•2. Ketua Geng

56 1 0
                                    


"Apa!? Nyuapin kamu?"

Hancur sudah martabat seorang Ezza yang notabene terkenal akan sosok orang yang gahar, pemberani dan tegas. Ketua Geng Venom ini masihlah bersekolah SMA, lebih tepatnya berada di bangku kelas XI.

Kehidupan sehari-harinya jikalau bukan sekolah ya balapan. Tetapi Ezza bukanlah sembarang anak berandalan. Bisa dibilang ia tipe anak nakal kelas atas. Balapannya juga di sirkuit beneran bukan malah di jalan raya yang sangat berbahaya juga mengganggu ketenangan dan keselamatan dalam berkendara pengendara lain.

"Terus gimana sekarang kabarnya Delon?" tanya Nadin memecah keheningan.

Ezza menghembuskan napasnya, "Delon meninggal,"

"HAH?!" Nadin yang tengah meminum air putih langsung tersedak begitu mendengar kalimat yang terlontar dari kakaknya.

"Minum dulu, Din."

Setelah merasa tenggorokannya kembali normal, Nadin kembali melirik Ezza. "Delon meninggal?"

"Iya, kakak aja tau dari papah tadi."

"Kok bisa?!" Panik Nadin.

"Delon ditusuk sama Viktor waktu tawuran tadi,"

Nadin spontan terbelalak dengan mata yang mulai perlahan menitihkan air mata. Ezza yang melihat Nadin mulai menangis lekas merangkulnya sambil menenangkan Nadin yang malah menjadi histeris. Entahlah mengapa, masih terdapat rasa kesal di dalam lubuk hati Nadin.

"Terus gimana sama bayi ini, Kak..." rintih Nadin. "Siapa yang akan jadi ayahnya nanti,"

Nadin mengusap perutnya sembari terus-terusan menangis menyesal akan perbuatannya selama ini yang mengakibatkan dirinya terjebak dalam kondisi yang belum seharusnya ia rasakan. Ezza tau ini berat untuk adiknya, tetapi juga bukan keinginannya untuk membunuh Delon.

"Kamu tenang aja, Din," ujar Ezza dengan nada pelan, "Kakak akan selalu ada di samping kamu."

***

Keesokan harinya. Di gerbang masuk SMA Bintara, sebuah mobil putih baru saja berhenti tepat di depan arah pintu masuk sekolah itu. Sekejap keluarlah dari dalam mobil itu seorang siswi dengan pakaian yang rapi, dilengkapi akan sepatu berwarnakan hitam dan putih, tinggi semampai disertai parasnya yang manis. Siapa saja bisa terpukau dengan kecantikannya.

"Kamu nanti pulang jam berapa?" tanya sesosok wanita paruh baya yang masih terduduk di bangku tengah mobil.

"Jam dua, Mah. Soalnya hari ini aku ada kerja kelompok jadi pulangnya agak telatan, gapapa kan Mah?"

"Oh oke gapapa kok, nanti Pak Ali yang jemput ya," balas wanita itu kembali, "Semangat belajarnya, sayang."

"Iya, hati-hati Mah."

Cewek itu kembali melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kawasan sekolah. Sambil berjalan melewati halaman depan ia sibuk membenahi pakaiannya yang sedikit tertekuk dan mencoba menghembuskan napasnya dari mulut ke balik telapak tangannya, untuk ia coba cium aroma mulutnya sendiri.

"Hm, untung nggak bau minyak," ujarnya sembari mengeluarkan permen pengharum nafas dari kantong tasnya. "Tumben banget sih ini sekolah sepi, biasanya aja udah rame,"

ALTEZZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang