"Cerita seperti apa yang harus aku buat?"
Saat ini di Sekolah, aku memanfaatkan waktu jam istirahatku dengan bertapa di perpustakaan Sekolah sembari memikirkan cerita yang harus aku buat untuk di gambar di komik ini.
Namun yang menjadi masalahnya di sini adalah. "Aku tidak punya ide sama sekali. Sungguh!"
Yah akhirnya aku bisa merasakan penderitaan Yi-deun yang juga seorang penulis sebuah novel. Aku ingat sekali saat aku pernah mengejeknya saat ia marah karena tidak mempunyai ide untuk menulis ceritanya atau namanya adalah stuck.
Yi-deun-ah! Akhirnya aku sekarang di posisimu dengan tugas yang lebih parah dengan otak yang lebih bodoh darimu. Alurnya saja aku tidak tahu ingin membuatnya seperti apa. Belum lagi gambarnya. Baiklah aku butuh Kang Yi-deun saat ini.
"Apa yang kau lakukan?"
Keberuntungan berpihak padaku kali ini. Tiba-tiba Yi-deun saat ini langsung ada di hadapanku dengan sebuah cola di pinangnya. "Ah ya. Aku sedang ingin membuat komik. Tetapi aku tidak ta-"
"MWO? JINJJA? Apa itu artinya kau akan menerbitkan komik lagi yang kedua kalinya?"
Baiklah bisakah aku mengatakan padanya bahwa ini bukan sepenuhnya aku yang menulis tetapi ini adalah komik buatan Ibuku? "Y-ya. Sepertinya begitu."
Sudah agak lama Yi-deun duduk di hadapanku sembari meminum minumannya tanpa aku sadari bahwa Soyoung sedang tidak bersama kami seperti biasa. "Dimana Soyoung?"
"Dia? Ahh hari ini jadwalnya bertugas di UKS."
Aku hanya ber-oh ria mendengar jawaban Yi-deun lalu kembali melanjutkan dengan topik lain. "Yi-deun-ah. Aku ingin bertanya sesuatu padamu. Bagaimana kau mendapat inspirasi untuk menulis novel-novelmu?"
Lalu mendengar pertanyaanku seketika ku lihat wajah Yi-deun berubah menjadi serius. Yah mungkin jiwa seorang Authornya sedang keluar. "Sebenarnya jika menurutku, ada banyak hal di sekitarku yang bisa saja menjadi inspirasiku. Terkadang juga jika menulis, aku suka menyisipkan beberapa kejadian nyata yang ku alami. Namun tidak semua. Hanya beberapa saja tentang diriku yang menurutku itu sangat mengesankan."
Aku menyimak Yi-Deun sedari tadi dengan serius. Sungguh aku tidak tahu bahwa pemikiran seorang Author akan seperti itu. Rupanya tak sedikit juga para penulis yang juga terinspirasi dari kejadian yang mereka alami sendiri. Dan berbicara tentang ini, aku akhirnya mendapat sedikit ide setelah mendengar Yi-Deun.
"Haruskah aku menulis kisah nyata saja tentang diriku dan mereka?"
"Mereka siapa?"
Aku tersadar dari lamunanku saat Yi-Deun tiba-tiba mulai berseru. "Ah? Ahh aku.. mereka itu... s-saudari-saudariku.."
"Saudari? Aku pikir kau pernah berkata bahwa kau anak tunggal?"
Jleb!
"Ahh aku... saudari.. sepupu! Aku sudah.. me-menganggap sepupu-sepupuku sebagai saudari-saudariku.. ya. Itu."
Aku bernapas lega saat Yi-Deun hanya mengiyakan perkataanku tadi. Aku belum siap jika Yi-Deun tahu bahwa mereka yang ku maksud adalah para pria komik itu. Yang ada mungkin pria ini akan ikut mengejekku gila karena ucapan konyolku yang sungguh nyata.
⏭
Hari ini aku pulang Sekolah di sore hari. Yah lebih cepat dari biasanya saat aku pulang Sekolah di malam hari karena Sekolahku akan di pakai untuk rapat guru-guru Sekolah kami dengan guru-guru dari Sekolah lain.
Dan tentu saja karena hari ini kami semua pulang lebih cepat, tak sedikit para murid yang memilih menghabiskan waktu sore mereka dengan berjalan-jalan atau bermain. Termaksud Soyoung dan Yi-Deun yang ingin mengajakku pergi berjalan-jalan.
Namun untuk hari ini aku menolak tawaran gratis itu hanya demi para gorila-gorila kelaparan di rumahku. Ku pikir mereka semua tidak ada yang bisa memasak mungkin setelah melihat kejadian dapur Soobin dan Beomgyu kemarin.
Tambahan! Aku belum membersihkan dapurku sejak kejadian kemarin.
Maka dari itu aku memutuskan memanfaatkan waktu ini dengan pulang ke rumah untuk membersihkan rumahku, mengurus para budak itu lalu aku akan tidur dalam waktu yang lama.
"Aku pulang!!" Teriakku di ambang pintu saat aku telah tiba di kediamanku. Bolehku katakan sesuatu? Ini pertama kalinya sejak Ibuku pergi untuk selamanya, aku berteriak seperti tadi. Aku seolah merasa bahwa sosok wanita tua itu masih hidup saat aku meneriakkan kata itu.
Dan tanpa sadar, lagi-lagi aku mengenang kenangan dari wanita yang masih saja membuatku repot sampai sekarang karena mengirim para pria ini ke rumahku. Aku menggelengkan kepalaku untuk mengusir pikiran itu dan segera berjalan ke kamar.
Namun saat aku menuju kamarku dan melewati dapur, aku berhenti sejenak untuk terpukau dengan keadaan dapurku yang kini malah jauh lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Tak hanya itu, meja makan pun saat ini sangat penuh dengan makanan-makanan yang berhasil membuatku ingat bahwa aku belum makan sejak siang tadi. Yah siapa lagi kalau bukan mereka yang membuat semua ini.
"Mianhae!"
Aku tersentak di tempatku saat mendengar suara bariton seseorang di belakangku. Jujur saja aku sedikit merinding tadi. Namun saat aku tahu itu adalah suara Beomgyu, aku bernapas lega entah karena apa.
Baiklah berbicara soal ucapan Beomgyu, aku menaikkan kedua alisku dan bertanya pada mereka berlima yang saat ini berkumpul di hadapanku. "Maaf untuk apa?"
"Maaf karena kami telah menjadi beban dalam hidupmu. Kami tahu sejak kemarin saat kami tiba-tiba muncul di rumahmu, kau nampak kurang senang menyambut kami. Kami juga tidak mau merepotkanmu. Maka kami sepakat akan membantumu agar kami semua bisa cepat kembali ke dalam komik." jawab Soobin tanpa berbasa-basi dengan suara rendah.
Ya memang itu yang aku inginkan. Memang itu yang aku impikan. Memang benar bahwa mereka merepotkanku. Memang benar bahwa aku ingin mereka pergi dari kehidupanku. Tapi mengapa sekarang saat mendengar hal itu dari mereka, hatiku malah bergetar seolah menginginkan kebalikan dari keinginanku?
Dan demi kebaikan bersama, aku akhirnya mengganti topik secara sepihak. "W-wahh apa kalian yang membuat semua ini?" tanyaku sembari mulai duduk di kursi dengan banyak makanan di meja.
Taehyun tersenyum bangga. "Kami membuatnya sebagai balas budi karena kau telah mengijinkan kami tinggal di sini. Semoga kau suka."
"Eyy tentu saja aku akan suka. Baiklah... kenapa kalian tidak ikut duduk bersamaku?" sahutku yang akhirnya membuat mereka kini langsung duduk di meja makan bersamaku.
Baiklah boleh aku jujur lagi? Ini pertama kalinya lagi aku duduk di meja makan rumahku. Sebelumnya aku hanya akan duduk di sini dan makan bersama Ayah dan Ibuku sebelum akhirnya Ayah kecelakaan pesawat saat ingin bertugas ke Jepang dan Ibu yang jatuh sakit sampai meninggal.
Rasanya memang aneh setelah sekian lama aku duduk di sini namun bukan bersama keluargaku. Tapi bersama orang lain.
Orang lain yang akan menjadi keluarga baruku mungkin untuk sementara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTI-ROMANTIC | †×†
FanfictionDi hari ulang tahunnya, Heejyo tak sengaja menemukan komik buatan Ibunya yang belum di terbitkan sama sekali dan membaca komik itu dalam 1 jam saja. Namun keesokan harinya rumahnya yang sepi itu tiba-tiba langsung di huni oleh 5 pria tampan yang tid...