Diperlakukan layaknya iblis yang bisa dipanggil dengan ritual yang melibatkan pentagram, mantra, dan tumbal berdarah tidak pernah ada dalam mimpi terliarnya Fiona.
Namun, entah bagaimana sekumpulan orang berjubah berhasil menariknya ke dunia antah-b...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Paginya aku terbangun di kamar seolah tidak ada yang terjadi. Semua yang diperlihatkan Celestia terus terbayang bagaikan mimpi buruk. Tak lama, seorang pelayan datang dan membantuku bersiap karena Arkyn mengundangku sarapan.
Arkyn.
Sekarang nama itu membuat jantungku berdebar di atas normal.
"Ada yang aneh di wajahku?"
"Ah, tidak." Aku kembali menatap makanan.
Belum apa-apa aku sudah merasakan dorongan untuk terus memandanginya. Aku harus bisa mengendalikan kebucinan menggebu-gebu milik Valda ini.
Arkyn menaruh sendok-garpunya di atas piring. "Terjadi sesuatu?"
Tatapan intensnya kembali memaksa jantungku berolahraga.
Aku bisa mengerti kenapa Valda bisa begitu tergila-gila padanya. Arkyn sangat baik dan perhatian. Sekilas tampak kaku, tapi dia bisa berubah hangat di saat-saat tertentu. Kharismanya luar biasa dan dari segi fisik tampak tak bercacat. Seandainya aku disuruh memilih tipe pria idaman, aku juga akan menunjuknya tanpa ragu.
Nah, pikiranku kembali berkelana.
Sungguh kasihan jantungku yang terus bekerja keras sejak tadi.
"Eliza tidak ikut sarapan?" Sebelum membuka topik tentang masa laluku, aku harus memastikan ruangan ini aman dari si nenek sihir.
"Tidak." Arkyn menjawab pendek.
Baguslah.
"Buatmu Valda sepenting apa?"
"Sangat penting sampai-sampai aku bersedia melakukan apa pun untuk memanggil reinkarnasinya kembali ke sini."
Wow! Jawaban dalam bentuk kalimat panjang. Wajahku memanas.
"Arkyn, sebenarnya ak--maksudku, Valda--"
Lidahku mendadak kelu. Deja vu.
"Itu … sejak dulu, aku ... sebenarnya--IH!" Aku frustrasi sendiri. Aku bukan lagi remaja 15 tahun yang baru puber. Aku sudah melalui satu kematian dan bahkan berhasil hidup 21 tahun di kehidupan kedua. Namun, kenapa rasanya masih sulit melakukan ini?
"Ya?" Arkyn masih menyimakku seksama.
Mulutku terkunci dan aku mulai memutar otak.
Bisa dibilang, aku ada di sini untuk meneruskan urusan yang tertunda. Apa itu artinya ….
"Maaf. Aku permisi."
Tanpa menunggu jawaban Arkyn, aku berlari menuju pintu keluar.