"AAARGH - BANGSAT! BANGSAT!"
"BIADAB LO ANJING!"
Lorong rumah sakit yang semulanya sepi tentram langsung didominasi dengan intonasi tinggi nan frustasi Reynan. Suara nyaring itu meluruhkan segala emosinya hingga menggema membuat beberapa orang berbisik terganggu dan ada juga yang ikut diam membisu.
"Rey sabar, jangan emosi disini ini rumah sakit." Tegur Bara yang tengah meringkuh Dea. Gadis itu pun sendari tadi tak kuasa menangis mendengar kabar ketiga sahabatnya dilarikan ke rumah sakit dalam keadaan kritis. Apalagi kebingungan ia terhadap Jaki sebenarnya.
"Sabar lo bilang Bar? Lo buta atau gimana hah, udah banyak korban bahkan satu nyawa melayang dan lo masih nyuruh gue buat sabar?! Sakit lo!" Reynan semakin tersulut dan itu membuat Bara ikut lepas kontrol disana. Meski letak mereka dipojok, rumah sakit bukanlah tempat yang pantas untuk beradu argumen seperti ini.
"Anjing! Bisa nggak sih kontrol emosi lo sekarang." Bara beralih meraih kedua bahu Reynan. Dea pun pindah memeluk kakaknya, Alata. Ya Alata juga disana, ia bahkan sendari tadi hanya diam tak mampu buka mulut seakan semuanya mendadak bisu. Ia takut, ia takut akan keadaan gadis yang kini tengah memanfaatkan berbagai alat medis untuk tubuhnya.
"Reynan bener Bar, pokoknya sekarang kita ajak anak-anak geng lo serang markas mereka, kita nggak bisa biarin mereka gitu aja." Kiki ikut menimbrung, mukanya merah padam menahan amarah yang tak kunjung redam.
"Sampai kapan kalian nyelesaiin masalah dengan cara gini hah? gue mending diumpat habis habisan sama kalian asal kalian lega dibanding ngebiarin sahabat gue ikut beralih jadi pembunuh lagi. Pasti ada cara lain buat nyelesain masalah ini, tapi bukan sekarang." Bara menatap tajam keduanya dengan kalimat yang begitu tegas.
"Ingat keadaan ketiga sahabat kita kalo lo berdua lupa!" Ucapan barusan berhasil membungkam Kiki dan Reynan detik itu juga. Beberapa anak Black Wolf juga ikut menunggu di ruang tunggu, dan beberapa lagi berjaga di luar rumah sakit ditemani anak Blue Sky dan juga Alastair.
Zam dan Martin telah dikerah oleh Alata untuk menuju suatu tempat, hanya saja sampai detik ini kebenaran bahwa Gogon dibalik semuanya masih belum diketahui oleh tiga sekawan.
"Gue marah sama kayak kalian, tapi emosi dan berkata kasar aja nggak akan pernah nyelesaiin masalah ini. Kontrol diri kalian, sekarang kita cuma bisa berdoa buat Ken, Ale, terutama Jaki."
Reynan menghela nafas kasar. Berjalan kesana kemari. Menggusar wajahnya kasar. "A-A-ARGHHH!"
"Eh Rey, Bar..." Dea membuka suara setelah sekian lama diam dan tangisnya mulai mereda. "Gue baru nyadar, Gogon mana, kok nggak kelihatan?"
Mereka baru sadar dan saling melemparkan tatapan. "Go-gon nggak mungkin jadi korban juga kan Bar?" Dea kembali bergetar membuat Alata mengusap punggung adiknya pelan.
"Sial, gue lupa kondisi Gogon Bar!" Seru Reynan dan segera mengotak atik ponselnya agar segera menghubungi Gogon.
"Nggak perlu." Entah ada angin dari mana Alata berucap demikian.
"Maksud lo apa." Reynan bingung sekaligus tak terima. Atas dasar apa orang asing ikut campur urusan mereka?
-Dia pun baru sadar kalau Alata si bahan bucinnya Alexa rupa rupanya pemimpin Alastair. Ternyata benar, Alastair memiliki dua pemimpin dan yang paling berkuasa dipegang oleh cowok itu, cowok yang dikiranya tak mengenal dunia motor sejauh ini.
"Sorry, tapi sebenarnya Zam udah nyadap lokasi ponsel kalian semua."
Baru saja Bara ingin menyela tapi Alata kembali meneruskan ucapnya. "Atas titah Alexa."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEXA: Universe Pluto [End]
ChickLit"Gue mau tubuh lo yang nggak berguna ini buat gue jual ke pasar organ, gimana?" -Alexa "Gue punya dendam buat satu nama yang gue pastikan akan membusuk dipenjara." -Alata Rat 17+ terdapat kata-kasar kasar dan adegan kekerasan! Tidak menggunakan ba...