Beberapa hari kemudian Clara seperti mengurung diri di perpustakaan. Saat cuaca cerah maupun tidak bagus. Alex dan Len yang melihat itu kawatir dengan keadaan Clara.
"Clara sekarang cuaca sedang bersahabat. Bagaimana kalau kita jalan-jalan di taman?" Tawar Len sambil tersenyum.
Kalau dulu Clara sendiri yang ingin keluar dan bosan di dalam. Tetapi sekarang...
"Ah... tidak. Aku sedang tidak ingin jalan-jalan. Buku ini sedang seru!" Kata Clara bersemangat.
Alex dan Len diam. Mereka sudah tidak bisa memaksa kemauan Clara.
"Aku akan mengambil teh." Kata Alex pergi ke luar perpustakaan.
"Baik. Len bolehkah kau ambilkan buku seperti ini di rak ke 3 bagian paling atas?" Tanya Clara sambil menunjukan buku kesuakaan almarhum ibunya.
"Masih mau lanjut?" Tanya Len kaget.
"Iya! Buku ini seru banget!" Seru Clara.
Len tersenyum lalu mengangguk. Dia meninggalkan Clara ke rak buku ke3. Clara membaca bukunya sebentar lalu melihat ke jendela. Clara sebenarnya ingin pergi ke luar tetapi ia tidak ingin membahayakan siapapun lagi.
"Apakah yang ini Clara-sama?" Tanya Len sambil membawa beberapa buku yang sampulnya sama tetapi berdebu.
Clara mendekati Len lalu mengangguk mantap.
"Betul! Ini dia! Terimakasih." Kata Clara sambil membawa bukunya.
"Clara hime. Teh." Kata Alex sambil mendorong kereta makanan. (Bukan kereta api, kereta listrik, dll loh ya.)
"Wah... terimakasih Alex!" Kata Clara sambil memeluk buku.
Begitulah keseharian Clara setelah kejadian itu. Seperti mengurung diri. Memaksakan kehendak juga.
Saat malamnya...
Clara ke luar dari perpustakaan menuju kamarnya dan melewati kamar ayahnya yang pintunya kebuka. Clara tak sengaja melihat ayahnya yang sedang mengepak baju. Karena penasaran Clara berjalan ke arah kamar ayahnya. Oh iya, tak ketinggalan Len dan Alex yang mengekor Clara.
Tok tok tok.
"Ya? Ada apa Clara?" Tanya ayah Clara.
"Kenapa ayah menyiapkan baju?" Tanya Clara.
"Oh. Ayah tiba-tiba harus keluar kota besok selama kira-kira 1 minggu lebih." Kata ayah Clara.
"Loh tapikan 1 minggu lagi..."
"Iya ayah tau. Maafkan ayah tidak ada saat hari ulang tahunmu yang ke-15." Kata ayah Clara sambil mengelus kepala Clara.
Clara hanya mengangguk pasrah.
"Clara ingin apa?" Tanya ayahnya.
"Ingin ayah pulang selamat aja." Kata Clara sambil tersenyum.
Ayah Clara tersenyum karena permintaan anak semata wayangnya.
"Clara-sama, ini sudah larut." Kata Len mengingatkan.
"Heeh... tapi..." Clara memajukan bibirnya.
"Sudahlah. Kau tidur saja. Ayah pergi besok saat matahari sudah di atas kepala." Kata ayah Clara
Clara memgangguk pasrah lalu berjalan ke kamarnya. Len dan Alex mengikuti Clara sampai di depan kamar Clara saja.
"Dah... aku tidur dulu ya" kata Clara yang masih semangat.
"Iya."
"Mimpi indah Clara-sama" kata Len sambil membungkuk.
Clara menutup pintu kamarnya. Len dan Alex menuju kamar mereka berdua.
Esok paginya...
Clara bergegas ke ruang depan untuk menemui ayahnya. Len dan Alex mengikuti Clara dengan tergesa-gesa juga.
"AYAAAAHHHH." Panggil Clara sambil berlari.
"Jangan berlari. Nanti kau jatuh. Kau itu wanita dan juga akan beranjak dewasa." Kata paman Clara, Rey.
"Wah... sejak kapan paman di sini?" Tanya Clara yang langsung ngerem.
"Sejak beberapa jam yang lalu." Kata paman Rey dengan santai.
"Untuk apa pamam ke sini?" Tanya Clara.
"Untuk mengantikan ayah sementara." Kata ayah Clara tiba-tiba.
"Ayah! Ayah jadi pergi?" Tanya Clara yang langsung memelas.
"Iya sayang, beberapa minggu lagi ayah pulang kok." Kata ayah Clara.
".... baiklah. Hati-hati. Pastikan ayah pulang selamat!" Kata Clara.
"Iya. Terimakasih." Kata ayah Clara sambil tersenyum.
"Sikap dewasanya muncul tuh." Goda paman Rey.
"Paman Rey berisik!" bentak Clara
"Hahahahaha...."
"Ah... paman Rey. Ohisashiburi." Kata Len sambil sedikit menunduk.
"Oh Len. Kau tambah tinggi ya." Kata paman Rey sambil tertawa dan berdecak pingang.
"Hah... hah... hah... tu....-nggu...." Alex menyusul Len dengan pelan.
"Alex? Kau tidak biasa berlari?" Tanya Clara bingung.
"Bukan, dia sedikit kewalahan dengan lari Clara-sama yang terlalu gesit." Kata Len sambil tersenyum dan mengangkat salah satu alisnya.
"Oh benarkah? Hehehehe..." Clara hanya cengengesan mendengar itu. Memang sih banyak yang mengeluh kalau lari Clara terlalu gesit.
"Baiklah ayah pergi dulu ya." Kata ayah Clara sambil memebawa koper besar.
"Baik, hati-hati." Kata Clara sambil melambai. "Perasaan apa ini? Semoga saja ayah tidak apa-apa." Pikir Clara sambil melambai.
Setelah ayah menutup pintu dan terdengar suara kereta kuda yang makin samar. Tiba tiba Clara berteriak.
"AKU TAU!"
Yang membuat semua orang yang di sana melihat Clara bingung.
"Tau apa Clara." Tanya paman Rey.
"Aku akan memeberi hadiah untuh ayah." Kata Clara bersemangat.
"Loh bukannya sebentar lagi kau ulang tahun dan yang memberi kadokan ayahmu ke kamu. Kok jadi sebaliknya?" Tanya paman Rey sambil tersenyum.
"Heh.... suka-suka dong!" Kata Clara sambil memajukan bibirnya.
Paman Rey hanya tertawa melihat wajah Clara yang aneh karena di buat-buat.
"Lalu apa yang kau pikirkan Clara-sama?" Tanya Len.
"Menjadi lebih anggun dan dewasa!" Seru Clara.
"Kenapa tiba-tiba berpikir seperti itu?" Tanya Alex yang sudah bisa menenangkan nafasnya.
"Aku ingin membuktikan pada ayah kalau ayah tidak salah dalam membesarkan aku dan aku ingin mencoba bersikap seperti ibu yang pernah ayah ceritakan." Kata Clara sambil tersenyum lembut.
"Lily..." kata Alex tiba-tiba.
Semua langsung melihat Alex bingung.
"Ah... mak-maksudku... sikap Clara yang tadi mengambarkan bunga lily." Jawab Alex sambil terbata-bata.
"Terimakasih." Jawab Clara sambil tersenyum yang lembut dan sangat cantik.
Iaaaa sorry lama ya. Kehabisan ide nih... padahal minggu depan ujian sudah menyapa. Oke aku sempet-sempetin lanjutkan beberapa cerita ya.
Thank you for reading ∩__∩
KAMU SEDANG MEMBACA
My butler
Sonstigessebuah cerita dengan latar saat abad 18-an di Inggris. seorang pengusaha rokok yang kaya, bijak sana, rendah hati dan perhatian mempunyai anak bernama Clara yang sikapnya tak jauh berbeda dengan ayahnya dan sangat ceria. Clara mempunyai 2 butler Len...