08. Remember

347 95 1
                                    

Perpaduan warna putih-keemasan di ruangan ini membuatku silau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perpaduan warna putih-keemasan di ruangan ini membuatku silau. Ukurannya sangat luas dengan banyak patung, lukisan, dan gantungan kristal yang menghiasi. Beberapa membuatku tertarik, tapi aku terlalu takut untuk menyentuh apa pun. Sehingga yang bisa kulakukan hanyalah mengkeret di salah satu kursi dan kembali memikirkan duniaku yang baru saja jungkir-balik.

"Kau mau berusaha mengingatnya, kan?"

Pria di seberang meja melihatku sambil tersenyum tipis. Penampilannya sudah kinclong, tidak lagi seperti gelandangan kehujanan. Dengan baju brokat mewah dan jubah beludru biru tua di punggung, dia sama sekali tidak tampak seperti anggota sekte aliran sesat.

Arkyn bukan sekedar idola ataupun pejabat di Ragnark.

Dialah rajanya.

Dan orang penting ini sejak tadi terus merundungku dengan permintaan yang sama.

Untuk mengingat.

Namun, bagaimana mungkin aku mengingat hal yang kuyakin tidak pernah ada dalam memoriku?

"Perpindahan dunia. Kejadian yang sangat langka. Sepanjang sejarah, hanya satu yang bisa kembali dengan ingatan utuh. Satu lagi bisa mengingat sebagian. Dua sisanya hilang ingatan total." Arkyn memandangi tangannya yang terlipat di atas meja. "Tapi aku yakin kau bisa mengingat cepat atau lambat."

Aku membuang napas frustrasi. "Ingatan macam apa yang kau butuhkan? Sepenting apa? Apa berhubungan dengan kelangsungan bangsa dan negara? Hidup dan mati?"

Jangan bilang tanpa sadar aku menyimpan kode peluncuran nuklir di kepalaku!

"Aku tidak tahu. Kau," Dia mengangkat kepalanya dan sepasang mata beriris biru itu menatapku pilu. "pergi sebelum sempat mengatakannya."

Tanganku terangkat menyentuh kepala.

Oke. Coba asumsikan aku ini benar-benar Valda--walau ini masih susah dicerna logika--kira-kira hal sepenting apa yang ingin kusampaikan pada seorang raja?

Gelap.

Aku bahkan tidak tahu Valda orangnya seperti apa. Bisa saja kepribadiannya berbeda denganku.

"Jadi, apa kau bersedia?" Arkyn kembali bertanya.

Dia tidak memberiku pilihan dan akhirnya kuajukan pertanyaan paling penting. "Kalau aku berhasil mengingat, aku bisa pulang?"

 "Kalau aku berhasil mengingat, aku bisa pulang?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[End] Turning Back to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang