Chapter 09 : Believe Me

75 25 66
                                    

Atmosfer di ruang bagian keluarga sekarang menjadi tegang. Dan kami bertujuh kini sedang berkumpul di meja bundar yang selalu menjadi saksi pembicaraan serius kami. Atau haruskah ku katakan meja pengadilan?

"Jadi...,"

Aku dan kelima pria dihadapanku tiba-tiba kompak menahan napas saat Soyoung yang sedari tadi diam sejak aku memberi tahu siapa para pria ini tiba-tiba mulai berbicara.

"HAHAHAHA TIDAK TIDAK ITU TIDAK MUNGKIN HEEJYO. ITU HANYA ADA DI DONGENG-DONGENG ATAU NO−"

"SOYOUNG-AH KAU TULI ATAU APA? AKU SUDAH BILANG MEREKA ITU NYATA DARI KOMIK!!"

"Wahh saya suka pertengkaran ini."

Mataku yang fokus pada Soyoung kini berbalik menatap Beomgyu dengan tajam usai mendengar ucapan tak bergunanya itu. "Hei kau manusia komik! Tutup mulutmu. Nafasmu bau debu."

Aku yakin salah satu atau mungkin keseluruhan dari mereka terkecuali Beomgyu saat ini sedang menahan tawa mereka. Itu tentu jelas dari raut wajah mereka. Tetapi selama mereka tak mengeluarkan suara, aku memaafkan nyawa mereka kali ini.

Usai hanya beberapa detik kami terdiam setelah itu, Soyoung kembali berbicara. "Heejyo-ah begini... jika kau bertanya bagaimana menurutku...kusarankan jangan lagi membaca komik-komik, novel, atau apapun yang membuatmu selalu berhalusinasi."

Aku mengerti apa yang dimaksud Soyoung. Tapi sepertinya di sini yang tidak mau menerima kenyataan adalah gadis berambut pirang di depanku ini. Butuh seribu satu malam aku dapat membuatnya mempercayai ucapanku jika begini.

"Baiklah jika kau tidak percaya. Tapi jika aku menunjukkan sesuatu yang dapat membuatmu percaya padaku, aku menantangmu untuk mentraktir kami semua Jajangmyeon hari ini juga."

"Wah kau menantangku ya Heejyo-ssi? Baiklah ayo buktikan."

Percayalah, keadaan seperti ini mungkin tidak tepat jika aku mengatakan dia sahabatku. saat ini dia adalah saingan sementara ku. Aku berjalan untuk pergi ke rak komik-komik ibuku lalu kembali setelah mendapatkan benda yang aku cari.

Apa lagi jika bukan komik Anti-Romantic.

"Percaya tidak percaya, mereka semua terhubung dengan buku ini." ujarku sembari meletakkan komik ini di tengah-tengah meja dalam keadaan terbuka.

Aku sedikit melirik ke arah wajah mereka satu persatu. Dan ekspresi yang kulihat sekarang adalah wajah ketakutan. Yah baiklah aku tidak perlu harus memberi tahu kan apa yang mereka takutkan saat ini?

Aku memukul komik di depanku dan ya sesuai dengan yang kubilang jika mereka dan buku ini terhubung. Mereka semua kini kompak memegang kepala mereka yang kesakitan.

Aku beralih dari memukul menjadi menggelitik. Ku gerakan seluruh jari-jariku secara acak di atas komik dan boom! Gelak tawa mereka sekarang mengisi ruangan ini. Baiklah aku sudah memperlihatkan bukti kuat yang menunjukkan ucapanku bukan khayalan.

"Maldo andwae...," sahut Soyoung dengan mulut terbuka memandang mereka berlima dengan kagum. (Tidak mungkin)

"Lihat? Aku tidak bohong bukan?"

"Tunggu... tapi bisa saja juga bukan kalian semua sudah merencanakan ini? Aku tadi melihatmu melirik mereka. Apakah itu hanya sebagai tanda untuk mereka?"

Wah baiklah baru kali ini kesabaranku kian lama makin dikuras oleh Soyoung. Bagaimana lagi caranya aku meyakinkan dia? Apa aku harus tunggu dirinya ditimpa karma dulu?

Aku yang awalnya memandangnya dengan wajah lesu karena lelah menjelaskan semua ini padanya tiba-tiba terkejut saat dia mengambil paksa komik di tanganku. "Baiklah jika memang benar aku juga ingin mencobanya sendiri."

ANTI-ROMANTIC | †×†Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang