Vivi duduk di balkon, tepatnya di lantai atas basecamp miliknya. Setelah pulang dari kampus, Ia dan Chika mampir terlebih dulu karena permintaan teman-temannya. Namun, saat ini Vivi malah berada di lantai dua rumah ini. Ia menatap lurus ke jalanan sana, hingga tanpa sadar seseorang sudah duduk di sampingnya.
"Mikirin apa bos?"
Vivi menoleh. Ia menatap anak kecil di sampingnya. "Ngapain lu ke sini?"
"Gue nyariin lu, Kak. Takutnya lu lompat kan kagak lucu kalo ini tempat tiba-tiba jadi angker.." Ara bergedik ngeri. Membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduknya meremang.
"Lu mau lihat gue lompat?"
"Ehhh.." Ara menarik tangan Vivi hingga kembali terduduk. Melihat respon Ara, Vivi hanya tertawa. "Ngga usah ngadi-ngadi deh. Kak Chika masih muda, masa iya udah jadi janda aje."
"Mulut lu gue sumpel ekornya Sepi ye!"
Ara terkekeh. Ia menekuk lutut sembari memeluknya. Pantas saja Vivi senang berada di sini, ternyata udaranya dan juga pemandangannya sangatlah menenangkan.
Sesekali ekor mata Ara mendapati Vivi yang hanya menatap kosong ke depan sana.
"Kemarin Fiony cerita sesuatu sama gue, Kak."
"Apa? Dia ditembak orang?"
"Kurang ajar!" Vivi mengusap bahunya yang baru saja mendapatkan pukulan mulus dari tangan Ara.
"Ternyata Fiony satu kampus sama kalian." Jelas Ara. Ia bahkan baru mengetahuinya beberapa hari yang lalu, saat Fiony menceritakan sesuatu padanya.
"Kalian?"
Ara mengangguk. "Lu sama kak Chika."
Vivi hanya beroh ria menanggapi ucapan Ara. Ia mengangguk-anggukkan kepalanya seolah sedang mendengarkan cerita Ara dengan seksama.
"Terus?"
"Fio bilang dia ngga sengaja ketemu Kak Chika di lobby kampus gedung A. Awalnya dia ngga tahu kalau Kak Chika di sana, terus mereka pergi ke kantin ngobrol-ngobrol, nah Fio bingung sama sesuatu.." Ara menghentikan ucapannya saat beberapa motor racing melewati rumah mereka. Cukup nyaring karena itu mampu membuat pendengaran Ara dan Vivi seketika tertutup. "Fio bilang pas di kantin Kak Chika di datengin sama satu cowok, badannya tinggi."
Vivi menoleh. "Genderuwo?"
"Bukan anjir! Sialan."
Vivi berdecak kesal. Ia sudah menduga kalau ini pasti terjadi. Laki-laki galah itu benar-benar niat mendekati Chika.
"Lu tahu dia siapa, Kak?" tanya Ara. Gadis kecil itu hanya memastikan bahwa Vivi sudah tahu lebih dulu. Sedangkan Vivi hanya mengangguk samar. Ara bernapas lega, setidaknya Ia tahu kalau Vivi sudah mengetahui hal ini jauh sebelum Fiony menjelaskan padanya.
"Gue beberapa hari lalu kagak sengaja ketemu dia pas mau kelas. Kagak tahu dah tuh ngapain dia ke sana."
"Oh, terus lu ngapain sama dia? Baku hantam?" tanya Ara penasaran.
"Pikiran lu ribut mulu ya anjir."
"Ya kan kagak ada yang tahu, Kak. Lagian, manusia kek elu tuh kan biasanya mengedepankan baku hantam baru ngobrol."
Vivi melirik tajam Ara yang berada di sebelahnya. "Emang kagak ada akhlak lu, Cil." Ara hanya tertawa menanggapi ucapan Vivi, ia memberi waktu Vivi untuk melanjutkan ceritanya.
"Dia sempet narik tangan gue sih. Agak kaget, soalnya gue sempet mikir, lah dia kenal gue? Gitu. Ternyata dia tahu kalo gue deket sama Chika." Ara mengerutkan keningnya bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
V I K U Y
FanfictionSequel of Yaelah, Vikuy! Setelah keduanya terikat dengan suatu rantai berkedok pacaran, akan seperti apakah perjalanan hubungan mereka?