15. Bukan Lagi Tempatmu Pulang

8 1 0
                                    

Sejujurnya, tidak ada testimoni lagi yang perlu kusampaikan setelah perlakuanmu padaku waktu itu. Kamu tahu sendiri betapa marahnya aku. Bahkan, aku sampai menangis sesegukan. Saat itu kamu benar-benar menyebalkan. Bagaimana tidak: kamu menghancurkan dunia yang sudah kita bangun.

Ah, dasar kamu. Kamu tahu? Saat aku menulis surat ini, rasa kesalku tidak memudar. Oleh karena itu namamu tidak aku sebutkan di sini. Karena, ketika namamu muncul, maka selalu ada pertanyaan seperti ini dibenakku “kenapa kamu bisa menghancurkan dengan mudah sesuatu yang sudah dibangun dengan susah payah padahal kamu yang pertama kali berinisiatif membangunnya?

Tapi, sudahlah, mungkin sudah waktunya. Sudah waktunya apa yang kita bangun dihancurkan.

Aku cuma mau menyampaikan ucapan terima kasih lewat tulisan jelek di secarik kertas ini. Walau kamu menyebalkan pada akhirnya, tapi kamu pernah menenangkan dan mendamaikan. Jadi, hanya ucapan terima kasih saja dariku.

Setelah ini kamu bebas. Kamu bebas berkelana ke manapun kamu mau sekarang. Dan aku bukan lagi rumah yang sedia menantimu pulang.

Perasaan Seperti RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang