6: Konflik Hidup

847 50 3
                                    

Photo: Ruangan Adrian.
Cc: http://praktekbersama.com

----

"Mbak Ce, Adit bobo dulu ya" Ucap Adit, adikku.

"Iya, Dit. Goodnight"

Sudah 2 hari ini Adit di rawat di rumah sakit. Ia terjangkit virus demam berdarah.

Kedua orangtuaku pergi Umroh, dan akan pulang besok.

Handphoneku di atas meja bergetar.

Sekarang setiap melihat handphone, aku selalu teringat Adrian.

Sudah 2 bulan semenjak pertemuan terakhir kami. Aku ingin menelfon atau setidaknya mengirim pesan padanya. Tapi aku terlalu gengsi.

"Bi, aku ke kafetaria bentar ya, mau beli minum. Bibi mau nitip?" Ucapku pada bibi.

Di rumah sakit, aku menjaga Adit di temani bibi.

"Enggak usah, non" Jawab bibi.

Aku keluar dari ruangan Adit, menuju lift untuk pergi ke cafetaria di lobby.

"Athena?" Seseorang dari belakang memanggil namaku.

Ternyata mas Reva!

Masih ingat Mas Reva? Mas Reva adalah suami Mbak Alyssa, ya, kakaknya Adrian.

"Mas Reva!" Kataku sambil memencet tombol lift untuk turun ke bawah.

Mas Reva menggunakan jas dokter. Apa ia bekerja di sini?

Betapa sempitnya dunia ini.

"Kamu... Mau jenguk Adrian? Kok turun? Gak jadi?" Tanya mas Reva ragu-ragu.

Hah? Adrian sakit? Sakit apa?

"Adrian sakit, mas? Sakit apa? Di ruangan berapa?" Aku tidak dapat menahan rasa penasaranku.

"Kamu gak tau? Dia gak bilang ke kamu?"

Aku menggeleng, tidak tau ingin beralasan apa.

"Adrian ma-"

Ting, pintu lift terbuka.

"Dokter Reva! Pasien di ruangan 515 kambuh dok!" Seorang suster dengan raut wajah panik berkata pada mas Reva.

"Later, Athena. Adrian di ruangan 702, tapi mas Reva saranin kamu besok aja jenguknya" Mas Reva masuk ke dalam lift, lalu pintu lift tertutup.

Besok?

Ada apa dengan Adrian? Memangnya ia sakit apa sih?

Ucapan mas Reva membuat rasa penasaranku memuncak. Aku harus ke ruangan Adrian.

Ruangan Adit dan ruangan Adrian hanya berbeda 6 nomor. Adit di ruangan 708.

Rasa hausku hilang, dan seketika di gantikan dengan rasa penasaranku terhadap Adrian.

Aku berjalan menuju ruangan 702.

Setiap satu langkah, detakkan jantungku serasa satu tempo lebih cepat.

Aku mengetuk pintu pelan. Lalu memberanikan diri masuk ke dalam, menutup pintu sehalus mungkin agar tidak menimbulkan suara.

"Adrian, nak, kamu dari kemarin belum makan, makan sayang. Nanti kamu gak sembuh-sembuh" Aku mendengar suara ibu Adrian.

Ruangan Adit dan Adrian sama-sama Suite. Jadi jika kalian masuk ke ruangan, kalian akan masuk ke ruang keluarga terlebih dahulu.

Lalu baru ada pintu di pojok kiri yang menghubungkan kamar dengan ruang keluarga.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang