18: Kerinduan

819 51 33
                                    

Warning: Hati-hati baper.

Don't forget to vote & comment! ❤️

----

"Mbak Athena, kita sudah sampai di rumah" Ucap Pak Supir pelan, tetapi cukup jelas untuk membangunkanku dari tidur.

"Bentar yaa, Pak"

Adzan Maghrib di kumandangkan. Jam di dashboard menunjukkan pukul 17:48. Wow. Menjadi siswi kelas 12 tentunya melelahkan.

Baru saja aku balik dari tempat bimbingan belajar di kawasan Blok M. Minggu depan aku UTS, butuh persiapan yang matang.

Sambil memakai dengan asal kembali sepatuku, aku keluar dari mobil. Menyampirkan ransel di pundak kanan, menenteng buku bimbel dan binder dengan tangan kiri.

"Assalamualaikum" Salamku pada siapapun yang mendengar di dalam rumah.

"Waalaikumsalam. Mandi, mbak. Solat ya abis itu, jangan lupa belajar" Perintah Mama.

"Iya. Papa belum pulang ya, Ma?" Tanyaku sambil mencium tangan Mama.

"Kan Papa lagi keluar kota" Ucap Mama.

"Oh iya. Oke" Jawaku lalu segera masuk ke dalam kamar. Hari ini sepertinya tingkat capek dan letihku sampai pada puncaknya. Heran, tidak pernah aku seperti ini sebelumnya.

Sehabis meletakkan barang-barang, akupun mandi lalu sembahyang. Berdoa kepada Tuhan agar segala urusan dunia maupun akhiratku di lancarkan, tidak lupa juga mendoakan kedua orangtua.

Tumpukkan buku pelajaran di atas meja belajar sudah menunggu, seakan berkata 'Athena, ayo cepat belajar'.

Bosan, bosan aku belajar. Belajar terus, terus belajar. Walau memang sudah kewajiban seorang pelajar untuk belajar.

Setelah melipat sajadah dan mukenah, aku mengeringkan rambutku dengan hair dryer lalu mengikatnya menjadi cepol berantakkan yang di ikat asal.

Saat duduk di atas kursi meja belajar, hal yang pertama kali aku lihat adalah handphoneku yang di letakkan menelungkup di sudut paling jauh meja.

Oh ya. Bagaimana kehidupan di luar sana? Sudah hampir seminggu aku mematikan handphoneku.

Artinya seminggu juga aku tidak berbicara maupun membalas pesan Adrian. Kegiatanku yang seabrek dan menyibukkan membuatku seakan lupa akan segalanya yang berhubungan dengan hal selain pendidikan. Termasuk tentang Adrian.

Tetapi tetap saja terdapat waktu dimana aku jenuh belajar, duduk dalam diam sambil menatap tembok terkadang langit-langit kamar, memikirkan segala yang tidak terpikirkan. Adrian menjadi orang pertama yang aku ingat.

Sedang memikirkan apa ia sekarang?

Apa yang sedang ia lakukan sekarang?

Aku ini naif, berlagak kuat tapi rapuh. Berlagak cuek tapi peduli. Berlagak tenang tapi gelisah.

Sekelebat memori tentang Adrian diputar di dalam otakku. Senyumnya, genggaman tangannya yang kokoh, hangat pelukannya, aroma tubuhnya jika di peluk.

Aku rindu dengannya. Aku rindu Adrian. Rasa rindu itu menyesakkan. Membuat dadaku sakit.

Apa Adrian merindukanku seperti aku merindukannya?

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang