1996
Seorang wanita berjalan keluar dari gedung Pengadilan Agama. Ia menghembuskan nafasnya panjang, hari ini merupakan hari yang cukup berat baginya.
"Alena" Panggil seorang laki-laki sambil menyentuh pundak wanita yang ternyata bernama Alena tersebut.
Alena sedikit terkejut dengan sentuhan laki-laki tersebut. "Mas Bagas" Ucap Alena sambil tersenyum sopan.
"Kamu pulang dengan siapa?" Tanya Bagas.
"Ini mau nyari Taxi, Mas"
"Kalau begitu saya antar saja, ayo"
Mau tak mau, Alena mengikuti langkah Bagas menuju mobilnya. Mengikuti langkah seseorang yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya.
Bagas Dewangga, lelaki yang sangat sopan dan tau setiap batasan-batasan. Selalu dapat mengontrol diri sehingga menimbulkan kesan misterius. Lelaki yang telah menemani Alena menghabiskan 1 tahun pernikahan mereka.
Pernikahan Bagas dan Alina berawal dari sebuah perjodohan yang di rencanakan oleh kedua orangtua mereka, tentu mereka berdua tidak dapat menolak. Pernikahan ini berlandaskan keterpaksaan. Sebagai dua orang yang sama-sama sibuk, mereka merasa pernikahan mereka kurang bahagia karena kurangnya waktu bersama.
Pada awalnya, Alina dan Bagas berpikir bahwa mungkin mereka dapat mencoba terlebih dahulu. Tetapi di sinilah mereka 1 tahun kemudian, memutuskan untuk berpisah dengan kepala dingin.
"Alyssa dimana?" Tanya Bagas, membuka pembicaraan dalam heningnya mobil.
Alyssa adalah anak yang mereka angkat. Malam itu, Bagas tengah menyetir di temani Alena balik menuju Jakarta dari Puncak. Entah mengantuk atau tidak melihat di gelapnya malam, Bagas menabrak seorang bapak-bapak.
Bapak tersebut tewas di tempat. Meninggalkan istri serta seorang bayi perempuan yang baru berumur 6 bulan.
Segala upaya telah Bagas dan Alena lakukan untuk membuat sang istri melepaskan kepergian sang suami. Tetapi sang istri belum siap kehilangan, seminggu setelah kematian sang suami, sang istripun pergi menyusul sang suami dengan cara gantung diri.
Bagas dan Alena merasa sangat berdosa dan lalai sebagai manusia. Mereka memutuskan untuk merawat dan mengangkat bayi sang suami istri menjadi anak mereka. Mereka memberi nama bayi itu Alyssa. Bayi yang murah senyum, putih bersih dan cantik.
"Aly di rumah mama dan papa" Jawab Alena.
Mama dan Papa adalah orangtua dari Bagas, orangtua Alena tidak menetap di Jakarta.
Alena menatap keluar jendela mobil, tiba-tiba rasa mual yang telah Alena rasakan semenjak berbulan-bulan yang lalu muncul kembali.
Dari ekor matanya, Bagas sadar dengan refleks mual Alena. "Alena? Kamu kenapa?"
Alena hanya melambaikan tangannya, terlalu mual untuk berbicara.
"Saya antar kamu ke dokter"
~*~
Bagas mendapat telfon dari sekretarisnya saat ia turun dari mobil, ia menerima panggilan di luar sedangkan Alena tengah di periksa oleh dokter.
Sekretarisnya mengingatkan bahwa Bagas memiliki rapat dengan seorang investor yang akan di mulai dalam 20 menit. Bagas tidak dapat melewatkan kesempatan ini, pikirnya.
Sekarang Bagas berada di kamar mandi, ia ingin membasuh mukanya. Hari ini bukan termasuk hari yang ringan.
Bagas berharap bahwa Alena baik-baik saja. Semoga tidak ada apa-apa dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled
Teen FictionMenceritakan seorang yang di tinggalkan, tapi terlalu enggan untuk meninggalkan.