04. Stranger

410 101 3
                                    

"Ada yang salah dengan otakmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada yang salah dengan otakmu."

Orang itu tampak berjengit saat mendengar tudingan barusan, tapi aku tidak peduli lagi. Pertama, dia tiba-tiba memelukku. Kedua, dia memanggilku "Valda". Terakhir, dia bilang di sini rumahku. Aku harus meluruskan semuanya sebelum dia makin salah paham.

"Namaku bukan Valda. Kau salah orang." Aku berusaha mengatakan itu semua di antara napasku yang masih tersengal. "Sekarang pulangkan aku! Aku ada kuliah sejam lagi!" Masa' di pertemuan pertama semester baru aku langsung bolos?

Pria itu kembali terdiam. Aku agak menengadah, lagi-lagi berusaha meneliti ekspresinya. Namun, tidak ada gunanya. Fitur yang berhasil kutangkap hanyalah bentuk rahangnya yang tegas, bibirnya yang  tipis, dan hidungnya yang bangir.

"Pendeta agung benar." Dia bersuara, membuatku terkesiap karena sempat tidak fokus. "Kau tidak akan mengingat semuanya semudah itu. Bagaimana kalau begini?"

Kedua tangannya terulur ke kepala dan menurunkan tudung jubah yang sejak tadi mengganggu akses pengamatanku.

"Apa kau mengenal wajahku?"

Sepasang mata beriris biru itu menatapku lekat, tepat di manik mata. Terlalu intens. Ditatap begitu, aku buru-buru membuang pandangan ke arah lain.

"Tidak," jawabku apa adanya.

Itu adalah tipe wajah yang tidak mungkin gampang dilupakan. Begitu proporsional. Begitu sempurna. Bagai terpahat dengan sangat baik. Aku pasti akan ingat kalau pernah melihatnya di suatu tempat.

Namun, berhubung orang mesum ini baru saja memelukku sembarangan tanpa izin, tampan pun tidak akan ada artinya.

Orang itu tersenyum tipis. Fokusnya masih belum berpindah dari wajahku. "Kalau begitu," Dia mengulurkan tangan. "perkenalkan. Namaku Arkyn."

"Fiona." Aku menjawab tanpa menyambut tangannya. "Jadi paham, kan? Aku bukan Valda. Sekarang kasih tahu cara keluar dari sini."

Tatapannya berubah makin sendu dan senyumnya mulai tampak terpatah.

"Tidak. Kau memang Valda." Kali ini dia mengulurkan tangan ke wajahku."Sudah begitu lama. Kupikir penantian ini tidak akan berakhir."

"Tapi aku--"

"Seandainya kau tahu betapa aku merindukanmu."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[End] Turning Back to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang