12: Perjodohan

1.3K 48 10
                                    

Photo: The 18th Restaurant And Lounge
Cc: http://tripadvisor.com

Akhirnya chapter ini selesai di buat.
Finally! Maaf lama update-nyaa. Huhu.

Anyway, selamat membaca!

Don't forget to Vote & Comment. Lurvvv.

----

"Kamu tuh masuk angin, Ce. Kemarin di luar lama banget sama Adrian. Ngapain sih?"

Yangti baru saja selesai mengerokiku. Sejak bangun pagi tadi aku tidak henti-hentinya ke kamar mandi untuk muntah, aku merasa sangat mual.

"Aduh Athena, merah semua itu punggungnya" Ucap Yangti Diandra sambil melihat punggungku.

Yangti, Yangti Diandra dan aku tidur satu kamar. Sedangkan Yangkung, Yangkung Hamzah dan Adrian di kamar seberang.

"Kamu beneran gak mau ikut nih mbak?" Tanya Yangti sambil masuk ke kamar mandi, mencuci tangan.

Tadinya kami semua hendak pergi jalan-jalan memutari kota Bandung, ada niatan ke Lembang. Tapi apa daya? Kondisiku tiba-tiba drop seperti ini.

Ah, semua ini Adrian penyebabnya.

"Enggak, Yang. Cece di hotel aja, pusing banget" Jawabku.

"Ya sudah, kalau laper tinggal pesen disini aja ya, Ce. Mau di bawain apa?"

"Gampang, Yang"

Bel kamar berbunyi, Yangti Diandra berjalan menuju pintu. "Siapa, Di?" Tanya Yangti pada Yangti Diandra.

"Jemputan kita, Lau"

Yangti Diandra membuka pintu. "Ayo yuk, Ma" Terdengar suara Yangkung Banyu.

"Nanti kita nyusul ke bawah, Papa duluan aja"

Dua Yangti bersiap-siap, tidak hentinya mengecek penampilan di depan kaca. Lucu aku melihatnya.

"Cece, Yangti pergi dulu ya. Itu obatnya di minum abis lunch, cepet sembuh ya sayang"

"Kamu beneran gak apa-apa sendirian, Then?" Yangti Diandra memegang keningku. "Hangat badan kamu"

"Gak apa-apa kok, Yangti. Have fun yaa"

Dengan terpaksa kedua Yangti meninggalkan kamar. Meninggalkanku sendiri.

Suasana kamar sepi, hanya suara musik bervolume rendah yang berasal dari TV.

10 menit kemudian terdengar pintu di buka.

"Yangti?" Tanyaku, suaraku lebih serak dari biasanya. Aneh aku mendengarnya.

"Bukan, Adrian" Adrian masuk ke kamar sambil memainkan handphonenya.

"Ih ngapain? Keluar ah!" Ada apa sih dia kesini? "Adrian ah, keluar!"

Aku jadi teringat semalam. Sampai saat ini aku masih belum bisa melupakan hangatnya pelukan Adrian. Ew. Aku tidak suka. Tapi di saat yang bersamaan aku suka. Bagaimana ini?

"Gak suka banget gua di sini?"

"Enggak! Kemarin di umum aja lo meluk-meluk, gimana kalau cuma berdua gini?"

"Mau banget? Gua tuh di suruh Yangti nemenin lo, sakit aja bawel banget. Ya Tuhan"

"Ih! Selangkah lagi lo jalan, gua doain UN lo jelek"

"Emang lo siapa? Tuhan?" Adrian tetap melangkah.

Adrian mengambil remote TV, ia mengganti-ganti channel. "Mau nonton apa sih? Pusing gue liatnya"

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang