membuatnya muak.

"Kak Amar, hai." Arda menjawab dengan antusias,

Namun dengan cepat Doni sedikit menarik tangan anak itu bermaksud membuat Arda menjauh, "Cepat, itu udah mau pada siap. Kamu masukin barang-barang ke bagasi, itu udah ada Hanum disana." Beruntung Doni melihat Hanum yang berdiri di sebelah bus, dia melambaikan tangan.

Arda yang melihat ke arah Hanum ikut melambai, "Oh iya, nanti kita bicara lagi ya Kak Amar. Bye~, makasih Kak Doni, aku ke sana dulu ya." Arda pamit pada kedua pria itu, karena tidak mengetahui terjadinya perang dingin antara keduanya pasti Arda merasa kedua pria itu baik-baik saja.

Pastinya Amar merasa telah dikesampingkan dengan sikap anak itu, beruntung memang Doni sangat cepat ambil tindakan. "Oke, bye~" Amar bisa melihat Arda yang mulai menjauh, dirinya menghela nafas pelan sambil berhadapan langsung dengan Doni.

Keduanya masih saling bertatapan sampai akhirnya Amar mulai angkat bicara lagi, "Jangan salah sangka bro, gue cuman..."

Temannya itu langsung memotong ucapan, "Ngechat malam-malam, Ck." Sambil berdecak Doni memandang tajam ke arah Amar, "Kalau kita emang sahabat udah lama, seharusnya Lo tau gimana ngasih sikap ke dia." Doni bermaksud menyikapinya dengan cukup tenang.

Berusaha sabar juga Amar mulai menjelaskan. "Seharusnya Lo juga tau, setidaknya dia berhak milih siapa orang yang bakal jaga dia nantinya. Bisa jadi bukan diantara kita berdua, jadi gue rasa Lo cuman percaya diri aja kalau dia bakalan milih Lo."  Kata-kata Amar kali ini memang sangat keterlaluan, bukan hanya menusuk, jujur Amar memang kembali memperingati sahabatnya itu.

Sambil mengepalkan tangan cukup keras, Doni berusaha sabar. "Terkadang hanya dengan satu langkah yang salah, kita bakalan kehilangan sahabat yang mungkin akan jadi orang lain nantinya." Doni menyilang kedua lengannya di dada,

Mendengarnya Amar mulai mengangguk seolah mengerti maksud dari sahabatnya itu. "I know what you mean." Ya benar, tentu saja Amar sangat tau apa yang dikatakan sahabatnya itu, "Kita cukup bersaing aja, dan gue harap secara sehat." Lanjut Amar dan mulai berbalik badan untuk pergi meninggal Doni.

Menyeringai dan hanya tersenyum penuh kemarahan, Doni tidak habis pikir kalau tiba-tiba saja sahabatnya itu menyimpan rasa ke Arda. Tidak, Doni sebenarnya tidak mau ada persaingan antara sahabat apalagi itu tentang Arda, tapi kenapa semuanya jadi begini? Baiklah, jika memang harus begitu, Doni cukup hanya berpikir soal Arda, bukan yang lain.

The Rebellion - BoyxboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang