Enjoy! Don't forget to vote and comment :)
---
2014
"DORR!"
Seorang wanita dari belakang tiba-tiba mengageti seorang laki-laki yang tengah sibuk bermain XBOX.
"ANJRIT, MATI KAN" Lelaki tersebut berteriak kesal. "Gak ganggu gua sehari aja bisa?" Laki-laki itu terkejut, membuatnya kehilangan kendali dalam game.
"Hihi, love you Dri" Perempuan tersebut memeluk singkat sang laki-laki, lalu duduk di sofa sebelah laki-laki yang di panggil 'Dri' tadi. "C dan D mana?" Tanya sang perempuan.
Sang laki-laki mengulang permainan kembali. Ia tidak boleh kalah untuk yang kedua kalinya hari ini. Pikirnya.
"D lagi nganterin C ke salon sekaligus shopping" Jawab sang laki-laki.
C dan D. Hanya dengan menyebut inisial nama saja mereka telah mengerti apa yang sedang di bicarakan.
"Kok jadi D yang nganterin? Kan yang pacarnya C elo?" Perempuan tersebut berdiri di depan sang laki-laki, menutupi layar TV dari pandangannya.
Bunyi ledakkan yang berasal dari game di TV terdengar. "Kan mati lagi, minggir ah, Bi. Gak lucu" Laki-laki tersebut menggeser sang wanita dengan betisnya.
"Eh, Adrian Dewangga. Yang pacar Callista siapa yang nganterin dia jalan-jalan siapa?" Perempuan tersebut kembali berdiri di depan laki-laki yang ternyata bernama Adrian itu.
"Eh, Bianca Soemarno. Kan lo tau betapa gak sukanya gua ke salon dan nganter cewek shopping. Gak usah cerewet deh, mending lo bantu gua ngerjain PR Prancis"
Adrian berdiri dari kursinya, lalu sambil mendorong perempuan yang bernama Bianca itu ke ruang belajarnya.
Ini bukan sekali dua kali, Pikir Bianca.
Adrian terlalu sering membiarkan pacarnya (Callista) berjalan dengan sahabat mereka juga; Deva.
Bianca pikir, memang sih tidak ada salahnya. Tetapi sebagai seorang sahabat yang telah mengenal Adrian luar dan dalam, Bianca takut kalau mengetahui hal ini, Adrian akan terluka dan akan menutup dirinya dari dunia seperti pertama kali bertemu dulu.
Setelah hampir 12 tahun bersama-sama, Bianca sudah mengenal karakter dan kepribadian sahabat-sahabatnya ini.
Pertama; Adrian. Seorang dengan jiwa pemimpin, orangnya sangat lapang dada, tetapi ia terlalu rapuh. Meskipun di besarkan di keluarga yang tidak harmonis, tetapi hatinya sangat lembut, walau tampilan luar fisik Adrian berkata sebaliknya. Orang-orang sering menganggap Adrian sebagai orang yang dingin dan kaku. Memang ya, Adrian sangat sulit untuk terbuka dan memercayai orang.
Kedua; Deva. Deva justru kebalikan dari Adrian, meski dengan wajah yang imut, hatinya dingin. Deva juga di besarkan di keluarga yang tidak terlalu harmonis. Ayah Deva bekerja sebagai salah satu petinggi di Kepolisian. Ibunya seorang pengacara ternama, kedua orangtuanya sibuk, dan menuntut Deva untuk tumbuh menjadi anak yang tahan banting dan tidak mengenal rasa takut.
Ketiga; Callista. Primadona sekolah semenjak kelas 1 SD. Sifatnya yang terlalu manja kadang membuat Bianca pegal. Callista memiliki penyakit paru-paru yang kronis, membuat ia sangat di kasihi oleh orang-orang di sekitarnya. Callista mendapatkan semua yang ia mau, tinggal tunjuk dan ia akan mendapatkannya. Tetapi di samping itu Callista juga sangat penyayang, Callista terlalu sempurna untuk menjadi nyata.
Sekali lagi. Bianca takut Adrian terluka.
Callista adalah orang yang cepat merasa bosan. Walau Adrian bukan orang yang membosankan, tetap saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled
Teen FictionMenceritakan seorang yang di tinggalkan, tapi terlalu enggan untuk meninggalkan.