"Game is game, kalo kamu ya kesayangan." -Vivi
...
Malam sudah semakin menggelap seiring berjalannya waktu yang kini sudah menghentikan dentingnya pada pukul sepuluh malam.
Setelah acara makan-makan bersama dengan beberapa orang yang memasak dan membakar beberapa makanan, kini semua orang yang berada di rumah tongkrongan ini pun duduk melingkar di ruang tengah.
Usul punya usul, Mira datang sambil membawa satu jenis kartu di tangannya. Ia mengambil posisi duduk di samping Olla, kemudian menyimpan kartu tersebut di tengah.
"Main game kali ya?" ajak Mira.
"Boleh. Lu bawa apaan, Mir?" Dey melirik ke arah kartu. Sudah pasti mereka mengetahuinya karena di bagian belakang kartu terdapat tiga huruf besar.
"Uno. Gue cuma ngambil itu, ada beberapa sih di dalem. Atau mau gue ambil yang lain?" Lagi, Mira kembali menatap teman-temannya secara bergantian.
"Kagak usah, Mir. Udeh, itu aje." ucap Vivi kemudian mengambil alih kartu tersebut. Saat melihat-lihat kartu yang ada dalam genggamannya, Vivi melirik Chika yang berada di sampingnya. "Lo bisa main ini?" bisik Vivi.
"Pernah main."
"Mau main ngga?" Chika menganggukkan kepalanya.
"Boleh,"
"Okey." Vivi kembali mengocok kartu yang ada dalam genggamannya, namun saat matanya mengitari sekitar, aktivitas tangannya kembali terdiam. "Fio bisa main UNO?" Vivi melirik Ara yang ada di sampingnya, seolah memberi isyarat kepada gadis SMA itu.
"Kamu bisa main UNO?" bisik Ara.
"Bisa, kok."
Mendengar jawaban Fiony yang begitu pelan membuat Vivi mendengus sebal. "Emang suara gue sekecil itu apa sampe harus Ara dulu yang nanya?" kesal Vivi yang sudah sangat jelas dapat didengar oleh Chika.
Chika yang mendengar itu terkekeh. "Yaudah, si. Kenapa malah kesel coba?"
"Ck!"
"Ngape si lu Badrun? Ngedumel mulu kek orang kagak dikasih jatah." Sahut Olla yang tak sengaja melihat raut wajah Vivi.
"Nyaut aje lu kek api cemburu." balas Vivi tak kalah menyebalkan.
"Lu ngeledekin gue ape gimane nih, Drun?" Olla menggulung lengan bajunya.
"Ye, baru dipancing dikit udeh emosi aje ni Samsul."
"Pancing pancing, emang gue buaya?!" Sungut Olla.
"Heh, lu pade kalo masih mau ribut sono di luar!" Dey yang berada di tengah-tengah segera menghentikan perdebatan kecil itu. "Sono gih, sekalian itungin air hujan udeh turun berapa kali."
"Dari pada gue ngitungin air hujan mendingan ngitungin persentase rasa sayang gue buat Chika dah." jawab Vivi asal. Chika yang mendengar itu segera mencubit perut Vivi dengan sedikit memutarnya.
"Awww! Chik. K-kenapa dicubit sih?" Vivi meringis sambil mengusap perutnya. Sedangkan Chika membuang pandangannya ke arah lain.
"Chika aje yang begitu sampe nyubit elu, apalagi gue. Pingin gue lempar aje lu ke lobang buaya." sambar Dey yang diangguki oleh orang-orang di sana.
"Bodoamat! Kalian semua jahat sama aku!" kesal Vivi sambil menunjuk satu persatu dari mereka semua.
"Najis."
"Ewh."
"Dia siapa sih?"
"Aku mau pulang aja boleh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
V I K U Y
FanfictionSequel of Yaelah, Vikuy! Setelah keduanya terikat dengan suatu rantai berkedok pacaran, akan seperti apakah perjalanan hubungan mereka?