Menjadi Dewasa.

1.4K 117 5
                                    

"Bu Elisabeeeth" Clara berlari meningalkan ruangan itu.

"Clara hime?!"

"Hanya bertahan beberapa detik saja sikapnya yang tadi. Belum ada 1 menit." Kata paman Rey sambil menggeleng-geleng pelan.

"Ayo Alex." Ajak Len.

Alex hanya mengangguk pasrah dan berlari mengikuti Len. Len sudah mengenal semua orang yang ada di rumah ini. Jadi Len tau ke mana Clara pergi.

"Bu Elisabeeeeeth!" Panggil Clara ceria sambil masih berlari.

"Ada Clara?" Tanya seorang wanita yang lumayan muda.

"Hah... anu... itu..." kata Clara yang berhenti sebentar karena ngos-ngosan.

"Tenangkan dirimu Clara. Sebenarnya ada apa?" Tanya bu Elisabeth yang mimik mukanya kawatir.

"Aku ingin menjadi lebih dewasa!" Kata Clara tiba-tiba.

Bu Elisabeth melihat Clara dengan bingung. Clara cekikikan melihat wajah bingung bu Elisabeth. Clara menjelaskan tentang hadiah yang akan ia berikan ke ayahnya.

"Oh... begitu. Lalu sekarang Clara mau melakukan apa?" Tanya bu Elisabeth seusai mendengarkan cerita Clara.

"Aku ingin ke pasar untuk membeli baju baru! Aku ingin merubah dari pakaian dulu." Seru Clara.

"Hah?! Baru juga sampai." Kata Alex yang tiba-tiba ada di belakang Clara sambil berusaha keras menenangkan nafasnya. Begitu juga Len.

Clara hanya tertawa mengingat tingkahnya sendiri.

"Clara bagaimana kalau ke pasarnya nanti sore saja? Jadi tak begitu panas." Usul bu Elisabeth.

"Baiklah! Kalau begitu sekarang aku ingin ke perpustakaan. Ayo Len, Alex!" Seru Clara yang langsung menarik tangan Len dan Alex menuju perpustakaan.

"Syukurlah Clara-sama ceria lagi." Bisik Len.

Clara melihat Len dan seperti bertanya "apa?" dari matanya.

"Bukan apa-apa." Kata Len sambil terasenyum.

Clara memiringkan kepalanya tanda bingung

Sesampainya di perpustakaan Clara membaca buku mengenai tata cara bertingkah laku yang baik. Walau sebenarnya Clara sudah bertingkah laku dengan baik. Hanya saja Clara terlalu aktif. Tak terasa sudah berjam-jam lewat. Pintu perpustakaan terbuka. Pastinya Clara, Len dan Alex melihat ke arah pintu. Ternyata bu Elisabeth.

"Siap?" Tanya bu Elisabeth.

"Selalu." Jawab Clara singkat sambil tersenyum senang dan menutup bukunya.

Mereka ber-4 pergi ke pasar bersama. Walaupun sebenarnya Clara meinta Len dan Alex menunggu. Tetapi mereka berdua menolak. Bu Elisabeth juga menyarankan Len dan Alex ikut. Akhirnya Clara mengalah. Yaiyalah 1:3.

"Clara ingin baju seperti apa?" Tanya bu Elisabeth.

"Kelihatan dewasa. Itu saja sih... akukan mengajak bu Elisabeth untuk memilih baju yang bagus untukku." Kata Clara yang melihat-lihat butik-butik di pasar itu.

Bu Elisabeth tertawa dan tetap melanjutkan pencarian. Satu jam sudah berlalu, Clara sudah mendapatkan beberapa baju yang simpel dan anggun. Clara juga membeli kain biasa untuk membuat baju. Clara ingin memakai baju buatan ibu dari bu Elisabeth yang terkenal bajunya yang bagus. Bu Elisabeth mengantarkan Clara, Len dan Alex ke rumahnya untuk menemui ibunya. Sesampainya di rumah bu Elisabeth.

"Ibu, aku pulang." Kata Elisabeth.

"Selamat datang Elisabeth. Selamat sore Clara." Kata ibu dari bu Elisabeth, Amilia.

"Selamat sore nenek Amilia. Bolehkah nenek menolongku?" Sapa plus tanya Clara.

"Ada apa Clara?" Tanya nenek Amilia.

"Bisakah nenek membuat baju yang anggun untukku dari kain ini?" Tanya Clara sambil menyerahkan tas plastik

"Tentu saja. Elisabeth, datanglah lagi besok untuk mengambilnya." Kata nenek Amilia sambil tersenyum.

"Tidak perlu buru-buru nek!" Kata Clara panik.

"Tak apa-apa. Nenek juga sedang senggang. Apalagi melakukan hobi sendiri. Pasti cepat selesai." Kata nenek Amilia terlihat senang.

"Ouh... baiklah. Terimakasih nek." Kata Clara.

"Sama-sama." Kata nenek Amilia sambil tersenyum.

"Kalau begitu kami pergi dulu ya bu." Kata bu Elisabeth mulai berjalan ke pintu keluar.

"Iya. Hati-hati ya." Kata nenek Amilia sambil melambai.

Semuanya berpamitan ke nenek Amilia dan meninggalkan rumah itu.

Sesampainya di rumah Clara. Clara menuju ruang makan karena sudah waktunya makan malam. Sedangkan bu Elisabeth pergi melanjutkan tugasnya.

Sesampainya di ruang makan ternyata sudah ada paman Rey di sana.

"Halo paman." Sapa Clara.

"Halo Clara, Len dan Alex. Bagaimana belanjanya hari ini?" Sapa sekaligus tanya paman Rey.

"Tidak banyak pilih seperti biasanya." Kata Len.

Clara melihat Len kesal. Tetapi itu memang betul, setiap Clara dia ajak ke pasar pasti belinya kebanyakan. Paman Rey hanya tertawa kecil.

Clara menuju salah satu kursi yang kosong. Begitu juga Len dan Alex. Di rumah Clara tak ada bedanya antara majikan dan pelayan. Hanya saja pelayannya yang kebanyakan sungkan untuk makan bersama majikannya.

"Apakah ada kabar dari ayah?" Tanya Clara setelah duduk.

"Hm? Tidak mungkin secepat ini Clara. Kau tak perlu kawatir." Kata paman Rey yang mengehentikan makannya sebentar.

"Habisnya kali ini ayah pergi ke kota yang jauh." Kata Clara sambil menunduk.

Paman Rey tersenyum. "Doakan saja yang terbiak untuk ayahmu."

"Iya!" Kata Clara sambil mengangguk dan tersenyum senang.

Makan malam itu berjalan dengan hening. Karena memang tak boleh makan sambil berbicara tokh. Setelah makan Clara, Len dan Alex permisi pergi ke kamar masing-masing. Mereka bertiga memang sudah kecapean karena keliling pasar. Sesudah Clara memasuki kamarnya ia langsung merebahkan diri di atas tempat tidur dan pergi ke dunianya sendiri (mimpi maksudnya).

Esok paginya...

"Clara bangun!"

Saat Clara membuka matanya ternyata itu suara bu Elisabeth sambil membawa baju buatan ibunya untuk Clara. Tau dari mana? Dari kainnya.

"Pagi bu Elisabeth... ada apa?" Tanya Clara masih setengah sadar.

"Ada berita buruk untukmu!" Kata bu Elisabeth dengan wajah panik.

Seketika itu juga Clara langsung sekar dan membulatkan matanya.

Hiya... dah lama nggak update. Bukan ini aja, ada yang lebih lama lagi. (Ok, abaikan soal itu.)
Ohy, mungkin chapter selanjutnya akan agak lama. Karena ujian sudah di depan mata T.T
Bagaimana? Bagus?
Commentnya dong....
Eh votenya juga jangan lupa...
Terimakasih sudah menunggu.

My butlerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang