Part 21

11.6K 1.7K 57
                                    

Di pagi yang penuh kabut, Jaemin kembali berlatih dengan Taeyong. Ini adalah hari kedua mereka berlatih bersama, atau lebih tepatnya Taeyong mengajari Jaemin.

Latihan dimulai dengan mengulang pelajaran yang kemarin. Jaemin harus berkuda sembari menembus kabut yang untungnya sudah mulai menipis. Matanya memicing, mencoba memfokuskan pandangannya pada target yang terlihat kabur karena kabut.

Meleset.

"Aish!" Jaemin sangat frustasi karenanya. Kemarin ia sudah ada kemajuan, kenapa hari ini kembali seperti itu, tak mengenai target.

"Tidak usah kesal." Ujar Taeyong saat menghampiri Jaemin dengan kudanya. "Pagi ini memang sedikit sulit karena kabut."

"Tapi kau tetap bisa melakukannya dengan mudah." Bibir Jaemin mengerucut, ia merasa kesal sekali dengan dirinya sendiri yang tak memiliki kemampuan.

Taeyong terkekeh mendengarnya. "Jangan membandingkan dirimu denganku. Aku sudah lama berada di akademi, jam latihanku lebih banyak darimu, tentu saja aku pasti lebih baik."

Jaemin merengut, kata-kata Taeyong malah membuatnya merasa telah menyia-nyiakan waktunya. Andai saja ia berlatih sejak dulu, pasti ia sudah bisa menjadi pemanah yang hebat. Sayang sekali, ayah dan kedua kakaknya tidak pernah mengizinkannya benar-benar berlatih. "Andai aku berlatih sejak dulu."

"Hey! Tidak ada salahnya memulai saat ini. Tidak ada kata terlambat untuk mempelajari hal baru. Waktumu tak perlu sama dengan orang lain, kau punya jalanmu sendiri."

Jaemin menunduk, merasa apa yang dikatakan Taeyong ada benarnya. Ia terlalu sering membandingkan dirinya dengan orang lain, serta menyalahkan ayah dan kedua kakaknya. Jika ingin maju, ia harus membuang segala penyesalan dan berhenti menyalahkan pihak-pihak lain dalam hidupnya.

"Kau benar, aku pasti bisa sepertimu jika terus berlatih."

"Nah itu baru Na Jaemin! Setelah menghabiskan malam dengan alphamu, kau harusnya lebih bersemangat."

Wajah Jaemin bersemu merah mendengarnya. Bagaimana Taeyong bisa tahu kalau dirinya melakukan sesuatu yang intim dengan Jeno semalam?

Mengerti dengan reaksi Jaemin, Taeyong segera membuka suaranya kembali. "Kau bau seperti omega yang baru saja digagahi."

"Yak! Kak Taeyong!"

Jaemin mengejar Taeyong yang sudah terlebih dahulu pergi dengan kudanya. "Aku juga bisa mencium bau Kak Jaehyun dari tubuhmu!" Teriak Jaemin, ia tidak mau kalah.

***

Jaemin dan Taeyong berlatih hingga tengah hari. Beberapa teknik baru Taeyong ajarkan pada omega muda itu dan Jaemin bisan dengan cepat mempelajarinya, walaupun harus mengulangnya beberapa kali terlebih dahulu.

"Lelah?" Tanya Taeyong kepada Jaemin yang tengah turun dari kudanya. Ia sendiri sudah berdiri di samping kuda miliknya.

"Lumayan, hari ini kau lebih bersemangat dari kemarin." Memang benar, hari ini Taeyong lebih intens dalam mengajarnya. Sedikit sekali waktu luang yang bisa Jaemin dapatkan di sela-sela latihan.

"Aku hanya berusaha mengimbangi tekadmu."

Jaemin tersenyum cerah mendengarnya. "Terima kasih." Memiliki seseorang yang membimbingnya membuat Jaemin merasa lebih percaya diri, ditambah Taeyong juga seorang omega sepertinya. Dunianya sekarang telah berubah, bukan lagi sebagai omega yang tidak diizinkan melakukan apapun, tetapi ia sudah bisa menjadi omega yang ada di impiannya, setidaknya hampir.

"Ayo!" Ajak Taeyong seraya menuntun kudanya. Ia mengajak Jaemin untuk memasukkan kuda mereka ke kandang yang berada di akademi. Semua kuda milik siswa dan milik akademi berada di sana, terjaga dan terawat dengan baik.

Jaemin mengikuti Taeyong, ia berjalan di sampingnya sambil menuntun kuda putihnya, sewarna dengan bulunya saat berubah menjadi serigala.

"Omong-omong Kak, apakah kau mengenal Jeno?"

Taeyong menoleh pada Jaemin, tetapi sedetik kemudian ia kembali mengalihkan pandangannya ke ara depan, fokus pada jalan yang akan dipijaknya. "Tidak, kenapa memangnya?"

"Dia juga dari Northen Vale, siapa tahu Kakak mengenalnya."

Taeyong terkekeh, "Northen Vale itu luas, aku tidak mungkin mengenal semua orang di sana."

"Hmm, benar juga." Pertanyaan bodoh memang jika didengar oleh orang yang tak mengerti apa yang Jaemin risaukan. Namun, omega itu hanya ingin memastikan pengakuan Jeno kemarin. Dia bilang Taeyong adalah sepupunya, tapi kenapa omega di sampingnya ini tak mengenal Jeno. Apakah Taeyong berbohong?

"Hm, tapi Kak..."

Taeyong kembali menoleh ke arah Jaemin yang terlihat sedang ragu. "Ada apa?"

"Jeno mengenalmu."

Taeyong kembali terkekeh, ia merasa omega di sebelahnya ini sangat polos. "Aku mau tanya, apakah semua orang di klanmu mengenalmu?" Jaemin mengangguk. "Begitupun denganku, semua orang di Northen Vale mengenalku, tetapi aku tidak mengenal mereka semua."

Mata Jaemin membola. "Tunggu, Kakak anak ketua klan?"

Taeyong mengangguk dengan senyuman merekah di wajahnya, merasa terhibur dengan tingkah Jaemin. Ia kemudian kembali melangkah, meninggalkan Jaemin yang masih tenggelam dalam keterkejutannya.

'Jika Kak Taeyong adalah anak dari ketua klan dan juga sepupu Jeno, berarti....' Jaemin tak sanggup untuk melanjutkan pemikirannya yang terlalu peka. Ia takut untuk sekedar menebak hubungan seperti apa yang dimiliki oleh matenya dan Taeyong, apalagi sepertinya kakak keduanya juga memiliki hubungan dengan Taeyong. Bagaiman jika sesuatu yang buruk nanti terjadi? Siapa yang akan Jaemin pilih, matenya atau kakaknya?

Tidak, siapa yang akan Jaehyun pilih, adiknya atau kekasihnya?

***

TBC

Ada yang bilang nemu book ini pas diurutan 1 #nomin, sayang aku gak liat pas itu :(

Btw besok udah ultah Nana, kalian pada nyiapin apa aja?

[NOMIN] Rogue ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang