13. GOR

811 95 26
                                    

"Kata orang GOR itu bukan Gedung Olahraga, tapi Gedung Orang Ribut," -Olla

***

"Brengsek!"

Mata Mario menatap tajam adegan di depannya yang membuat nafasnya memburu seiring gerakan yang terlihat intim itu. Tangan Vivi yang berhasil merangkul erat pinggang Chika, mampu membuat amarah Mario terus meluap-luap.

Siapa yang mengira bahwa Chika dengan santainya akan mencium Vivi yang jelas saja tidak mempersiapkan apapun?

Chika berfikir, apa yang dilakukannya pasti akan menghentikan Mario. Laki-laki yang berambisi tinggi untuk mendapatkan sosok Yessica Tamara dengan menghalalkan segala cara.

Namun ternyata, pada akhirnya semua yang dilakukannya malah berbanding terbalik. Berbeda dengan apa yang dipikirkannya, dan hal itu tentu membuat masalah baru. Bukan hanya untuk Chika, melainkan akan berpusat pada Vivi.

"Sini lo!"

Mario berhasil menarik tangan Vivi dan melepas paksa ciuman yang masih terjadi. Tangannya mencengkram kuat lengan Vivi, lalu tanpa aba-aba Mario pun kembali melayangkan pukulan penuh di wajah Vivi.

"Lo gak waras?! Hah? Brengsek!" Lagi, Mario kembali melayangkan pukulan tersebut ke wajah Vivi.

Gadis itu tidak menghindar, karena umpannya secara langsung sudah berhasil. Ia merelakan parasnya terkena hantaman manusia bak megalodon yang bisanya hanya menerkam orang.

"Mario, stop!"

Tidak.

Mario bahkan tidak menggubris peringatan Chika yang berusaha memisahkan mereka.

"Mario!!" Teriak Chika. Namun sial, laki-laki itu masih terus memukuli Vivi hingga kini, Ia menjatuhkan pukulan terakhir dan membiarkan Vivi bertemu dengan tanah.

"Mario, cukup!"

Diam.

Semua yang ada di sana terdiam ketika suara seseorang yang berasal dari pintu masuk mulai terdengar. Derap langkah kaki gadis itu tertutup oleh suara batuk yang Vivi keluarkan. Gadis itu masih menahan rasa sakit di sekitaran wajahnya dan juga perutnya.

"Perjanjian kita gak kayak gini ya? Bisa kamu berhenti nyakitin Vivi?"

Chika terdiam.

Lebih-lebihnya Ia tidak tahu harus bersikap seperti apa. Ia merasa kaget, takut dan juga kecewa dalam satu perasaan. Suara itu, dan wajah itu, jelas saja membuat Chika tidak bisa berkutik.

"Fiony.."

Fiony hanya melirik Chika sekilas, kemudian mulai mengalihkan pandangannya pada Mario yang berada di depannya.

"Kita pulang," ucap Fiony sambil menarik lengan Mario, namun dengan cepat laki-laki itu menepisnya.

"Karena ini gak ada di perjanjian, jadinya gue bisa abisin cewek ini, kan?"

"Hadeuh," Vivi mulai berusaha bangun. Tangan kanannya Ia jadikan tumpuan bobot tubuhnya yang masih terduduk lemah di atas tanah. "Lo tuh ya, dibantuin sama temen lo yang pinter, tapi malah gegabah.."

"Kak Vivi.."

"Fio," Kaki Vivi mulai bergerak, berusaha bangun dari duduknya. Ia memegang bahu Fiony dan tersenyum remeh. "Kalau gue jadi lo, gue pasti akan bunuh manusia satu ini kalau dia gak ngikutin omongan lo. Gue akuin lo pinter dalam menyembunyikan sesuatu, tapi sayangnya semua rencana bagus lo dihancurin sama manusia kayak ni ikan julung-julung,"

"Vi.."

"Breng-"

"Apa?" Vivi menatap tajam mata laki-laki bertubuh tinggi itu. Dia berjalan mendekatinya, lalu tersenyum sinis. "Lo lihat adegan tadi? Gue sama Chika pacaran. Gue lebih dulu kenal Chika, dan gue gak akan pernah ngelepasin dia buat manusia kayak lo. Kasihan kalau gue harus relain Chika sama lo, bukannya malah jadi turun level? Hm?" Vivi mengangkat tangannya lalu menepuk kedua bahu Mario. Setelahnya Ia membenarkan kerah kemeja yang dipakai Mario, sambil membersihkan noda tanah yang tertempel di sana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

V I K U YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang