2. Ceritanya Belum Selesai

11 1 0
                                    

Beberapa bab cerita cinta kita sudah rusak dikoyak waktu. Sebagian hurufnya pun sudah memudar dan sulit dibaca. Dan aku menyalahkanmu untuk semua ini. Sebab, sebelum cerita cinta kita terbengkelai begini, dipertengahan bab, kamu malah pergi. Aku ingat betul ucapanmu waktu itu. Katamu, "Aku akan balik lagi. Jangan tutup bukunya. Setelah aku kembali, kita lanjutkan ceritanya sampai di bab terakhir." Tapi, sampai sekarang tidak ada tanda-tanda kehadiranmu. Kamu benar-benar pergi, meninggalkan cerita kita yang belum selesai.

Bodohnya aku. Aku tidak berani menutup ceritanya. Padahal, bukunya sudah sangat usang dan cacat di beberapa bagian. Hatiku bersikeras menunggumu pulang supaya ceritanya kita selesaikan. Walau pikiranku kerap kali mengutuk kebodohan menanti ketidakpastian.

Sejujurnya aku takut, ketika bukunya sudah kututup. Kamu malah datang dan mengajak melanjutkan bagian yang tersisa.

Padahal, aku ingin sekali memulai cerita baru dengan orang baru. Orang yang mau bercerita di dalam buku hingga bab terakhir.

Tapi, aku malah semakin bimbang dan takut. Takut kamu kembali di saat cerita baru hendak dimulai. Dan takut orang baru ternyata sama sepertimu. Membiarkan cerita cintanya terabai begitu saja padahal sudah banyak yang dikisahkan.

Perasaan Seperti RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang