03. Runaway

447 111 1
                                    

Diperlakukan layaknya iblis yang bisa dipanggil menggunakan pentagram, mantra, dan tumbal berdarah tidak pernah ada dalam mimpi terliarku sekali pun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diperlakukan layaknya iblis yang bisa dipanggil menggunakan pentagram, mantra, dan tumbal berdarah tidak pernah ada dalam mimpi terliarku sekali pun. Belum lagi dengan keberadaan pria gila yang  tidak hanya memelukku seenak jidat, tapi juga memanggilku dengan nama orang lain ketika melakukannya.

Katakan, apa ada penghinaan yang jauh lebih parah dari itu?

Aku berhasil kabur dari kumpulan sekte sesat itu. Sayangnya, aku cuma bisa berlari tanpa arah. Sejauh mata memandang hanya ada pepohonan yang berderet rapat. Suasananya begitu suram. Langit tampak mendung dan tidak banyak cahaya yang berhasil menerobos rimbunnya atap dedaunan.

Setelah beberapa menit yang terasa sangat lama, aku mulai putus asa. Rasanya aku hanya berputar-putar di tempat yang sama. Hutan belantara ini seperti tidak ada habisnya. Kemana pun melangkah, tidak ada jalan keluar yang kutemukan.

Sebenarnya apa yang terjadi?

Apa ini mimpi?

Tidak. Rasa pegal di kaki dan rasa perih pada lengan yang tanpa sengaja tergores ranting sudah cukup membuktikan kalau ini bukan mimpi.

Tidak jauh di belakangku terdengar suara derap kaki kuda.

"Valda, tolong berhenti!"

Baik. Itu isyarat bagiku untuk berlari makin cepat.

Aku mencoba berkelit di antara pohon-pohon dan menambah luka gores baru dalam prosesnya. Namun, tentu saja kecepatanku bukanlah apa-apa dibanding seekor kuda. Ditambah lagi tubuhku sudah mencapai batasnya. Kuda itu berhasil menyusulku dengan cepat dan penunggangnya adalah sosok berjubah putih yang sebelumnya. Dia melompat turun dan melangkah pelan-pelan ke arahku.

"Aku tahu ini membingungkan, tapi--"

"Aku mau pulang!" Dan hal pertama yang terlontar dari mulutku adalah sebuah rengekan frustrasi. "Dan jangan mendekat! Dasar kau orang aneh!"

Pria itu berhenti di tempatnya dan terdiam cukup lama. Tudung jubahnya membuatku tidak bisa mengamati ekspresinya.

Apa dia murka?

Bagaimana kalau aku dibunuh dan darahku digunakan untuk ritual selanjutnya?

"Valda."

Pria itu kembali angkat bicara.

"Kau berada di rumah. Kau sudah pulang, Valda."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[End] Turning Back to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang