David menutup ponselnya setelah baru saja mengabari Ezza bahwa sekarang keadaannya tengah terkepung akan serbuan anak-anak Geng BaraKuda yang sampai detik ini masih setia menunggunya di teras depan rumah kontrakannya. Tidak tau apa yang terjadi, semua seperti mendadak. Bahkan David saja baru menyadari kehadiran mereka ketika ia hendak pergi menuju warung terdekat untuk membeli stok bahan-bahan makanannya yang sudah habis."Woi!! Kami tau lo ada di dalam, David." teriak salah satu dari mereka. "Keluar lo, apa jangan-jangan lo takut mati ya? Dasar pengecut Hahaha,"
David yang mendengar dirinya dibilang 'pengecut' lekas nekat beranjak keluar dari dalam rumahnya membuat seluruh perhatian Geng BaraKuda langsung tertuju padanya.
"Gue bukan pengecut. Justru kalian yang pengecut karena main keroyokan." sinis David tak takut.
"Kita emang sengaja mau rame-rame," ujar seorang lelaki yang perlahan mulai keluar dari dalam barisan . "Karena kita mau balas dendam untuk ketua kami,"
David terbelalak bukan main. Sebenarnya sedari awal ia sudah tahu akan maksud kedatangan mereka ke sini. Tetapi, anak-anak Geng BaraKuda terkenal akan sifat bengisnya. Mereka bisa saja nekat untuk menghabisi bahkan sampai membunuh David sekarang juga.
"Bodoh!" saut David mencoba menghapus ketakutan di dalam dirinya. "Gue nggak sampai selemah itu, untuk mengizinkan kalian menyentuh kulit gue."
"Lo jangan belagu!!" Sesosok cowok berbadan kekar tiba-tiba saja menerobos dari dalam barisan dan langsung dengan cepatnya menarik kerah baju David hingga membuatnya terdongak ke atas. "Lo mau kita habisin beneran, HAH?!!" geramnya.
"Bio!! Santai, jangan ke bawa emosi," ujar Mariot menenangkan temannya itu. "David, David, lo itu emang nggak berubah ya. Selalu aja berani ngelawan orang, lo nggak takut mati?"
David Sanjaya, merupakan salah satu anggota Geng Venom yang paling tidak bisa direndahkan. Dia pandai dalam bertarung, cerdik dalam bertaktik, dan hobinya adalah membuat orang-orang yang berani menghalangi jalannya harus ia punahkan. Satu lagi yang menarik dari dirinya, jabatan David di Geng Venom bukan hanyalah sekedar anggota biasa maupun utama, melainkan 'Wakil Ketua' Geng Venom. Karena itulah ia sangat dekat dengan Ezza, tidak hanya dekat tetapi David juga bisa menjadi tangan kanan untuk Ezza.
"Cih, kalian ke sini cuman mau ngebacot doang? Nggak berguna." Decak David merendahkan.
"Hahaha," Mariot tertawa gelak, "Sayang banget ya, padahal gue mengira kita akan berteman baik loh. Tapi justru, ini hari ajal lo."
"Semua!!" Panggil Mariot membuat seluruh anggota Geng BaraKuda kini bersiap dengan kuda-kudanya, "Bunuh David."
Perkelahian tidak bisa lagi terelakkan. David sudah kalah jumlah dengan mereka, dan parahnya, lawan mereka bukan hanya menggunakan tangan kosong melainkan terdapat juga sebagian yang menggunakan tongkat baseball. David tersungkur ke tanah lemas, tubuhnya serasa mati rasa sekarang. Hidung berdarah dengan lengan yang mulai memar biru. Mariot berjalan menuju ke arah David yang sekarang merangkak lemas namun masih berusaha bangkit.
"David, lemaskan badan lo," kata Mariot dengan tangan yang sudah siap menggenggam pisau. "DAN MATI LO SEKAR...." perkataannya terhenti setelah mendengar suara dentuman motor yang begitu keras dan perlahan mulai menghampiri mereka.
David melirik ke arah kirinya, yang terdapat sekumpulan motor hitam dengan satu orang memimpin maju di tengahnya. Geng Venom.
Mariot menatap Ezza yang masih sibuk dalam perjalanannya, "Lo datang juga,"
Ezza lekas memberhentikan motornya tepat di tengah-tengah antara posisi Mariot dan David sekarang. "Jadi sekarang gini Geng BaraKuda," ujarnya setelah melepas helm hitamnya.
"Menjadi pengecut dan mainnya keroyokan," sambungnya kini menunjuk Mariot. "Dengan cara lo yang kayak gini justru bikin masalah di antara kita jadi semakin besar."
"Lo pikir gue peduli?!" tandas Mariot.
"Mending gini aja," Ezza menyilangkan kedua lengannya di dada, "Berhubung gue malas untuk ngotorin tangan, dan lo juga udah tau kan siapa yang akan menang nantinya,"
Mariot melempar wajahnya dari hadapan Ezza, "Cuih! Bajingan kau,"
"Hahaha," Ezza terkekeh pelan, "Gue tantang lo untuk balapan besok di sirkuit biasa, gimana?"
"Balap?"
"Kalau lo menang, Geng Venom jadi milik lo seutuhnya," saut Ezza sontak membuat seluruh teman-temannya kaget bukan kepalang.
"Lo serius, Za?" ujar Berto memotong.
"Serius. Gue nggak suka main-main." Ezza mengacungkan jari kelingkingnya ke atas.
"Oke," Mariot kembali melirik Ezza setelah berpikir sejenak, "Gue terima tantanga..."
"Tapi kalau gue menang," potong Ezza. " Seluruh anggota Geng BaraKuda harus masuk ke Geng Venom, deal?"
Balapan. Salah satu hobi dari Ezza yang dari sanalah ia akhirnya berhasil mendapatkan deretan berbagai macam piala penghargaan, sertifikat, dan medali emas. Ezza memang sudah sering ikut mengikuti ajang kontes balap, dan seluruhnya berakhir dengan dirinya yang berhasil mencapai peringkat pertama. Itulah salah satu prestasi yang sering didamba-dambakan Ezza sedari kecil. Dan itu juga sebagai acuan bagaimana Ezza dapat bergabung di Geng Venom kala itu.
"Deal." Tutup Mariot kemudian pergi bersama teman-temannya yang lain, meninggalkan kawasan rumah David.
"Vid. Lo nggak apa-apa?" Tanya Ezza selepas ia menghampiri posisi David yang sekarang terduduk lemas di sofa.
"Santai aja kali, Za." balas David berusaha tersenyum, "Gue tau lo pasti bakal datang,"
***
Ardi menyusuri jalanan di kala malam yang sunyi ini. Lampu gemerlap jalan berwarna kuning remang-remang setia menghiasi pinggiran kota. Sekarang dalam benaknya tersimpan berjuta-juta pikiran tentang cara agar dirinya bisa berteman baik dengan Ezza atau bisa dibilang kakaknya sendiri.
"Hmmm," Ardi berdehem sembari memegangi setir mobilnya, "Gimana ya caranya agar gue bisa berbicara dengan baik sama Kak Ezza, ini masalahnya gue nongol di depannya aja dia udah keburu kesal duluan, gimana mau ngobrol."
Dulunya Ardi tinggal di Surabaya sebelum akhirnya ia memutuskan pindah ikut Rita ke Jakarta ketika mendengar kabar bahwa ibunya akan menikah lagi. Awalnya juga Ardi tidak merestui akan hal itu, namun karena diyakinkan terus-menerus oleh Rita dan Ardi juga tidak mau melihat ibunya terus-terusan hidup sendiri membuatnya dengan berat hati walaupun harus sambil tersenyum, Ardi merestui hubungan ibunya dan ayah Ezza.
"Kalau gue beliin barang kesukaannya mungkin suka kali dia ya, okelah besok gue coba tanya Nadin, untuk nanya barang kesukaan Kak Ezza."
Di tengah-tengah ia mengemudi mobil tiba-tiba saja Ardi melihat seorang cewek yang hendak menyeberang dari arah sebelah kanan, tetapi karena dari sebelumnya Ardi tidak menjumpai kehadiran cewek tadi membuatnya dengan keras membanting stirnya ke arah kiri agar tidak menabrak cewek itu.
Aduh!! Suara itu mendadak muncul dari arah belakang mobilnya. Untungnya juga Ardi tidak menabrak sebuah pohon di depannya, ia masih sempat menginjak tapak rem dengan sempurna di tengah jalanan yang kosong nan gelap itu.
Ardi lekas keluar dari mobil dan langsung menghampiri pemilik suara tadi, "Lo nggak apa-apa, kan?"
"Ng...nggak apa-apa kok, gue cuman lecet aja," balas cewek itu sembari mengusap lutut kirinya yang terbentur jatuh ke aspal.
"Gue bawa ke rumah sakit ya,"
"Eh... ngg..nggak usa..." ujar cewek itu tergelagap setelah melihat wajah dari seorang pria yang ingin membawanya ke rumah sakit itu. Bukan hanya dia, melainkan Ardi juga terkejut ketika melihat pemilik wajah dari gadis di depannya sekarang.
"Kak Asha?" tanya Ardi masih terperangah.
Asha mengedip-ngedipkan kedua matanya, "Ardi?"
~•~
Happy Read...
My Peace...
Futaa...
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTEZZA
Fiksi RemajaMereka mengenalnya Altezza atau biasa dipanggil Ezza. Sesosok pria yang masih duduk di bangku SMA namun sudah bisa menjadi pemimpin dalam suatu geng motor terbesar di kota itu. Geng Venom. Nama yang ditakuti dan disegani oleh seluruh geng-geng motor...