Chapter 22 : Guess My Mind

36 13 20
                                    

"Terima kasih atas laporannya nona Heejyo."

Ku paksakan mata panda ku yang setengah tertutup untuk terbuka lebar saat berbicara dengan pak polisi sampai selesai. Bagaimana tidak, mereka datang jam enam pagi esoknya untuk membahas lagi soal pencuri yang berhasil di tangkap kemarin dan mengembalikan beberapa barang ku yang telah di curi.

Sebenarnya aku bisa saja membiarkan ia mencuri barang-barang ku. Tapi tidak jika ia mencuri komik ku. Aku akan mematahkan tulang keringnya jika ada yang menyentuh komik itu selain aku dan teman-teman ku.

Pagi tadi Taehyun lah yang membangunkan ku mengingat mereka memang tidak ada yang tidur. Lihat. Mereka telah bekerja keras menjadi alarm ku selama ini. Entah bagaimana jika mereka sudah tidak ada.

Lima belas menit berlalu, aku masuk kembali ke rumah dan tidak sengaja melihat kalender yang ada di dekat pintu. 28 Desember 2021. Tinggal menghitung hari saja dunia sudah akan berganti tahun.

Entah kenapa aku menghela napas berat setelah itu. Apakah aku masih bisa melihat ribuan kembang api di tengah malam bersama mereka semua nanti mengingat tersisa lima lembar kosong yang belum ku gambar di komik ku dan tanggal yang belum ku tentukan.

"Heejyo?"

Aku menolehkan pandanganku dari kalender tidak sadar Soobin sudah berdiri di hadapanku saat ini. Pria itu tersenyum lembut dan mulai bertanya. "Apa yang ada di pikiranmu sekarang?"

Aku menatapnya entah dengan ekspresi ku yang seperti apa sekarang. "Aku ... Entahlah. Aku seperti tidak bersemangat hari ini." Aku menghela napas panjang setelah itu dan ingin mengambil langkah menuju kamarku. Namun aku tidak akan sampai ke kamar karena sekarang Soobin menahan pergelangan tangan ku.

"Haruskah kita berpergian berdua hari ini?"

Aku menatap manik matanya tidak percaya sembari berpikir tindakan apa yang harus ku lakukan mengingat Yeonjun pernah mengatakan bahwa Soobin dan Beomgyu nampaknya menyukaiku.

Tapi sejujurnya tidak ada alasan juga sebenarnya bagiku untuk menolak tawarannya karena aku baru ingat tidak pernah menghabiskan lebih banyak waktu dengan Soobin dan Beomgyu seperti Yeonjun, Taehyun, dan Hueningkai. Kali ini aku akan mencoba bersenang-senang dengan Soobin seharian.

Aku akhirnya mengangguk sambil tersenyum. "Kapan aku harus bersiap?" tanyaku yang membuat Soobin tersenyum seperti tertular senyumku. "Jam dua siang. Aku ingin melihat salju di siang hari."

Siang yang sangat dingin. Aku menghentakkan kakiku di atas aspal yang tertutup salju dengan tubuh yang sedikit menggigil. Aku sedari tadi pula berjalan dengan tangan kananku yang ku masukkan di saku jas Soobin juga agar bisa lebih dekat dengannya untuk menghangatkan tubuhku.

"Haaa ... Dinginnya."

"Kau kedinginan?" tanya Soobin yang mendengar seruanku namun aku buru-buru menggeleng karena sebagian besar niatku juga hanya ingin berbasa-basi dengannya.

Seperti biasa jika musim salju hanya ada beberapa mobil yang melintas di jalanan membuat langkah kakiku dan Soobin lebih terdengar di sekitar tempat kami berjalan. Kami tidak banyak bicara atau lebih tepatnya menghabiskan waktu masing-masing dengan melihat pemandangan di sekitar.

Sesekali kami mengobrol namun hanya membahas hal sepele perihal pemikiran pertama kami saat bertemu satu sama lain. Menurut Soobin hal pertama yang ia pikirkan tentangku saat bertemu adalah wajah imut ku yang menipu walau aku sendiri tidak menganggap wajahku imut. Baginya aku sudah setara dengan ibu-ibu yang suka marah-marah level sepuluh.

Sedangkan aku saat melihat Soobin pertama kali adalah tingginya yang benar-benar mengejutkan ku. Dia bagaikan menara Pisa berwujud manusia. Bahkan saat aku berdiri di sampingnya, ujung kepalaku hanya sampai di ketiaknya.

Ah tidak. Aku baru sadar bahwa mereka semua memang tinggi bukan hanya Soobin. Taehyun yang seringkali terlihat paling pendek jika mereka berdiri bersama pun rupanya hanya bisa ku capai sampai bahunya. Astaga Ibu nampaknya tidak mengira-ngira tinggi mereka saat menggambar.

Hampir setengah jam kami berjalan, akhirnya Soobin mulai mengajakku duduk di atas bangku umum yang tersedia. Walau bingung kenapa kami tiba-tiba harus duduk namun aku tidak protes dan ikut duduk di bangku dekat Soobin.

Satu dua mobil lewat di depanku walau tidak seramai di musim-musim yang lain karena resiko mengendarai kendaraan saat musim dingin terlalu berbahaya. Jalanan yang licin karena salju bisa saja akan membuat hal yang tidak diinginkan.

"Aku penasaran." Aku mengalihkan perhatianku saat tahu Soobin mengajakku berbicara. "Aku penasaran apa yang sedang kau pikirkan sekarang."

"Aku? Aku hanya-"

"Aku penasaran apa kau pernah memikirkanku atau tidak."

Soobin memotong ucapanku yang mana membuat bibirku seolah terkunci untuk tidak menanggapinya. Pria tinggi itu kembali melanjutkan ucapannya "Heejyo aku tahu kau pernah memikirkan sikapku dan Beomgyu, mengira kami menyukaimu. Itu memang benar. Namun, aku tahu walau kau memang tidak sadar akan hal ini, kau sering memikirkan Beomgyu."

Aku melongo melihat wajahnya sekarang. Kenapa dia bisa menebak diriku seperti itu? "Heejyo-ah, kau boleh melupakan kejadian hari ini untuk dirimu. Karena sekarang, aku sedang jatuh cinta."

Ku tatap mata Soobin yang mulai berair di ikuti wajahnya yang tiba-tiba memudar membuatku panik dan langsung memeluknya. Tidak tunggu jangan pergi sekarang. Aku belum siap. Aku belum mempersiapkan diriku.

"Heejyo?" hampir lima menit aku terus memeluknya erat tidak berani menatap wajahnya. Dan setelah namaku barusan di sebut, aku mendongak menatap Soobin dengan matanya yang berair dan wajahnya yang transparan.

Kemarin Yeonjun, sekarang Soobin. Apa malam ini, besok, atau lusa giliran Taehyun, Beomgyu, dan Hueningkai? Kenapa saat melihat mereka memudar aku selalu ingin menangis. "Hei jangan menangis tolong. Bukan kau yang seharusnya menangis Heejyo. Aku tidak ingin melihat air mata di pipi gadis yang kusukai ini."

Perkataan Soobin barusan malah membuatku semakin menangis dan kembali memeluknya erat seperti memeluk Ayahku. Soobin juga memelukku tak kalah erat sambil mengelus-elus punggungku.

"Hei. Aku yakin kau menangis karena melihat wajahku. Apa tebakanku tentang pikiranmu benar lagi?"

Aku menjawab ya dalam hati karena dengan keadaanku yang menangis, aku tidak bisa berbicara dengan benar. "Hahah sepertinya aku mendengar suara 'Ya', aku penasaran suara dari mana itu."

Aku melepas pelukanku pada Soobin dan mencoba menenangkan diriku. Hah pasti sekarang mataku bengkak karena menangis. Memalukan sekali menangis di depan pria. Aku pasti terlihat lemah.

Soobin tertawa walau matanya menetaskan air mata dan mengelap kedua pipiku yang basah dengan kedua tangannya. "Heejyo-ah."

Aku menatap matanya sebagai isyarat. Ku lihat wajahnya yang transparan itu dengan serius. "Terima kasih ya sudah jadi gadis yang kusukai. Ternyata jatuh cinta tidak seburuk seperti yang kupikirkan terakhir kali. Terima kasih telah menjadi wanita yang kusukai setelah Ibuku."

"Sekarang kejarlah Beomgyu. Dia yang lebih mencintaimu dari pada aku. Jangan sia-sia kan cintanya."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ANTI-ROMANTIC | †×†Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang