16_Ignorance II

1.5K 254 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku sedikit menggeliat merasakan tubuhku yang terasa begitu hangat dibalik selimut. Rasanya begitu malas untuk bangun bahkan hanya sekedar membuka mata. Namun cahaya yang sedikit menyilaukan dari gorden yang terbuka mengusikku. Dan membuatku sadar bahwa aku sedang tak berada dikamarku.

"kau sudah bangun?" aku melonjak duduk di tempat tidur melihat paman. Ia tersenyum kearahku membawakan sarapan dan pakaian untuku. Aku menunduk malu, mengingat kejadian semalam. Dengan bodohnya menyerahkan nyawaku dengan Jung Jaehyun dan berakhir menyerahkan tubuhku padanya. Ingin rasanya meruntuki diriku sendiri.

"mandi dan habiskan sarapanmu." aku hanya mengangguk, paman pun menghampiriku, menyentuh leherku dan lalu mengangguk.

"ini vitamin untukmu, dan yang satu ini minum hanya kalau tubuhmu terasa panas seperti kebakar." ujar paman memberikan beberapa botol obat padaku.

"iya paman," aku terdiam sejenak saat paman masih sibuk dengan dirinya. Pikiranku kembali terekam kejadian semalam, dimana Jung Jaehyun mengisap darahku. Apa yang akan terjadi padaku setelah ini.

"Renjun." panggil paman ditengah lamunanku.

"Iya paman?"

"Jangan lakukan hal seperti semalam lagi ya, itu akan melukai hatinya." aku tercekat mendengar ucapan paman. Melukainya? Bukankah dia yang ingin menghisap darahku?

"Serahkan diri dengan hatimu yang tulus, di malam bulan purnama. Jika tidak, semua akan sia-sia. Darahmu pun akan menjadi racun yang membunuhnya." hatiku menyeringit ngilu, apa yang lalukan? Aku benar-benar bodoh.

"a-apa dia baik-baik saja paman?"

"untuk sekarang ㅡ tidak."

"akuㅡIngin menemuinya paman." aku terisak, ingin sekali meminta maaf padanya.

"saat kondisinya membaik, ia akan menemuimu." paman berusaha meyakinkanku, namun rasa bersalah terasa mengutukku bila terjadi apa-apa padanya. Egoku sudah hampir menghancurkannya.

"pamamㅡaku, benar-benar sangat ingin menemuinya." paman menarikku dalam pelukannya, jemarinya terasa mengelus rambutku dengan begitu lembut, membuatku semakin terisak memeluknya.

"tunggu dia ya." aku hanya bisa mengangguk, meski batinku berkelit tak yakin.

***

Aku berjalan dikoridor gedung kampus, usai mengikuti kelas siang ini aku lebih memilih ingin segera kembali ke asrama.
Kepalaku masih terasa sakit menangis tak henti semalaman, selesai patroli aku hanya bisa kembali dengan harapan hampa ke kamarku, aku tak melihatnya semalam.

Apa dia baik-baik saja? Apa dia sedang menghindariku? Apa yang terjadi padanya saat ini.

Dewa, Ku mohon lindungi dia...

Aggressive Trance [JaeRen] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang