"Dia ini kayak kecoa. Meresahkan. Bawaannya minta dihantam aja sampe ke alam baka." -Vivi
***
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Setelah mengantar Chika pergi ke alam mimpi, kini Vivi sudah berada di kamar tamu yang terletak di lantai satu. Gadis itu membersihkan tubuhnya, lalu memakai kaos dan celana yang Chika pinjamkan untuknya. Setelahnya Vivi berdiam diri di depan cermin sambil menatap pantulan dirinya.
"Gue kagak pernah salah buat sayang sama seseorang, Chik. Gue berharap lo adalah yang pertama dan terakhir tanpa ada perpisahan." gumamnya. Vivi menarik napas lalu membuangnya perlahan.
Gadis itu berjalan menuju pintu, kemudian membuka pintu tersebut. Langkahnya membawanya menuju dapur, mengambil segelas air mineral yang hendak diminumnya.
Vivi berdiri sambil menempatkan kedua tangannya di atas meja. Tatap matanya mengitari sekeliling rumah besar ini. Rumah yang tampak begitu sepi yang hanya diisi oleh dua orang gadis dan ditemani satu satpam.
"Harusnya dibikin kost-kostan bisa nih," Vivi mengusap dagunya pelan. Meneliti setiap sudut ruangan yang ada di rumah ini. "Ini ruang TV aja gedenya melebihi kamar kost gue. Hmm."
Setelah meneliti apa yang dilihatnya, Vivi kembali mengisi air mineral yang telah habis untuk dibawa ke kamarnya. Karena apa yang dicarinya sudah tersedia semua, kini Vivi kembali melangkah menuju kamarnya.
Namun semua itu terhenti ketika Vivi tak sengaja mendengar suara pecahan kaca dari lantai atas. Segera Ia menyimpan gelas yang dibawanya tadi ke meja di depan ruang TV, kemudian berlari menuju sumber suara yang dimana suara itu berasal dari kamar Chika.
Vivi menatap pintu kamar tersebut dengan perasaan takutnya. Sebelum benar-benar masuk, gadis itu mengetuk pintu kamar beberapa kali.
"Chik?"
Tak ada sahutan apapun dari sana. Vivi kembali mengetuk pintu kamar tersebut.
"Chik, lo kenapa?"
Prang!
Vivi meringis ketika ia kembali mendengar pecahan kaca untuk yang kedua kalinya. Dengan cepat, Ia membuka pintu kamar tanpa seizin Chika. Tangan kirinya memegang samping pintu, sedangkan matanya membulat sempurna ketika Chika sudah mencengkram kuat bantal.
"CHIK LO KENAPE?"
"BANG, KECOA!"
Vivi membulatkan mulutnya. Ia tidak menyangka hanya karena kecoa, serangga menyebalkan itu, Chika sudah memecahkan satu gelas dan satu vas bunga.
Melihat Chika yang semakin mundur dan mendekati pintu, Vivi semakin membulatkan matanya.
"Chik, jangan mundur! Gue di pintu." Kembali tidak mendapatkan sahutan apapun, Chika semakin dekat dengan pintu, hingga tanpa sadar..
Bugh
"Adooohh! Chik! Woy!" Vivi terus mengetuk-ngetuk pintu dengan kencang tanpa peduli pada kebisingan yang dibuatnya.
"CHIKA BUKA PINTUNYA!" Vivi meringis. Ia memejamkan matanya kuat.
"CHIK, ANJIR! TANGAN GUE KEJEPIT WOY!"
"YESSICA TAMARA!!"
Mendengar teriakan dari arah luar, segera Chika membuka pintu. Ia mendapati wajah Vivi yang memerah dengan kepala gadis itu menunduk kuat. Tak lama kemudian Vivi berlutut dihadapan Chika. Sebisa mungkin Ia menahan rasa sakit pada jari tengah dan jari telunjuknya yang tadi terjepit pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
V I K U Y
FanfictionSequel of Yaelah, Vikuy! Setelah keduanya terikat dengan suatu rantai berkedok pacaran, akan seperti apakah perjalanan hubungan mereka?