"Aww!"
"Oh mian mian." (Maaf)
Aku mengobati luka gores di pipi Yireum dengan sangat hati-hati setelah mendengar dia mendesis. Ya saat ini aku sedang di dapur bersama diriku dan Yeonjun yang mencoba mengobati luka Yireum.
Lalu setelah mengobati luka gadis itu aku segera mengambil kotak obat di sampingku dan menyimpan obat-obat yang ku ambil ke tempat semulanya.
"Apa masih sakit?" Tanya Yeonjun yang sempat aku dengar dari jauh. Yireum lalu menjawabnya dengan senyum tipis. "Tidak. Aku tidak apa-apa sekarang. Terima kasih ya sudah bertanya."
Oh yeah! Inilah interaksi yang aku mau.
Setidaknya jika Yeonjun bisa dekat dengan Yireum, itu artinya aku telah membuat satu dari mereka berlima sudah terbebas dari keanti romantisan mereka.
Usai merapikan kotak obat, aku kembali duduk di samping Yireum dengan raut yang masih mengkhawatirkannya. "Lukamu lumayan banyak karena ulah pria itu. Apa kau yakin tidak apa-apa?"
"Mungkin sakitnya masih terasa. Tetapi rasanya tidak sesakit saat pertama kali aku mendapatkannya. Aku tidak apa-apa sekarang."
Aku mengangguk tersenyum tipis lalu Yeonjun yang duduk di sebelah lain Yireum mulai bertanya. "Sebenarnya apa yang terjadi padamu tadi? Kenapa kau bisa tiba-tiba seperti ini?"
Yireum yang mendengar itu terdiam sejenak. Lalu perlahan namun pasti, ku lihat sebutir bulir air mulai jatuh dari kelopak matanya. "Sebenarnya.. sebenarnya yang membuatku seperti ini adalah teman kencan butaku."
"Hari ini harusnya kami akan melakukan kencan untuk saling lebih mengenal dan aku pun tadi mengajaknya ke tempat kerjaku dan aku menyatakan cintaku di sana. Tapi... tapi.. ta-tapi...,"
Aku memeluk Yireum dengan erat saat sadar dan tahu dari nada bicaranya ia sudah tidak bisa melanjutkan ceritanya itu.
"Tapi apa?"
Namun suasana haru antara aku dan Yireum pupus sejenak karena Yeonjun yang malah menanyakan pertanyaan bodoh itu. Aku lalu mewanti-wanti dirinya lewat wajahku. "Yak kau! Diamlah. Jangan banyak bertanya. Sekarang dia sedang menangis." Ujarku tentu dengan suara kecil agar Yireum yang sedang ku peluk tak mendengar percakapanku dengan Yeonjun.
"Tapikan aku hanya ingin tahu ada apa."
"Tapi bukan saatnya kau bertanya seperti itu."
"Lalu saat yang baik aku bertanya seperti itu kapan?"
Astaga demi dewa. Bolehkah aku berkata kasar padanya?
"Saat kau kembali ke komik!"
Yeonjun terdiam lalu memasang wajah cemberut yang sangat menyebalkan. Wah sejak kapan aku juga bisa di buat stres oleh Yeonjun? Yah sepertinya kini aku harus menjaga jarak dengan Beomgyu dan Yeonjun.
Yireum mengakhiri pelukan kami lebih dahulu sembari membersihkan wajahnya yang penuh dengan air mata. "Aku tidak apa-apa sekarang. Aku akan mencoba melupakan dia dan akan fokus untuk bekerja sementara waktu ini."
Mungkin sangat gampang dia berkata seperti itu. Tetapi aku tahu Yireum masih merasa terpukul atas kejadian tadi. "Heejyo-ah..."
Aku tiba-tiba terkejut dan segera menatap Yeonjun yang langsung datang ke sampingku untuk memanggilku. "Wae?" (Kenapa)
"Aku ingin ke toilet ada di mana?"
"Aiss dasar menyusahkan. Dari sini kau hanya harus jalan lurus saja. Jika kau melihat ruangan dengan pintu kayu. Itu adalah toilet."
Yeonjun mendengarkanku dengan serius lalu dirinya pun langsung segera pergi saat aku sudah selesai memberitahukan letak di mana toilet. "Siapa dia?"
Seruan Yireum lalu tiba-tiba berhasil membuatku memandangnya. "Dia temanku. Hwang Yeonjun. Pria yang sempat aku katakan beberapa hari lalu untuk ku perkenalkan padamu jika kencanmu gagal. Kau ingat bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTI-ROMANTIC | †×†
FanfictionDi hari ulang tahunnya, Heejyo tak sengaja menemukan komik buatan Ibunya yang belum di terbitkan sama sekali dan membaca komik itu dalam 1 jam saja. Namun keesokan harinya rumahnya yang sepi itu tiba-tiba langsung di huni oleh 5 pria tampan yang tid...