13. Unexpected

300 95 8
                                    

"Ah, kau mungkin tidak mengingatku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ah, kau mungkin tidak mengingatku." Wanita itu melepas pelukannya dan menyeka pipinya yang basah. "Maaf membuatmu tidak nyaman."

Karena tidak tahu harus berkata apa, aku menggeleng. Kutatap sepasang mata beriris hijau zamrud itu dalam-dalam. Seperti yang sudah-sudah, tidak ada kilasan masa lalu yang menghampiri. Otakku tidak menyimpan memori tentangnya.

Arkyn berdehem memecah keheningan yang terasa canggung.

"Sudah kubilang jangan menemuinya dulu." Suaranya terdengar tenang, tapi menyiratkan kekesalan yang kentara. Entah kenapa aku bersyukur Arkyn tidak pernah bicara begitu padaku. "Dia belum siap."

"Maaf, Yang Mulia." Wanita itu menunduk sopan. "Saya tidak bisa lagi menahan diri."

Dia kembali menghadapku. "Aku Eliza. Dulu kita sangat dekat dan sering menghabiskan waktu bersama."

"Halo." Aku mencoba sopan. "Aku Fiona."

"Fiona?" Eliza sedikit memiringkan kepalanya dan tersenyum manis. "Nama yang cantik."

Awalnya kupikir Valda adalah gadis kuper tanpa teman yang hanya bisa mengandalkan Arkyn dalam hal apa pun. Ternyata aku salah. Keren juga dia bisa bersahabat dengan orang seperti Eliza.

Sementara di duniaku, Eliza adalah tipe yang agak kuhindari untuk dijadikan sahabat.  Mereka seperti di luar jangkauanku. Kasta pergaulan sosial kami begitu berbeda.

"Aku tidak akan lupa kejadian hari itu, Val. Duniaku hancur waktu mereka bilang menemukan jasadmu di taman ini."

Apa?

Rasanya seperti ada pukulan tak kasat mata tepat di ulu hati.

Aku menoleh ke Arkyn, meminta kepastian. Namun, dari gestur panik dan wajahnya yang memucat, aku tahu kalau itu benar.

Valda meregang nyawa di taman daffodil ini.

Bukan meninggal di tempat tidur seperti yang selama ini kukira. Namun, setelah diingat lagi, Arkyn memang tidak pernah memberitahuku penyebab kematian Valda.

"Eliza!"

"Tapi syukurlah!" Eliza mengabaikan teguran Arkyn. "Suamiku berhasil membawamu kembali."

Lagi-lagi sebuah bom dijatuhkan tepat di depanku.

"Suami?" Ujung mataku refleks melirik ke tempat Arkyn duduk.

Eliza mengangguk. "Yang Mulia Arkyn adalah suamiku."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[End] Turning Back to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang