Chapter 10 : Accompany Me Tonight

78 26 68
                                    

Jam di kamarku sudah menunjukkan pukul 23:42. Biasanya saat ini aku pasti sudah tertidur pulas karena aku jarang melakukan yang namanya begadang. Tetapi kali ini sepertinya aku tidak akan pernah tidur sampai besok.

Pikiranku kini selalu di hantui dengan kejadian pertengkaran ku dengan Soyoung. Walau besok adalah hari libur, tapi tetap saja aku tidak bisa tidur sampai saat ini. Wah sungguh apa tidak ada cara untuk membuatku bisa tertidur dengan nyenyak malam ini?

Entah kenapa tetapi Setelah berpikir lama, aku malah baru menyesal saat ini. Aku menyesal saat mengusirnya tadi siang dengan kata-kataku yang di luar kendali. Oh sungguh rasanya aku ingin mengutuk bibirku saja.

Aku tahu kami memang sering bertengkar. Tapi pertengkaran yang satu ini benar-benar sedikit membuatku kecewa dan menyesal sekaligus.

Saat marah aku berpikir teman macam apa dirinya yang tidak mau mempercayaiku. Namun di tempat tidur ini dengan mata yang terbuka lebar menatap langit-langit kini malah berpikir bagaimana jika Soyoung tidak ingin bertemu denganku lagi.

Prang!

Seperti baru saja melihat hantu, aku terkejut di tempatku sekarang usai mendengar suara keras itu bahkan sampai badanku kini bangun dari tempat tidurku. Dengan cepat aku pun beranjak dan keluar untuk mencari asal suara keras tersebut.

Dan tidak lama setelah aku keluar, rupanya suara itu berasal dari Yeonjun dan kawan-kawan yang kini ku ciduk mereka sedang mencoba memasak Ramyeon dan ada satu piring di lantai. Ah Apa tadi itu suara piring jatuh?

"Apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian tidak tidur?" tanyaku heran dikarenakan ku lihat satu persatu wajah mereka sekarang tidak ada tanda-tanda bahwa mereka lelah.

"Di komik kami tidak pernah tidur. Jadi bagaimana bisa kami tidur?" jawab Taehyun yang tentu saja membuatku semakin sadar jika mereka ini tidak nyata.

Aku hanya mengangguk mengerti dan akhirnya membiarkan mereka sekarang berbuat sesuka hati malam ini. Sedangkan diriku sendiri mulai berjalan ke halaman belakang rumahku di mana ada taman berumput hijau yang lebat di sana menjadi tempat favoritku ketika aku sedang stres atau sedih.

Angin dingin yang berhembus dengan normal, bintang dan bulan yang nampak terang di langit malam juga bau hangat dari udara di musim gugur adalah hal favoritku. Dan entah hantu spesies apa yang merasukiku sekarang, aku tiba-tiba merindukan Ibu.

"Eomma... Naega eotokkehaeji? Aku sudah pernah merasakan kehilangan keluarga tapi aku tidak ingin merasakan juga kehilangan sahabat...," (Ibu, apa yang harus aku lakukan)

"...termaksud mereka."

"Mereka siapa?"

Mataku membulat mendengar suara seseorang di belakangku seperti terciduk sedang maling. Aku bahkan tidak berpikir untuk berbalik atau menjawab pertanyaan seseorang di sana sekarang.

Sampai saat orang itu ku rasakan mulai duduk di sampingku, barulah aku tahu dia adalah musuh bebuyutan ku. Siapa lagi jika bukan si kepala mangkok. "Kenapa kau menatapku seperti itu?"

Mendengar hal itu dari Beomgyu, aku segera membuang wajahku dari hadapannya. "Ahmm itu, ada pasir di wajahmu." jawabku asalan.

"Yeo-yeogiseo mwohae?" Aku akhirnya kembali berbicara untuk mengalihkan topik Beomgyu barusan sekaligus diriku yang juga penasaran dengan hal itu. (A-apa yang kau lakukan di sini)

"Wae? Sirheo? Geurae na ganda." (Kenapa? Tidak suka? Baiklah aku akan pergi)

"Ani!" (Tidak)

Aku langsung menahan tangannya begitu melihatnya bangun dan ingin meninggalkan ku di sini. "Yak! Apa-apaan kau? Aku hanya bertanya kenapa kau di sini dan kau malah mau pergi? Aku tidak mengusirmu."

"Aku pikir kau tidak suka aku di si-"

"Temani aku malam ini."

Tunggu apa yang aku katakan? Apa itu? Hah apa aku gila? Tidak tidak. "Baiklah." jawab Beomgyu yang akhirnya dirinya pun mulai kembali duduk di sampingku sekarang. Boleh aku jujur untuk kesekian kalinya? Sepertinya Beomgyu adalah orang pertama yang mau duduk di tempat ini bersamaku selain Ibu.

"Beomgyu-ah kau tahu apa yang aku lakukan tadi?"

Sempat nampak berpikir, Beomgyu lalu menjawab pertanyaanku dengan mantap. "Kau berbicara sendiri karena... Kau merindukan nyonya Park?" jawabnya yang ku tanggapi dengan anggukan pelan.

Namun sedetik kemudian aku sadar akan satu hal aneh yang ia ucapkan. "Tunggu, bagaimana kau tahu marga Ibuku?" tanyaku terheran-heran yang di tanggapi Beomgyu dengan tenang. "Bukankah dia yang menciptakan ku? Tentu saja aku tahu."

"Park Yiseul. Orang yang berjasa membuat wajah tampanku ini di komik. Begitu pun teman-temanku." Baiklah mendengar jawabannya barusan membuatku sekarang sedikit jengkel dengannya. Apa kepalanya itu boleh aku pukul sekali?

Tak ada percakapan antara kami setelah itu. Hanya helaan napas kami berdua yang kiranya mampu terdengar di tempat sunyi ini. Hah apa ini. Sangat canggung. Aku tidak suka jika hanya harus diam di sini bersama manusia komik di sampingku ini. Tapi di sisi lain aku juga tidak pandai mencari topik.

Aku tidak yakin tapi aku akan tetap mencoba berbicara dengannya. "Beomgyu-ah. Apa ada seseorang yang kau rindukan di duniamu? Mungkin seperti teman-temanmu atau orang tuamu begitu."

Pria itu tak langsung menjawab pertanyaanku tetapi dirinya memilih menidurkan dirinya di atas papan besar yang sedang kami duduki di taman. Dan aku entah di dorong oleh hantu apa, aku ikut menidurkan diriku di sampingnya yang mana pemandangan yang ku lihat sekarang membuatku takjub.

Di atas sana, aku melihat ribuan bintang dan bulan malam hari yang begitu terang memenuhi langit. Rupanya lumayan juga jika tidur seperti ini.

"Aku rindu orang tuaku... Dan Bitna."

Mataku yang sedari tadi menerawang ke atas langit langsung menatap wajahnya yang ada di sebelah kananku. "Aku rindu Bitna. Apa kau mengenalnya?"

"Eoh? Ahh. Aku seperti pernah mendengar nama itu. Tapi aku lupa di mana."

Itu benar. Aku pernah mendengar nama itu tapi aku lupa di mana. Bitna. Nama itu sangat cantik dan memiliki arti yaitu bintang. Bitna... Beomgyu...

"Ah. Sepertinya aku ingat." Beomgyu yang mendengar ucapanku kini balas menatapku yang sedari tadi tidak mengalihkan pandangan darinya. "Kau tahu?" Tanya Beomgyu yang tentu ku jawab dengan anggukan kecil.

Han Bitna. Gadis itu adalah sahabat Beomgyu dari mereka kecil hingga SMA. Saat di bangku sekolah, pria bermarga Yoon itu diam-diam telah jatuh cinta pada Bitna. Namun bodohnya Beomgyu tidak mau mengungkapkan perasaannya sebab takut pertemanan mereka akan hancur.

Namun sepertinya ia membuat kesalahan karena selama ini bungkam tentang perasaannya. Bitna mengalami kecelakaan tabrak lari saat itu yang menyebabkan nyawanya terenggut.

Dan karena kejadian itu, Beomgyu yang awalnya anak yang sangat sopan berubah menjadi nakal. Dia yang dulu suka menyimpan pemikirannya sendiri kini malah suka terbuka kepada semua orang.

Dan jangan lupakan yang ini. Berkat kejadian itu, Beomgyu menjadi takut untuk jatuh cinta kembali.

 Berkat kejadian itu, Beomgyu menjadi takut untuk jatuh cinta kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ANTI-ROMANTIC | †×†Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang