•12. Gerbang

17 1 0
                                    


"Hahaha, iya-iya sorry," Vania mengacungkan jari berbentuk peace-nya. "Tapi memang beneran, kalau ngomongin Diora mah nggak bakalan ada selesainya,"

"Jadi apa yang mau lo ceritain tadi?"

"Ternyata ya, usut punya usut, akhirnya diketahui bahwa dulu saat SMP. Diora itu bekas mantannya...."

Tringgg Tringgg

Seketika bel sekolah berbunyi membuat Vania yang sebelumnya sibuk berbicara lekas meloncat kian kegirangan. Menurutnya hari ini adalah hari terbaiknya sepanjang masa.

"Asikkk," Vania menegapkan tubuhnya, "Ternyata benar rumor sekolah di grup sekolah tadi. Kalau hari ini kita pulang cepat,"

Asha menggeleng-gelengkan kepalanya, "Senang banget lo ya kalau urusan pulang cepat, langsung gerak cepat."

"Iya dong, gue jadi bisa nonton drakor yang baru rilis tadi dengan cepat. Oh iya! sehabis pulang sekolah, lo mau kan nobar drakor di rumah gue?"

"Nonton di rumah lo?" tanya Asha.

"Iya." Vania mengiyakan, "Ayo dong sekali-kali main ke rumah gue, sekalian kita bisa sambil cerita-cerita. Habisnya gue sering kesepian kalau di rumah, mana nyokap juga hobinya marah-marah lagi."

"Hahaha, nikmatin aja kali Van."

"Nikmatin sih nikmatin, tapi jadi stres sendiri gue ngedengerinnya," sungut Vania. "Berarti, lo mau kan?"

Asha hening tak menjawab, sebenarnya ia sengaja berpura-pura bahwa seolah-olah dirinya masih harus memikirkan jawaban dari pertanyaan temannya itu. Padahal sebenarnya Asha bisa-bisa saja menerimanya, toh hari ini juga ia tidak ada kesibukan yang penting. Namun semakin lama Asha tak membalas semakin lucu pula wajah Vania yang berusaha ia tampakkan bak meminta permintaannya dikabulkan.

"Okey, gue temenin lo nonton drakor kesukaan lo itu," balas Asha sesaat.

Vania mendekap tubuh Asha kuat-kuat, "Thank you Sha, your are my bestfriend!"

***

Di gerbang depan sekolah. Ezza dan dua temannya sedang berdiri berhadapan sembari menunggangi motor kebangsaan mereka. Warna Hitam-Hijau terpancar, sangat begitu melambangkan seorang anggota Geng Venom.

"Oke, nanti sore kita ketemuan di sirkuit kan?" saut Berto.

Ezza mengacungkan jempolnya.

"Awas ya lo berdua kalau datangnya telat, malas gue nunggu kalian tau nggak?!"

"Iya-iya, Ber. Ah! Bawel amat sih lo, lagi PMS ya?" celetuk Rakel.

"Sampai negeri China terbelah pun, gue nggak bakalan PMS, meski gue sendiri emang penasaran sih sama rasanya PMS." Terang Berto jujur.

Ezza menghela napas, "Udahlah, emang dasarnya lo berdua itu sinting."

Tiada hari tanpa kegilaan Berto dan Rakel rasanya hidup kurang lengkap. Buka hanya sekali dua kali melainkan setiap hari. Untung saja Ezza sabar dalam menghadapi kedua makhluk yang memiliki pemikiran tidak jelas itu. Memang teman biadab!

"Ber, ayo cabut. Temenin gue pergi ke pasar," sambung Rakel memecah keheningan.

"Lah?! Buat apa?"

"Udah ayo ikut," Rakel menyalakan kembali mesin motornya, "Za! Gue sama Berto duluan ya,"

"Yo'i, Za. Good bye, i miss you..." ujar Berto sesaat sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan Ezza yang masih terperangah meratapi kepergian cowok tidak jelas itu.

ALTEZZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang