1.

7.6K 605 66
                                    

Gadis berponi itu baru saja memasuki rumah nya, tampak kedua orang tua dan kakak kakak nya menunggu di depan pintu mansion.

Menelan ludah nya kasar, perasaan nya tak enak melihat wajah menyeramkan mereka.

Plak~

Tamparan panas di berikan park seojoon kepada putri bungsu nya. Mata gadis berponi itu berkaca kaca, menahan air mata yang mendesak ingin keluar.

Buk~
Buk~
Buk~
Buk~

Empat pukulan mendarat di perut nya, padahal gadis itu belum makan sedari tadi. Lalisa nama nya. Lalisa Park.

"Guru les mu bilang kau telat satu menit untuk datang ke kelas nya, katakan iya atau tidak." Suara berat seojoon begitu menusuk relung hati Lalisa. Dia hanya dapat mengangguk.

"Anak tak tahu diri."

Plak~

Lalisa sampai terjatuh karna kuat nya tamparan seojoon. Sudut bibir nya sudah mengeluarkan darah. Tapi seojoon seakan belum ingin mengakhiri sesi penyiksaan terhadap Lisa.

"BAGAI MANA KAU AKAN MENJADI PEWARIS KELUARGA KU JIKA KAU SAJA TAK BISA DISIPLIN DALAM MENJALANKAN KEWAJIBAN MU?!!!" Minyoung istri dari seojoon pun ikut meluapkan amarah nya.

Dia menjambak rambut Lalisa hingga terdapat banyak helai rambut yang terlepas dari kepala nya.

"Akh~ sakit eomma... Mianhe." Lalisa menahan tangan minyoung agar tidak semakin kuat menarik rambut nya.

Ketiga kakak nya Lalisa hanya diam di tempat mereka berdiri. Tidak ada kesedihan dalam diri mereka melihat Lalisa di siksa.

Mereka justru bahagia, karna wanita bodoh dan tak tau aturan seperti Lalisa memang pantas mendapatkan nya pikir mereka.

Dengan inisiatif nya chaeyoung berjalan kearah lemari milik appa nya, lalu dia kembali dengan membawa stik golf untuk di berikan pada seojoon.

"Gomawo chaeng-ah. Kau memang putri ku yang pintar." Di usap nya sayang kepala Chaeyoung. Pandangan seojoon kembali terkunci pada Lalisa yang baru saja di tampar minyoung.

Dia berjalan dengan angkuh nya ke arah Lalisa. Tangan nya terangkat untuk membatu Lalisa berdiri.

Buk~
Buk~
Buk~
Buk~
Buk~

Seojoon memberikan masing masing satu pukulan pada tangan kanan, tangan kiri, kaki kanan, kaki kiri, dan yang terakhir tepat pada kepala Lalisa.

Seojoon benar benar tak takut jika nanti nya Lalisa sakit. Yang jelas dia harus tepat waktu datang untuk les. Dan harus menjadi CEO di perusahaan nya kelak.

"Sudah ku katakan untuk menjadi duplikat ku!!! Kau harus menjadi CEO!! Jangan malas belajar!!"

"Lihat lah kakak kakak mu. Mereka pintar, cantik, penurut, dan sempurna. Tidak seperti mu yang bodoh!!! Apa apaan nilai ulangan harian mu hanya mendapat nilai A? Sedang kan chaeyoung? Dia dapat A+ !!"

"Lihat Jenni. Dia bisa menyelesaikan masa SMA nya lebih cepat karna dia cerdas dan cantik. Kemudian kau lihat jisoo, dia bahkan sudah bisa memegang salah satu perusahaan ku!!!"

"Tapi aku tak ingin menjadi CEO apa... Aku tidak suka bisnis, aku hanya ingin menjadi penyanyi dan dancer..."

"Kurang ajar!!!"

Buk~
Plak~

Minyoung benar benar marah, dia memukuli Lisa dengan tanpa belas kasihan. Ketahuilah bahwa minyoung mantan atlet taekwondo.

Segala gerakan yang di pelajari nya di peraktekkan pada Lalisa. Seojoon hanya tersenyum wibawa melihat minyoung.

Seakan akan dia raja yang sedang menindas rakyat jelata.

Setelah puas mereka meninggalkan Lalisa dengan keadaan nya yang tak bisa di bilang baik baik saja.

Kalian bertanya kenapa kakak kakak nya tak membela Lalisa? Tentu mereka lebih memilih belajar dan mengurus perusahaan dari pada membantu si anak bodoh itu.

"Hiks~ kenapa aku tak bisa seperti unnie ku?" Lalisa bertanya pada genangan darah di lantai. Dia mimisan, setiap kali Lalisa merasa lelah maka ia akan mimisan.

"Kenapa... Hiks.. kenapa aku harus di bandingkan dengan kakak ku? Hik.. aku berbeda, dia adalah dia dan aku adalah aku."

Lalisa mulai bangkit dan berjalan ke arah kamar nya di lantai dua. Dengan tertatih karna kaki nya masih sakit.

Lebam mulai terlihat di sekitar tubuh nya. Dia berjalan dengan nafas yang sesak. Lalu langsung mengambil botol kecil di dalam laci nakas nya yang berisi obat.

Tangan nya bergetar, lalu tanpa menghitung berapa banyak obat itu, Dia menelan nya tanpa air minum. Secara perlahan Lalisa mulai tenang.

Tapi dia tetap menangis. Dia masih menangisi keadaan nya sekarang. Keadaan nya yang sangat mengenaskan dengan noda darah di baju, lebam di tangan dan kaki, sudut bibir berdarah serta rambut yang acak acakan.

"Hiks... Kenapa aku tak bisa seperti mereka!!!! Kenapa... Kenapa... Kenapa aku tak bisa sepintar Jennie unnie? Kenapa aku tak secantik jisoo unnie? Kenapa aku tak bisa sesempurna kau chaeng-ah? Hiks"

"Sekuat apapun aku berusaha aku tetap tak bisa appa... Aku tak bisa... Aku ingin mencari mimpi ku sendiri.."

"Tuhan... Hiks... Aku mohon, jangan siksa aku seperti ini... Aku ingin bahagia, tolong... Aku lelah di bandingkan, aku lelah berusaha tapi tak di hargai..."

Kesunyian malam menjadi saksi betapa menyedihkan nya Lalisa, dia menangis sesenggukan.

Mandi dengan luka yang terasa perih saat terkena air dan sabun. Setelah mandi pun Lalisa tak langsung tidur, dia belajar.

Mempelajari bisnis seperti yang di ingin kan appa nya. Jika dia tak mengulang belajar lagi, maka nilai nya akan turun, meski hanya turun dari A ke B.

Tapi di sini seojoon ingin kesempurnaan. Lalisa harus mendapat nilai A+ untuk di hargai. Dia belajar hingga lupa waktu. Lalisa akan tidur selama empat jam dalam sehari. Dan itu telah di lalui nya selama sepuluh tahun. Sejak umur nya lima tahun hingga kini berumur lima belas tahun.

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang