16. Voice

276 85 0
                                    

"Fiona

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Fiona."

Awalnya aku mengira itu hanyalah suara yang kudengar di dalam mimpi. Suara yang begitu damai, lembut, dan menenangkan. Mirip suara ibu ketika beliau tidak sedang berada dalam "mode singa". Membuatku ingin terus terlelap dan berpura-pura sudah berada di rumah.

"Fiona.”

Suara itu terdengar makin nyata, menyebabkanku mau tidak mau membuka mata. Dan hal yang pertama kali kulihat adalah jendela kamar yang terbuka lebar. Aku terduduk dalam sekejap.

"Fiona."

Suara misterius dan jendela yang terbuka. Normalnya, aku akan langsung berteriak dan bersembunyi ketakutan di balik selimut. Namun, entah kenapa kali ini aku tidak merasa takut sedikit pun.

Perlahan kudekati jendela. Semilir angin bertiup masuk, menerbangkan tirai-tirai di kedua sisi. Rasanya dingin menusuk tulang dan di luar masih gelap. Aku tidak tahu sekarang jam berapa, tapi yang pasti ini belum waktunya untuk bangun.

"Kemarilah, Fiona."

Tanganku mencengkeram pinggiran bawah jendela dan memanjat ke atasnya. Tingginya sebatas pinggang, tapi aku melompatinya dengan mudah seolah sudah pernah melakukannya ratusan kali.

Kaki telanjangku melangkah ringan menginjak rerumputan. Aku merasa tahu harus ke mana, tapi di saat yang sama tidak tahu kenapa harus ke sana.

Namun yang pasti, inilah pertama kalinya aku merasa sebebas ini sejak tiba di Ragnark. Tanpa jubah, aturan yang mengikat, maupun para pengawal kepercayaan Arkyn yang menguntitku ke mana-mana. 

Suara itu masih terus menyerukan namaku, memintaku mendekatinya.

Aku sampai di hamparan padang daffodil. Suasana yang remang-remang membuatku tidak dapat melihat jelas, tapi kakiku lagi-lagi tahu ke mana harus melangkah. 

Aku melewati gazebo tempat makan siang tempo hari. Sudah terlalu jauh dari kastil, tapi anehnya aku tidak peduli. Di ujung taman daffodil terdapat barisan pepohonan yang berderet rapat. Aku menuju ke sana dan berhenti di sebuah pohon besar. 

Kali ini suara itu menghilang.

Meninggalkanku yang kebingungan, antara sadar-tidak sadar kenapa bisa berada di sana.

Meninggalkanku yang kebingungan, antara sadar-tidak sadar kenapa bisa berada di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[End] Turning Back to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang