"Butem kita tambah banyak, guys."
***
Sebuah mobil Mercedes Benz berwarna hitam terlihat telah terparkir dengan rapih di parkiran kampus yang sudah tersedia di sana. Parkiran di sana tampak begitu sepi, hanya ada beberapa mobil dan motor yang berjejer rapih sesuai aturan.
Vivi. Ia seolah tidak ingin keluar dari mobil karena sesuatu. Perasaannya campur aduk saat ini, kuliah offline sudah kembali diterapkan setelah kurang lebih satu tahun Ia harus bertatapan muka dengan layar laptop.
Lalu lalang mahasiswa membuatnya bergedik. Mengapa mereka semua terlihat menakutkan dan seakan akan ingin menggigit siapa pun yang menatapnya?
"Gila."
Saat hendak turun dari mobil, Vivi melihat seseorang yang dikenalinya. Kedua sudut bibirnya terangkat, seolah benar-benar diselamatkan oleh takdir yang tidak pernah suka melihatnya menderita.
"Mira!"
Mira. Sosok yang dipanggilnya akhirnya menghentikan langkah kemudian menoleh ke sumber suara. Gadis itu sempat berdecak kesal, karena hari pertamanya harus bertemu Vivi.
Melihat Vivi yang semakin mendekatkan langkahnya, Mira kembali berjalan membiarkan Vivi mengikuti dirinya di belakang.
"Motor lu mana?" tanya Mira bingung saat sadar bahwa Vespa kesayangan Vivi tidak ada diparkiran sini.
"Gue bawa mobil."
"Tumben?"
"Ya ngapa sih emang?" sungut Vivi begitu kesal, padahal pertanyaan Mira hanya satu dengan nada penuh tanya.
Vivi mulai menyamakan langkahnya dengan Mira. Ia berjalan beriringan, hingga mendapatkan banyak tatapan dari para mahasiswa lain yang sedang mengobrol. Entahlah, mungkin karena Vivi berjalan di sebelah Mira yang kini terlihat berbeda akan penampilannya.
Sesekali juga Vivi mendengar bisik-bisik tetangga ketika Ia tak sengaja melewati salah satu dari mereka. Beberapa mengatakan bahwa Mira terlihat begitu cantik, sedangkan Vivi dengan pakaian sehari-harinya terlihat lebih keren karena balutan jaket kulit cokelat yang membalut tubuhnya.
"Mir,"
"Apaan?"
"Sejak kapan lo jadi primadona kampus?" tanya Vivi bingung. Ia masih sibuk mengitari sekitar lorong. Tidak begitu sepi, tapi juga tidak ramai.
Mira mengangkat bahunya acuh. "Gue baru masuk kelas, namanya juga pertama kali, jadi wajar aja kalo kita dilihatin sampe segitunya."
Manik mata Vivi menangkap wajah samping Mira. Ia menghentikan langkahnya lalu menarik Mira. "Kita?" tanya Vivi. Sedangkan Mira hanya mengangguk. "Elu, Mir. Elu doang, gue kagak." Lanjut ucap Vivi. Ia melepaskan cengkramannya pada lengan Mira, "Kalau kayak gini, berarti lu harus lebih hati-hati sama sekitar, Mir."
"Kenapa?"
"Ngeri lu tiba-tiba dikasih permen, eh malah lu terima."
"Hah?"
Vivi menepuk bahu Mira kemudian berjalan lebih dulu meninggalkan gadis itu. Dia berjalan lebih cepat dari sebelumnya, menuju ke kelas yang sudah menjadi tujuan utamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
V I K U Y
FanfictionSequel of Yaelah, Vikuy! Setelah keduanya terikat dengan suatu rantai berkedok pacaran, akan seperti apakah perjalanan hubungan mereka?