Chapter 12 : Sorry

61 18 46
                                    

Keesokan harinya, aku kini sedang mencoba untuk terbiasa melihat mereka berlima sekarang yang bisa dengan mudah berkeliaran di sekitar sekolahku.

Dan di pagi hari ini dengan awan yang sedang mendung, lagi-lagi aku hanya duduk terdiam, Soyoung yang tidur di atas meja dan Yi-deun dengan mata anti lelahnya terus memantau kami. Persis seperti kemarin bukan?

Namun keadaan canggung seperti ini akhirnya berakhir begitu cepat karena Hueningkai. Pria itu datang lalu duduk di bangkunya tepat di sampingku dengan jajanan kantin yang banyak. "Wah jadi seperti ini rasanya sekolah."

"Apa maksudmu?" sebelum bibirku yang berkata lebih dahulu, Yi-deun mewakiliku dengan mempertanyakan hal itu terlebih dahulu. "Aku baru tahu kehidupan sekolah sebenarnya seperti ini. Aku memang pernah sekolah. Namun saat itu aku tidak bisa mempergerakkan badanku sesuka hati karena aku memang harus bergerak sesuai dengan-"

"Dimana yang lain?" sadar dengan apa yang di maksud Hueningkai, aku langsung memotong curhatannya karena takut jika ia akan terus melanjutkan ceritanya di depan Yi-deun. Tidak mungkin kalian tidak tahu alasannya.

Dan tak sampai semenit, empat pria bujang yang kumaksud langsung masuk ke dalam kelas. Diantara mereka, Taehyun lah yang membuat ku terkejut sebab dirinya yang langsung mendorong Yi-deun yang duduk di sisi lain dekat denganku lalu kini mengambil alih tempat itu.

Aku bertanya padanya sembari kedua alisku naik. "Yak mwonya?"

"Ingin membuat kesepakatan denganku?"

Alisku yang memang sudah naik ingin rasanya tambah naik mendengar omongannya. "Kesepakatan? Apa maksudmu?" dan setelah itu, dia dengan seenaknya mengambil lenganku untuk keluar dari kelas.

Jika dia bukan Taehyun atau salah satu dari mereka berlima, mungkin aku sudah mengaung seperti orang gila saat ini. Hanya satu alasan ku kenapa aku bisa sejinak itu bersamanya. Dia tampan. Oh baiklah jangan hujat aku.

Kami pergi tidak terlalu jauh namun tidak juga terlalu dekat dari kelas. Yaitu di toilet. Saat tiba di sana barulah Taehyun melepaskan tanganku yang hampir sepuluh menit ia genggam. Wah aku yakin lenganku sekarang bau parfumnya.

"Kita sudah sampai bukan? Sekarang katakan kesepakatan apa yang kau maksud?"

Tanpa basa-basi, aku langsung bertanya dan Taehyun langsung menatapku dengan senyum khasnya itu. "Mau kubantu kau berbaikan dengan Soyoung?"

Bel terakhir akhirnya berdering tepat pukul empat sore. Baiklah tumben sekali aku benci bel yang satu ini karena Taehyun.

Ya pria itu menuntutku untuk berbaikan dengan Soyoung namun tidak ingin memberitahu diriku apa untungnya dirinya jika aku berbaikan dengan Soyoung. Hah dasar lelaki banyak mau.

Aku mengambil tasku dan langsung keluar untuk menemui Soyoung yang kulihat sudah keluar duluan. Ya gini-gini aku juga sebenarnya ingin berbaikan dengan gadis itu maka dari itu aku akhirnya mengikuti arahan Taehyun.

Langkah pertama adalah senyum. Baiklah yang pertama ini mungkin terdengar tidak sulit jika di lakukan. Tapi bagiku tidak. Kalian pikir saja jika sedang bertengkar dengan seseorang lalu esoknya tiba-tiba tersenyum tanpa merasa berdosa sungguh memalukan.

"Soyoung-ah!"

Hei apa aku terlihat gila jika berteriak seperti itu padanya setelah sekian lama? Gadis itu berbalik dan agak terkejut mengetahui orang yang memanggilnya adalah aku.

Aku segera berlari dan menghampirinya dengan senyum tipis. "A-apa kau ada waktu setelah ini?" Soyoung tak langsung menjawab pertanyaanku dengan cepat. Lalu ia menghela napas sebelum menjawab. "Hari ini aku ada janji."

ANTI-ROMANTIC | †×†Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang