Kenyataan Pahit

1K 114 1
                                    

Berbulan-bulan telah berlalu. Clara sudah tidak terlalu bersedih dan memikirkannya. Keseharian Clara sekarang adalah membaca buku di perpustakaan di rumahnya. Untuk pekerjaan sekarang di urus oleh paman Rey yang bisa di bilang sudah berpengalaman. Paman Rey, tante Amelia dan paman Joey ikut tinggal bersama Clara sejak ayahnya meninggal. Sekarang Clara sedang membaca buku dengan tenang di samping jendela di perpustakaan rumahnya.

"Clara-sama, ini tehnya." Kata Len sambil menaruh secangkir teh panas di meja depan Clara.

"Ah, terimakasih Len." Kata Clara sambil tersenyum lalu melanjutkan membaca buku.

Tok tok tok.

"Ya?" Tanya Clara.

"Permisi Clara hime, ini ada kue baru dari dapur." Kata Alex sambil menunjukan piring yang ia bawa.

"Wah kelihatannya enak." Kata Clara.

"Pastinya dong, ini di buat untuk Clara hime dengan hati loh..." kata Alex sombong.

"Memang kau membantu buat kue itu Alex?" Tanya Len.

"Ehm... tidak sih..." kata Alex sambil meletakkan piring di meja di depan Clara.

Mereka bertiga tertawa bersama. Mereka bertiga semakin akrab, seperti tak ada hubungan majikan-butler.

"Aku ke toilet dulu ya." Kata Clara sambil berdiri.

Len dan Alex hanya mengangguk.

Clara keluar dari perpustakaan itu dan berjalan menuju toilet di dekat perpustakaan. Clara melewati kamar paman Joey yang pintunya sedikit terbuka dan mendengar suara paman Joey yang sedang menerima telepon.

"Ya aku sudah melenyapkan si penganggu besar itu." Kata paman Joey.

Clara berhenti dan langsung bersembunyi di samping pintu yang terbuka.

"Tentu saja, dari dulu dia itu penganggu untukku dan aku sangat membencinya." Kata paman Joey.

"Siapa yang di bicarakan paman Joey?" Tanya Clara dalam hati.

"Tentu saja, aku hanya perlu menyingkirkan 2 butler hama itu dari sekitar mawar lalu sang mawar akan menjadi milikku."

"2 butler hama, sang mawar... tunggu! Apakah Len dan Alex? Hanya mereka butler pribadi! Berarti sang mawar... aku?!" Tanya Clara dalam hati kaget.

"Gampang... tingal bunuh saja 2 butler hama pribadi sang mawar itu. Hahahaha... sisanya ikut rencanamu."
"Gawat! Ini sangat gawat!" Kata Clara dalam hati lalu berjalan.

"Clara!"

Glek

"Iya paman joey, ada apa?" Tanya Clara sepolos mungkin.

"Apa kau mendengarnya?" Tanya paman Joey serius.

"Mendengar apa? Aku baru saja lewat ingin ke toilet." Kata Clara sepolos mungkin.

"Oh baiklah..." kata paman Joey membalikkan badan.

Clara berjalan lurus dan saat sudah melewati kamar paman Joey Clara bisa menghembuskan nafas lega. Clara merasa kalau dari tadi dia tak bernafas. Clara berjalan menuju kantor ayahnya yang sekarang seharusnya paman Rey di sana. Ternyata benar paman Rey ada di kantor ayahnya.

"Paman!" Panggil Clara.

"Oh Clara, ada apa?" Tanya paman Rey.

"Bolehkah aku meminta sesuatu." Tanya Clara.

"Meminta apa?" Tanya paman Rey balik.

"Minta izin paman." Kata Clara sambil tersenyum.

"Oh... hahahaha... aku kira apa. Memangnya kenapa kau meminta izin segala?" Tanya paman Rey mendekati Clara.

"Aku ingin pergi ke suatu tempat." Kata Clara.

"Kemana?" Tanya paman Rey.
.
.
.
.
Krek

"Clara-sama, kenapa kau lama sekali?" Tanya Len.

"Maaf-maaf. Aku ada sedikit urusan." Kata Clara.

"Urusan apa Clara hime?" Tanya Alex.

"Rahasia!" Kata Clara cepat sambil memalingkan muka.

"Eh?"

"Hehe... kalau kalian ingin tau, ikutlah denganku besok." Kata Clara tersenyum senang.

"Kami pastinya akan ikut Clara-sama." Kata Len.

"Itu benar, karena Clara hime adalah majikan kami." Kata Alex.

"Baiklah! Besok tunggu di rumah kuda ya." Kata Clara ceria.

Len dan Alex mengaggukkan kepalanya serempak.

"Dengan begini mereka lebih aman." Pikir Clara sambil tersenyum.

Oke ini pertamakalinya aku menyelesaikan cerita dalam 1 hari.
Tapi pendek ya...
Bingung kog ada telepon? Dah ikutin aja deh soalnya klo nggak telepon apa dong? Hp? Laptop? Tambah aneh lagi donks -___-"
Jangan lupa vomentnya ya... itu sangat membantu. Bukti? Ini buktinya hahahahahahaha....

My butlerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang