Intro

299 28 13
                                    

Tidak terasa atau memang Alexa saja yang terlalu tidak sabaran, sudah empat hari berlalu semenjak kejadian di mana Zam memberitahunya tentang keberadaan dia di Alastair. Tetap saja rasa ingin tahunya semakin tinggi, ia masih menunggu beberapa koneksi agar rencana selanjutnya bisa segera dilaksanakan.

Dipikir dirinya tak merasa beban? Oh jelas Alexa pun merasa sedikit terancam. Bohong kalau ia merasa aman-aman saja meski dengan terbentuknya sekutu. Mengenang anggota Black Wolf atau bahkan kemungkinan buruk para sahabatnya pasti menjadi target dia sekarang.

Alexa gelisah, tapi beruntungnya ada Alata dan Dea yang selalu menemaninya di apartemen. Mama dan papa Alata pun sepertinya sudah memahami keadaan Alexa saat ini, terbukti dari beberapa box cake hasil buatan mamanya serta beberapa stok kalimat nasihat dan motivasi di dalamnya.

Terharu. Alexa belum pernah diperlakukan seperti ini oleh mamanya. Ada rasa sakit sekaligus bahagia di relung hatinya. Ia rindu, tapi semuanya tampak diambang jurang curam. Ia kapan saja bisa jatuh dan mati, ekpektasi yang berlebihan selalu menjadi pelaku atas rasa yang tak pernah ia rasakan dari sang mama.

Hari ini rencananya Alastair dan Blue Sky akan berkumpul di basecamp pemimpin utama mereka yakni, Black Wolf.

Ya, ketiganya sepakat akan membahas keseluruhan rancangan rencana yang akan dilakukan untuk sepuluh hari yang akan datang.

Tak tanggung tanggung, Alexa bahkan menyuruh para petinggi di setiap geng turut hadir sekaligus seluruh anggota mereka. Alexa hanya ingin mengetahui apakah, Jaki si penyusup bertopeng seribu itu akan muncul di sana juga.

Sembari menunggu semuanya datang, Alexa berdiam diri di ruangan utama paling pojok yang luasnya hampir seperti lapangan bola futsal. Memang luas, karena disini digunakan untuk evaluasi dan beberapa aktivitas seluruh anggota Black Wolf.

Lama berkutat dengan isi kepalanya yang saling menyuarakan asumsi, getaran ponsel di saku jaketnya berhasil menarik kembali jiwanya ke realita.

Matanya menajam ketika melihat nama tertera di sana -ia memperhatikan sekitar dan memilih pergi menuju ruangan pribadinya.

"Ya."

"Lama amat ngangkatnya, lagi cebok ya lo." Suara tengil itu menyapa daun telinganya yang tiba-tiba saja langsung gatal.

"Udah lama ga ngerasain tendangan gue ya lo."

Terkekeh. "Becanda tuan putri, gue bawa kabar nih ga mau?"

Alexa tersenyum miring dibalik panggilan itu. Ini yang ia tunggu dari beberapa hari lalu. "Kasih tau gue sekarang, dan lo bisa minta apapun dari gue."

"Serius? Minta hati lo boleh dong berarti?"

Alexa mendengus. Bisa-bisanya ya ni bocah tengik. "Ga, punya Alata. Lo ga usah sok-sok kurang kasih sayang gitu ya. Si doi mau lo kemanain hah."

Tertawa kencang

"Dahlah, serius gue ga punya banyak waktu."

"Iya iya cintah."

Alexa memutar bola matanya malas. Ya gini kalo punya sahabat saraf otaknya banyak minus. "Cepetan anjir, lo lama lama gue samperin juga ya."

"Malam ini Al."

Oke, sekarang beneran serius. Nada bicara lawan bicaranya pun menandakan bahwa waktu intro usai.

"Targetnya?"

"Kita semuanya, para sahabat lo."

Alexa terpejam menahan emosi. "Bajingan!"

"Bilang mereka jangan pernah keluar sendirian, ga ada yang tau malam ini berapa banyak darah ngotorin jalanan atau... berapa banyak nyawa yang melayang."

ALEXA: Universe Pluto [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang